Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
secara jelas mengapa ia meninggalkan hukum yang biasa dipakai dalam kasus yang serupa dan menerapkan putusan lain yang tidak biasa.
4
Permasalahan mengenai adanya pertimbangan lain dari hakim yang menyebabkan putusan yang dikeluarkan tidak sejalan dengan hukum yang berlaku
atau meninggalkan hukum yang biasa dipakai dalam kasus yang serupa merupakan permasalahan yang sangat menarik untuk diteliti. Salah satu kasus permasalahan
tersebut yakni seperti yang terjadi di Mahkamah Agung terkait sengketa waris dalam Putusan Mahkamah Agung RI No. 86KAG1994. Dalam putusan ini diputuskan
bahwa anak perempuan sendiri dapat menghijab kewarisan saudara sekandung. Pada putusan di tingkat sebelumnya yakni putusan Pengadilan Tinggi Agama
Mataram, sengketa waris ini diputuskan bahwa saudara kandung pewaris mendapat bagian harta waris sebagai ashabah bersama anak perempuan. Putusan ini terlihat
sejalan dengan pendapat jumhur ulama dalam menafsirkan Surat An-Nisa ayat 176 bahwa anak perempuan tidak menjadi penghalang bagi saudara laki-laki si pewaris
untuk mendapat harta warisan. Namun pada putusan di tingkat kasasi, hakim Mahkamah Agung memutuskan bahwa anak perempuan dapat menghijab kewarisan
saudara pewaris. Hakim secara tegas memilih pendapat Ibnu Abbas dalam menafsirkan Surat An-Nisa ayat 176 yaitu baik anak laki-laki maupun anak
perempuan masing-masing menghalangi saudara kandung si pewaris dari
4
Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Analisis Yurisprudensi dengan Pendekatan Ushuliyah, Jakarta: Kencana, 2010, Cet. III, h. 306.
mendapatkan harta warisan.
5
Terdapat perbedaan kesimpulan putusan antara Pengadilan Tinggi Agama Mataram dan Mahkamah Agung. Akan tetapi putusan
Mahkamah Agung tidak mengemukakan alasan mengapa mengambil pendapat yang satu dan mengesampingkan yang lain tanpa menyebutkan alasan tambahan kecuali
hanya menyebutkan bahwa keputusan itu sejalan dengan pendapat Ibnu Abbas. Alasan putusan MA tersebut dirasa tidak kuat untuk membatalkan keputusan
Pengadilan Tinggi Agama Mataram yang juga sejalan dengan pendapat mayoritas ulama.
6
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, terdapat hal-hal yang sangat menarik untuk ditinjau lebih mendalam dan dikritisi oleh penulis,
khususnya mengenai latar belakang, baik dasar pemikiran maupun pertimbangan hakim, hingga akhirnya dikeluarkannya putusan Mahkamah Agung RI No.
86KAG1994. Maka penulis akan menuangkannya dalam bentuk proposal skripsi dengan judul:
“Anak Perempuan Sebagai Hajib Hirman Terhadap Kewarisan Ashabah
Bin-Nafsih Analisis
Putusan Mahkamah
Agung RI
No. 86KAG1994
” . B.
Identifikasi Masalah 1.
Pembatasan Masalah
Penelitian ini akan mencoba mendeskripsikan serta menganalisa Putusan Mahkamah Agung RI No. 86KAG1994 mengenai kedudukan kewarisan anak
5
Effendi, Problematika, h. 302-304.
6
Effendi, Problematika, h. 306.
perempuan sebagai hajib hirman terhadap kewarisan ashabah bin-nafsih. Disini anak perempuan yang dimaksud yakni anak perempuan kandung si pewaris. Lalu ashabah
bin-nafsih yang dimaksud yakni saudara laki-laki sekandung si pewaris.