Salivary Flow Rate SFR

44 Kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut dapat dinilai dengan menggunakan indeks yang hasilnya didapat dari pemeriksaan fisik gigi dan mulut. Diantaranya adalah nilai OHIS, DI, CI, PI, GI, DMFT. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai OHIS, DI, CI, PI, GI, dan DMFT Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa resiko karies lebih tinggi pada subjek perokok dibanding dengan subjek non-perokok . Hal tersebut ditunjukkan oleh status kesehatan dan kebersihan rongga mulut dan gigi yang buruk pada subjek perokok . Hal tersebut sesuai dengan literatur sebelumnya oleh Zitterbart et al bahwa terdapat hubungan yang sinergis antara perilaku merokok dengan tingkat prevalensi caries dental pada subjek perokok dewasa . Peningkatan resiko karies pada perokok dapat dipengaruhi oleh faktor status kesehatan dan kebersihan rongga mulut dan gigi yang buruk , penurunan SFR sehingga mempengaruhi fungsi proteksi terhadap gigi, serta perubahan buffer capacity saliva. Ketiga hal tersebut dapat meningkatkan angka kejadian karies pada perokok. Nilai DMFT lebih tinggi pada subjek perokok dibanding dengan subjek non-perokok. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Zitterbart et al yaitu merokok dapat menyebabkan tingginya nilai DMFT yang berarti menunjukkan peningkatan angka kejadian kerusakan pada gigi. 24,25 Pada tabel 4.2 juga menunjukkan bahwa nilai Calculus lebih tinggi pada subjek perokok dibanding dengan subjek non-perokok . Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Pejcic et al bahwa skor kalkulus pada perokok lebih tinggi dibanding subjek non-perokok . Terjadinya peningkatan skor kalkulus tersebut dapat disebabkan oleh efek panas akibat merokok dapat mengakibatkan kerusakan lokal pada dinding mukosa mulut sehingga dapat merubah vaskularisasi di sekitar rongga mulut dan SFR dimana terjadi peningkatan SFR serta ion kalsium saliva yang meningkat. Peningkatan ion kalsium saliva berbanding lurus dengan peningkatan insidensi kalkulus supragingival. Sedangkan nilai Plaque lebih tinggi pada subjek perokok dibanding dengan subjek non-perokok. Pada literatur sebelumnya oleh Kinane et al dan Pecjic et al menunjukkan hal yang sama, yaitu nilai Plaque perokok lebih tinggi dibanding non-perokok. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh menurunnya potensial reduksi-oksidasi pada gigi perokok akibat efek merokok terhadap penurunan fungsi imun pada sekitar rongga mulut. Timbulnya plak juga dapat 45 diakibatkan oleh penurunan antibodi pada saliva dan peningkatan jumlah bakteri anaerob pada rongga mulut. Akumulasi plak tersebut dapat meningkatkan resiko gingivitis dan periodontitis pada perokok. Secara keseluruhan, status kebersihan mulut dan gigi lebih buruk pada subjek perokok dibanding dengan subjek non-perokok. Dapat dilihat dari nilai OHIS, DI, CI, PI, GI, DMFT setelah dilakukan pemeriksaan fisik gigi dan mulut pada subjek perokok lebih tingga jika dibandingkan dengan non-perokok. Sesuai dengan penelitian Bergstrom et al , rokok dapat menyebabkan efek local terpaparnya mukosa mulut sehingga status kebersihan mulut dan gigi perokok lebih buruk jika dibandingkan dengan non-perokok. 25,26,27,28 Hasil pengukuran SFR pada subjek perokok didapatkan lebih rendah jika dibandingkan dengan subjek non-perokok. Meskipun tidak menunjukkan signifikansi secara statistik. Ketidakbermaknaan pada penelitian ini mungkin dapat disebabkan oleh pengaruh faktor perancu yang membuat penelitian menjadi bias, perbedaan lama terpaparnya seseorang terhadap rokok, dan long term smoker dengan rentang durasi 5-7 tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Palomares et al tahun 2004 yang melaporkan bahwa merokok dapat meningkatkan SFR dalam jangka waktu yang pendek, namun long term smokers tidak menunjukkan perbedaan pada nilai SFR jika dibandingkan dengan non-perokok. Meskipun dilaporkan bahwa terjadi penurunan pH dan buffer capacity pada perokok. Menurut Palomares et al, pengaruh usia dan gender sangat erat kaitannya dengan buffer capacity dan SFR seseorang. Sedangkan faktor lain seperti obesitas, merokok, dan alkohol tidak secara dominan mempengaruhi SFR seseorang. 29,32 Hal yang sama juga dikemukakan oleh penelitian Weheb et al tahun 2005 yaitu tidak terdapat signifikansi pada SFR serta pH saliva pria perokok dan non-perokok. Namun Weheb et al menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada lactobacilli count dengan skor DMFT pada pria perokok. Hal itu disebabkan oleh efek jangka panjang akibat merokok dapat meningkatkan insidensi dental caries, namun tidak terjadi pada SFR dan pH saliva perokok. 30 46 Berbeda dengan penelitian oleh Marwat et al tahun 2005 yang menyatakan bahwa pada subjek yang sudah lama merokok terjadi peningkatan SFR namun disertai dengan penurunan ion kalsium pada saliva. Hal ini disebabkan oleh pengaruh zat karsinogenik pada rokok mempengaruhi langsung taste reseptor sehingga dapat meningkatkan produksi oleh kelenjar saliva. Hal serupa juga dilaporkan oleh Khan et al tahun 2010 bahwa terjadi peningkatan SFR pada perokok hanya setelah dilakukan stimulasi dengan nikotin dan asam sitrat, namun tidak terdapat perbedaan SFR pada perokok maupun non-perokok. Sedangkan pada penelitian sebelumnya oleh Pecjic et al tahun 2007 menyatakan bahwa terjadi peningkatan SFR dan senyawa kalsium fosfatase pada ronngga mulut. Hal tersebut disebabkan oleh efek panas yang diakibatan oleh hasil pembakaran rokok dapat merusak keutuhan mukosa mulut dan mempengaruhi konsentrasi ion kalsium. 31,32,33 Oleh karena itu, saran terbaik bagi partisipan perokok pada penelitian ini adalah mulai berhenti secara bertahap dari aktivitas merokok, dengan mulai menyadari dampak yang ditimbulkan oleh zat-zat berbahaya yang terdapat pada rokok dan tidak merugikan orang lain di sekitarnnya. Seperti yang tercantum pada ayat Al Quran Surah Al Baqarah Ayat 195 : Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan.” Al-Baqarah: 195. Ayat tersebut juga dikuatkan oleh hadist sebagai berikut : Tidak boleh menimbulkan bahaya dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.” HR. Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340. Dalam ayat Al Quran dan As Shunnah diatas, secara tersirat maknanya adalah janganlah manusia sebagai makhluk ciptaan Allah berbuat dzalim baik bagi diri sendiri dan orang lain sehingga tidak merugikan diri sendiri dan orang lain juga

Dokumen yang terkait

Deteksi Derajat Keasaman (pH) Saliva pada Perokok dan Non Perokok

1 29 64

Program Studi Pendidikan Dokter. Perbedaan Skor Kualitas Hidup Laki - laki Perokok dan Laki – Laki Bukan Perokok Yang Diukur Dengan Kuisioner SF – 36v2.

1 24 70

Andhika Pangestu. Program Studi Pendidikan Dokter. Deteksi Salivary Flow Rate pada Pria Perokok dan Non-Perokok

0 11 0

Peran Rokok Terhadap Kualitas Hidup: Evaluasi menggunakan kuesioner SF-36v2 antara perokok dan non perokok laki-laki

1 19 74

VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADA LAKI-LAKI PEROKOK Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Pada Laki-Laki Perokok.

0 3 16

PENDAHULUAN Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Pada Laki-Laki Perokok.

0 2 4

VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADA LAKI-LAKI PEROKOK Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Pada Laki-Laki Perokok.

0 4 11

PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PAKSA (KVP) ANTARA LAKI-LAKI PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI FAKULTAS KEDOKTERAN Perbedaan Kapasitas Vital Paksa (KVP) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 14

PERBEDAAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) ANTARA LAKI-LAKI PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI Perbedaan Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

0 0 13

Pengaruh Nikotin Terhadap Tekanan Darah Sistol dan Denyut Jantung Pada Perokok Pasif dan Perokok Aktif Laki-Laki Dewasa.

0 0 23