Dilution and Cleaning Fungsi Saliva

11 dengan ion besi bebas yang menyebabkan efek bakteriocidal atau bacteriostatic pada mikroorganisme pathogen yang membutuhkan ion besi untuk dapat bertahan hidup seperti bakteri jenis Streptococcus mutans. Peroksidase atau sialoperoksidase juga memiliki efek antimicrobial disebabkan kemampuannya sebagai katalisator oksidasi ion thiocyanate saliva oleh hydrogen peroksida sebagai zat substansi antibacterial. Proline kaya protein dan statherin dapat menghambat proses presiitasi garam kalsium fosfat dan pertumbuhan kristal hydroxypatite pada permukaan gigi dan dapat mencegah pembentukan salivary dan dental calculus. Cystatin berkaitan dengan pembentukan film dan mengatur keseimbangan kristal hydroxyapatite. Histatin memiliki kemampuan antimicrobial untuk melawan bakteri Streptococcus mutans dan menghambat hemoagglutinasi periopathogen Porphyromonas gingivallis. Histatin ini dapat menetralisasi lipopolisakarida membrane eksternal bakteri dengan tipe gram negative. Agglutinin saliva, sebagai protein yang terglikosilasi tinggi sangat berkaitan dengan protein saliva dan secretory IgA sebagai komponen yang berperan dalam proses agglutinasi bakteri. 8

2.1.5 Regulasi Saliva

Sekresi Saliva dimulai dari sinyal afferent yang berasal dari reseptor sensory pada mulu yang dimediasi oleh nervus trigeminal, facial, dan glosssopharyngeal. Sinyal afferent ini membawa impuls saraf yang berasal dari mekanoreseptor yang telah teraktivasi pada ligamentum periodontal masticatory salivary reflex dan yang berasal dari kemoreseptor taste bud pada papilla lingual gustatory salivary reflex menuju salivary nuclei pada medulla oblongata di otak. Kemudian nuclei salivary menyampaikan informasi ke bagian efferent yang terdiri dari 2 cabang yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. 8,12,13,34

2.1.5.1 Kontrol Sistem Saraf Parasimpatis

Kelenjar parotid mendapatkan suplai dari serabut parasimpatis preganglion yang berasal dari nucleus salivary inferior Nukleus dorsalis nervus IX pada medulla. Serabut preganglion melintasi nerve timpanic dan nervus petrosal superficial 12 menuju ganglion otic, sedangkan serabut postganglionnya melintas dari ganglion otik bersamaan dengan nervus auriculotemporal menuju glandula parotid. Sedangkan kelenjar submandibular dan sublingual disuplai oleh serabut parasimpatis yang berasal dari nucleus salivary superior Nukleus dorsalis nervus VII. Serabut preganglion melintasi nervus intermedius bagian sensory nervus VII bersamaan dengan nervus facialis menjauhi percabangan korda timpani menuju nervus lingualis. Sedangkan serabut postganglionnya, berasal dari ganglia yang berdekatan dengan glandula menuju glandula yang sudah tersuplai oleh aliran darah. Kontrol sistem saraf parasimpatis ini dapat menimbulkan 2 jenis reflex, yaitu reflex terkondisi dan reflex tak terkondisi. Refleks terkondisi ini dipengaruhi oleh indra penciuman, pengecapan, dan penglihatan sehingga dapat meningkatkan sekresi saliva. 8,12,13,34 Sedangkan reflex tak terkondisi diakibatkan oleh stimulasi reseptor pada rongga buccal. Berikut adalah jenis reseptor, afferent, efferent pada reflex tak terkondisi. 8,9,10 1 Mekanoreseptor Diakibatkan oleh stimulasi taktil pada lidah, mulut dan faring 2 Jalur afferent taktil Terbentang sepanjang percabangan nervus trigeminus seperti nervus lingual, buccal, dan palatine, percabangan nervus vagus, dan nervus glossopharyngeus 3 Kemoreseptor Terstimulasi oleh sensasi rasa dan rangsangan kimiawi pada makanan 4 Pusat Saliva Terdapat pada nuclei salivary superior dan inferior 5 Efferent Serabut efferent dari nucleus salivary superior akan merangsang kelenjar saliva submandibula dan sublingual, sedangkan serabut efferent dari nucleus salivary inferior akan merangsang kelenjar parotid

Dokumen yang terkait

Deteksi Derajat Keasaman (pH) Saliva pada Perokok dan Non Perokok

1 29 64

Program Studi Pendidikan Dokter. Perbedaan Skor Kualitas Hidup Laki - laki Perokok dan Laki – Laki Bukan Perokok Yang Diukur Dengan Kuisioner SF – 36v2.

1 24 70

Andhika Pangestu. Program Studi Pendidikan Dokter. Deteksi Salivary Flow Rate pada Pria Perokok dan Non-Perokok

0 11 0

Peran Rokok Terhadap Kualitas Hidup: Evaluasi menggunakan kuesioner SF-36v2 antara perokok dan non perokok laki-laki

1 19 74

VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADA LAKI-LAKI PEROKOK Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Pada Laki-Laki Perokok.

0 3 16

PENDAHULUAN Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Pada Laki-Laki Perokok.

0 2 4

VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADA LAKI-LAKI PEROKOK Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Pada Laki-Laki Perokok.

0 4 11

PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PAKSA (KVP) ANTARA LAKI-LAKI PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI FAKULTAS KEDOKTERAN Perbedaan Kapasitas Vital Paksa (KVP) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 14

PERBEDAAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) ANTARA LAKI-LAKI PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI Perbedaan Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

0 0 13

Pengaruh Nikotin Terhadap Tekanan Darah Sistol dan Denyut Jantung Pada Perokok Pasif dan Perokok Aktif Laki-Laki Dewasa.

0 0 23