Kontrol Sistem Saraf Parasimpatis

14 Gambar 2.2 Tahapan Sekresi Saliva Sumber : The Journal of Medical Investigation Vol.56 2009

2.1.7 Efek Salivary Flow Rate pada Komposisi Saliva

Pada kondisi SFR , proses reabsorpsi dan sekresi terjadi dalam waktu yang singkat jika dibandingkan dengan sekresi primer saliva oleh sel acinar. Apabila terjadi peningkatan SFR , dapat menyebabkan perubahan konsentrasi ion sebagai berikut : 8,12,13,34,35 1 Konsentrasi ion Na dapat meningkat pada kisaran 80-90 mEqL 2 Konsentrasi ion Cl dapat meningkat pada kisaran 50 mEqL 3 Konsentrasi ion K menurun pada kisaran 15-20 mEqL 4 Konsentrasi ion HCO3 dapat meningkat pada kisaran 50-70 mEqL Sedangkan pada SFR yang rendah , proses modifikasi saliva lebih dominan jika dibandingkan dengan sekresi primer saliva oleh sel acinar. Apabila terjadi penurunan SFR maka dapat menyebabkan perubahan konsentrasi ion sebagai berikut : 8,12,13,14 1 Konsentrasi ion Na dapat menurun pada kisaran 15-20 mEqL 2 Konsentrasi ion HCO3 dapat menurun pada kisaran 10-15 mEqL 15 3 Konsentrasi ion K dapat meningkat pada kisaran 25-30 mEqL 4 Konsentrasi ion Cl dapat menurun pada kisaran 15-20 mEqL

2.1.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Saliva

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi laju sekresi saliva : 8,12,13,14 1 Faktor Kimiawi, misalnya efek rasa yang ditimbulkan oleh makanan 2 Faktor Mekanis, misalnya sebagai akibat dari proses mengunyah yang terlalu kuat 3 Faktor Neuronal, misalnya aktivasi sistem saraf simpatis dan parasimpatis 4 Faktor Psikis, misalnya faktor psikologis seperti stress 5 Rangsangan rasa sakit, misalnya terdapat gangguan pada mulut maupun gigi

2.1.9 Salivary Flow Rate

Pada saat kondisi istirahat tanpa aktivitas fisik yang berat, stimulasi dari luar, dan efek dari obat, aliran saliva yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan pada saat mendapatkan stimulasi dari luar. Sedangkan, jika dalam keadaan terstimulasi secara eksogen, maka tubuh merespon untuk meningkatkan produksi cairan saliva sekitar 50-90 . Pada kondisi normal, pada umumnya produksi saliva berkisar antara 1- 1,5 liter. Salivary flow rate merupakan suatu indikator untuk pengukuran SFR yang terstimulasi dan salivary flow yang tidak terstimulasi . SFR terbagi menjadi 3 kelompok yaitu normosalivasi, SFR rendah, dan hiposalivasi 8,12,13,34,35 Pada usia dewasa, rentang normal untuk SFR yang terstimulasi berkisar antara 1-3 mLmin, SFR yang dikatakan rendah apabila berkisar antara 0,7-1,0 mLmin, sedangkan SFR yang dikatakan hiposalivasi yaitu kurang dari 0,7 mLmin. Sedangkan kadar normal SFR tanpa terstimulasi adalah 0,25-0,35 mlmin, indeks saliva flow rendah berkisar antara 0,1-0,25 mLmin, sedangkan SFR yang termasuk hiposalivasi adalah kurang dari 0,1 mLmin. Pada kondisi istirahat, aliran saliva berkisar pada 0,3 mLmin. Apabila rata-rata aliran saliva pada kondisi istirahat di 16 bawah 0,1 mLmin maka disebut hiposalivasi, sedangkan apabila nilai rata-rata aliran saliva pada kondisi istirahat di atas 0,3 mLmenit maka disebut hipersalivasi. 8,12,13,14 Sedangkan nilai normal SFR yang distimulasi berkisar 1,0-3,0 mLmenit. Apabila terletak dibawah 0,7 mLmenit maka disebut hiposalivasi, sedangkan apabila diatas 3,0 mLmenit disebut hipersalivasi. 8,12,13,14 Salivary flow rate sangat berkaitan dengan viskositas saliva. Viskositas saliva merupakan derajat kekentalan suatu cairan saliva. Viskositas saliva dipengaruhi oleh suhu, apabila suhu semakin meningkat maka viskositas saliva akan menurun. Sebaliknya, apabila suhu semakin menurun maka viskositas saliva akan meningkat. Viskositas saliva juga dipengaruhi oleh jumlah konsentrasi larutan, semakin tinggi konsentrasi larutan maka viskositas saliva semakin tinggi. Sebaliknya, apabila jumlah konsentrasi larutan semakin rendah maka viskositas saliva semakin rendah. 8,12,13,34,35

2.1.10 Metode Pengambilan Saliva

Subjek terlebih dahulu diinstruksikan untuk tidak mengkonsumsi baik makanan ataupun minuman kecuali air putih 1 jam sebelum dilakukannya pengambilan saliva. Subjek juga diminta untuk memperhatikan waktu untuk pengumpulan saliva dan tidak secara sengaja mengumpulkan sebanyak-banyaknya air liur saliva . Subjek dalam keadaan tenang, dengan posisi kepala dianjurkan untuk condong ke depan dan mulut dalam kondisi tetap terbuka serta mengumpulkan saliva setiap 1 menit sekali dengan cara membiarkan air liur saliva mengalir pada wadah yang telah disediakan sebelumnya. Kemudian dengan pengumpulan saliva dalam kondisi tanpa terstimulasi, saliva yang terdapat pada tabung wadah penelitian digoyang-goyangkan agar menyatu pada wadahnya. Setelah itu, dicatat hasil volume air liur saliva yang terdapat pada wadah tersebut. Jika mencari nilai SFR , maka volume saliva yang didapatkan sebelumnya dibagi oleh satuan waktu dalam menit. Sehingga didapatkan nilai SFR dengan satuan mL per menit. Jika sudah didapatkan nilai SFR nya, kemudian dibagi dalam beberapa kategori yaitu hiposalivasi , SFR rendah, normosalivasi, hipersalivasi. 15

Dokumen yang terkait

Deteksi Derajat Keasaman (pH) Saliva pada Perokok dan Non Perokok

1 29 64

Program Studi Pendidikan Dokter. Perbedaan Skor Kualitas Hidup Laki - laki Perokok dan Laki – Laki Bukan Perokok Yang Diukur Dengan Kuisioner SF – 36v2.

1 24 70

Andhika Pangestu. Program Studi Pendidikan Dokter. Deteksi Salivary Flow Rate pada Pria Perokok dan Non-Perokok

0 11 0

Peran Rokok Terhadap Kualitas Hidup: Evaluasi menggunakan kuesioner SF-36v2 antara perokok dan non perokok laki-laki

1 19 74

VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADA LAKI-LAKI PEROKOK Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Pada Laki-Laki Perokok.

0 3 16

PENDAHULUAN Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Pada Laki-Laki Perokok.

0 2 4

VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADA LAKI-LAKI PEROKOK Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Pada Laki-Laki Perokok.

0 4 11

PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PAKSA (KVP) ANTARA LAKI-LAKI PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI FAKULTAS KEDOKTERAN Perbedaan Kapasitas Vital Paksa (KVP) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 14

PERBEDAAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) ANTARA LAKI-LAKI PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI Perbedaan Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

0 0 13

Pengaruh Nikotin Terhadap Tekanan Darah Sistol dan Denyut Jantung Pada Perokok Pasif dan Perokok Aktif Laki-Laki Dewasa.

0 0 23