Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
3
Dengan begitu Allah SWT mengantisipasinya kemungkinan terjadinya perceraian dan menempatkan perceraian itu sebagai alternatif terakhir yang tidak
mungkin di hindarkan.
6
Perceraian merupakan solusi terakhir yang dapat di tempuh oleh suami istri dalam mengakhiri ikatan perkawinan setelah mengadakan upaya perdamaian
secara maksimal. Perceraian dapat dilakukan atas kemauan suami ataupun yang permintaan istri yang disebut cerai gugat.
7
Pada dasarnya hukum Islam menetapkan bahwa alasan perceraian hanya satu macam saja, yaitu pertengkaran
yang sangat memuncak dan membahayakan keselamatan jiwa yang disebut dengan syiqoq.
8
Sedangkan menurut hukum perdata, perceraian hanya dapat terjadi berdasarkan alasan-alasan yang di tentukan oleh Undang-undang dan harus
dilakukan di depan sidang pengadilan.
9
Dalam kaitan ini ada dua pengertian yang perlu dipahami yaitu ist
ilah “bubarnya perkawinan dan perceraian “.
10
Perceraian adalah salah satu sebab dari bubarnya atau putusnya perkawinan. Dalam pasal 38 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan
disebutkan bahwa putusnya perkawinan dapat terjadi karena salah satu pihak
6
Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2007, h.190.
7
Syekh Mahmuduna Nasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung :Ramaja Rosdakarya,1991, h.509.
8
Erlan Naofal, Perkembangan Alasan Perceraian dan Akibat Perceraian Menurut Hukum Islam dan Hukum Belanda, artikel diakses dari http:badilag. Net.data artikelalasan Perceraian
Menurut Hukum Islam.pdf. Pada tanggal 30 Januari 2010.
9
Yahya Harahap, Beberapa Permasalahan Hukum Acara Pada Pengadilan Agama, Jakarta, Al-Hikmah, 1975, h.133.
10
Erlan Naofal, Perkembangan Alasan Perceraian dan Akibat Perceraian Menurut Hukum Islam dan Hukum Belanda, artikel diakses dari http:badilag. Net.data artikelalasan Perceraian
Menurut Hukum Islam.pdf. Pada tanggal 30 Januari 2010.
4
meninggal dunia,
karena perceraian
dan karena
adanya putusan
pengadilan.kemudian dalam pasal 39 ayat 2 di tentukan bahwa untuk melaksanakan perceraian harus cukup alasan yaitu antara suami istri tidak akan
hidup sebagai suami istri. Ketentuan ini di pertegas lagi dalam penjelasan pasal 39 ayat 2 tersebut dan pasal 19 peraturan pemerintah Nomor 9 tahun 1975 yang
mana disebutkan bahwa alasan yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan perceraian:
11
1. Salah satu pihak berbuat zina atau pemabuk, pemadat dan lain sebagainya
yang sukar disembuhkan. 2.
Salah satu pihak meninggalkan pihak yang lain dan tanpa alasan yang yang sah atau karena hal lain diluar kemauanya.
3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang
lebih berat setelah perkawinan berlangsung. 4.
Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiyaan berat yang membahayakan pihak lain
5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang menyebabkan
tidak dapat menjalankan kewajibanya sebagai suami istri. 6.
Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
Alasan perceraian ini adalah sama seperti yang tersebut dalam pasal 116 kompilasi hukum Islam dalam penambahan dua ayat yaitu: a suami melanggar
taklik talak dan b peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam berumah tangga.
11
Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan, h. 261.
5
Salah satu bentuk perceraian adalah dengan talak. Talak secara harfiyah berati lepas dan bebas. Dihubungkan arti kata ini dengan putusanya perkawinan
karena antara suami dan istri sudah lepas hubunganya satu masing-masing sudah bebas. Dalam mengemukakan rumusan yang berbeda namun esensinya sama.
Selain talak, bentuk perceraian yang lain adalah dengan fasakh. Fasak berasal dari bahasa Arab dari asal kata fa-sa-kha yang secara etimologi berarti
membatalkan. Sedangkan secara terminology fasakh berarti membatalkan ikatan pernikahan oleh pengadilan agama atau karena pernikahan yang terlanjur
menyalahi hukum pernikahan. Dari pembahasan di atas penulis merasa tergugah untuk meneliti tentang
kasus perkara gugatan cerai istri dengan alasan suami pemakai narkoba, yang menimbulkan cekcok dalam keluarga tersebut yang berakibatkan perceraian yang
diajukan oleh istri Cerai gugat dikarenakan istri tidak sanggup menerima cacat kelakuan semisal yang tertera dalam putusan yakni suami sebagai pengguna
narkoba, suami melakukan perselingkuhan, bertindak kasar baik itu ucapan maupun perbuatan yang mengakibatkan cerai yang diajukan istri sebagai alternatif
terakhir demi kebaikan kedua belah pihak. Guna mendapatkan jawaban yang jelas serta bukti yang konkrit tentang permasalahan tersebut, maka penulis membuat
penelitian yang berjudul
“Cerai Gugat Karena Suami Pengguna Narkoba”
Analisis Putusan
Pengadilan Agama
Tigaraksa Nomor
0154Pdt.G2013Pa.Tgrs
”
6