19
menjadi hak laki-laki sehingga bisa saja seorang suami bertindak otoriter. Misalnya, mencerai istri secara sepihak.
26
Jika fikih terkesan mempermudah terjadinya perceraian, maka, UUP dan aturan-aturan lainya terkesan mempersulit terjadinya perceraian ini untuk dapat
terwujudnya sebuah perceraian harus ada alasan-alasan tertentu yang dibenarkan Undang-undang dan ajaran agama. Jadi semata-mata diserahkan kepada aturan-
aturan agama.
27
B. Perceraian dalam perspektif UU No. 1 Tahun 1974
Pada pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 dijelaskan bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia, kekal berdasarkan ketuhanan Yang
Maha Esa, salah satu fungsi Undang - Undang perkawinan No. 1 tahun 1974 dan PP No. 9 tahun 1995 adalah untuk mengatur dan membatasi penggunaan dan
kebolehan talak dengan berbagai syarat yang disesuaikan dengan hukum Islam. Dan tatacara penggunaan talak mesti melalui campur tangan Pengadilan Agama
yang diberi kewenangan untuk menilai dan mempertimbangkan apakah dasr alasan suami untuk menthalak istri menurut hukum Islam.
Karena itulah, menurut Al-Sayyid syabiq, penentuan syarat-syarat layak tidaknya suatu perceraian diakabulkan pengadilan didasarkan pada prinsip
meringankan urusan manusia menjauhkan segala kesempitan serta berpijak pada jiwa syariat Islam yang penuh dengan kemudahan.
28
26
Ibid., h. 215.
27
Ibid., h. 216.
28
Sayyid Sabiq , Fiqih, h. 83.
20
Dalam kitab - kitab fiqih klasik cukup banyak yang bisa dijadikan alasan perceraian, baik dari pihak istri maupun dari pihak suami. Namun dalam
pembahasan ini penulis hanya mendiskripsikan alasan-alasan perceraian yang tercover dalam Undang-undang perkawinan No. 1 tahun 1974, jo. PP No. 9 tahun
1995 pasal 19 jo, KHI pasal 116. Dalam KHI pasal 116 disebabkan bahwa alasan alasan perceraian dibagi
menjadi delapan, yaitu dari poin 1 sampai 8, yaitu : 1.
Salah satu pihak berbuat zina ataupun pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan. Secara umum zina bagi orang yang
terkait perkawinan ialah hubungan kelamin sexual interourse yang dilakukan oleh suami atau istri dengan seseorang pihak ketiga yang berlainan seks.
29
Hal lain yang dapat dijadikan alasan perceraian, salah satu menjadi pemabuk,
pemadat, penjudi, atau kebiasaan lainya yang tak bisa disembuhkan. Sebab semua kebiasaan lainnya yang tak bisa disembuhkan, sebab semua kebiasaan
itu selain melanggar larangan agama juga merugikan diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Hingga, bila suami atau istri ada yang punya kebiasaan tersebut,
lantas salah satu pihak menggugat, maka pengadilan bisa mengabulkanya. Jadi alasan zina, penjudi, pemabuk, dan lain sebagainya adalah alasan alasan yang
dapat dipergunakan dalam hukum Islam untuk meminta Cerai. Istri yang berbuat zina memberi hak kepada suaminya untuk menceraikanya, dan
sebaliknya. Demikian pula suami istri yang suka mabuk, penjudi, pemadat,
29
M. Yahya Harahap. Hukum Perkawinan Nasional Medan: CV. Zahir Trading co.Medan, 1975, cet. Ke - 1, h. 136.