Pengertian dan Dasar Hukum Perceraian

14 a. Mazhab maliki mendefinisikan talak sebagai suatu sifat hukum yang menyebabkan gugurnya kehalalan hubungan suami istri. 17 b. Mazhab Hanafi dan Mazhab Hambali mendefinisikanya sebagai pelepasan ikatan perkawinan secara langsung atau pelepasan perkawinan dimasa yang akan datang. c. Sayyid Sabiq mendefinisikan talak dengan melepas tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri. 18 Menurut Prof. Subekti , S.H. Perceraian adalah penghapusan perkawinan dengan putusan Hakim, atau tuntutan dari salah satu pihak dalam perkawinan tersebut. 19 Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam KHI mendefinisikan talak sebagai ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan dengan cara sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 129, 130, dan 131. 20 perceraian talak dalam ajaran Islam diatur dalam Al - Quran dan Hadist Nabi SAW. Dengan adanya landasan tersebut menegaskan bahwa perceraian dalam Islam boleh dilakukan sebagaimana yang tercantum dalam surat Al - Baqarah ayat 229: 17 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam Nikah, Ensiklopedia Islam, jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994, cet ke - 2, jilid 4, h. 53 18 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Terjemah, Bandung: PT.Al - Maarif, 1996, cet ke 2, jlid 9. 19 Subekti, Pokok - Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 2003cet.ke 31, h. 42 . 20 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: Akademika Pressido, 1992, cet ke 1, h. 141. 15                                                                                                                                                                                        Artinya: Talak yang dapat dirujuki dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang maruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya suami istri tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim.

2. Alasan Perceraian

Ikatan perkawinan sebenarnya dapat putus dan tata caranya telah diatur di dalam fikih maupun didalam UUP. Meskipun perkawinan tersebut dipandang mutlak atau tidak boleh dianggap tidak dapat di putuskan. Perkawinan Islam tidak boleh dipandang sebagai sebuah sakramen seperti yang terdapat di dalam Agama Hindu dan Kristen, sehingga tidak dapat diputuskan. Ikatan perkawinan harus dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, bisa bertahan dengan bahagia dan bisa juga putus di tengah jalan. 21 Para Ulama klasik juga telah membahas masalah putusnya perkawinan ini di dalam lembaran kitab-kitab fikih. Menurut Imam Malik sebab-sebab putusnya perkawinan adalah thalak, khulu, khiyar atau fasakh, syiqoq, nusyuz, ila dan 21 Azhari Akmal Tarigan dan Amiur nuruddin, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta, Kencana Prenada Media Grouf, 2006, h. 207. 16 zihar. Imam syafii menuliskan sebab-sebab putusnya perkawinan adalah thalak, khulu khiyar atau fasakh, syiqaq, nusyuz, ila dan zihar. 22 Islam mendorong terwujudnya perkawinan yang bahagia dan kekal dan menghindarkan terjadinya perceraian talak. Dapatlah dikatakan, pada hal-hal yang darurat. Ada empat kemungkinan yang dapat terjadi dalam kehidupan rumah tangga yang dapat memicu terjadinaya perceraian, yaitu. 23

a. Terjadinya Nusyuz dari Pihak Istri

Nusyuz bermakna kedurhakaan yang dilakukan seorang istri terhadap suaminya. Hal ini bisa terjadi dalam bentuk pelanggaran perintah, penyelewengan dan hal-hal yang dapat menggangu keharmonisan rumah tangga. Berdasarkan firman Allah SWT memberi opsi sebagai berikut: 1 Istri diberi nasihat dengan cara maruf agar ia segera sadar terhadap kekeliruan yang diperbuatnya. 2 Pisah ranjang, cara ini bermakna sebagai hukuman psikologis bagi istri dan dalam kesendirianya tersebut ia dapat melakukan koreksi terhadap kekeliruanya. 3 Apabila dengan cara ini tidak berhasil, langkah berikutnya adalah memberi hukuman fisik dengan cara memukulnya, penting untuk dicatat yang boleh dipukul adalah bagian yang tidak membahayakan si istri, seperti betisnya. 24 22 Azhari Akmal Taringan dan Amirul Nuruddin, Hukum..., h. 208. 23 Ahmad Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta, Rajawali Pres, 1995, h. 269- 272. 24 Sayuti thalib, hukum kekeluargaan Indonesia, Jakarta: UI Press, 1986, h. 93. 17

b. Nusyuz Suami Terhadap Istri

Kemungkinan nusyuz ternyata tidak hanya datang dari istri tetapi dapat juga datang dari seorang suami. Selama ini sering disalah pahami bahwa nusyuz datang dari seorang istri saj, padahal Al- Quran juga menyebutkan adanya nusyuz dari suami sebagaimana yang tercantum pada firman Allah SWT : Annisa 4 128.                                                                                                                        Artinya : Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuzatau sikap tidak acuh dari suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya Mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya dan perdamaian itu lebih baik bagi mereka walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu dari nusyuz dan sikap tak acuh, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Adapun nusyuznya suami dapat terjadi dalam bentuk kelalaian dari pihak suami untuk memenuhi kewajibannya terhadap istri, baik nafkah lahir ataupun bathin.

c. Terjadinya Syiqoq

Jika kedua kemungkinan diatas disebutkan di muka menggambarkan satu pihak yang melakukan nusyuz sedangkan pihak yang lain dalam kondisi normal, maka kemungkinan yang ketiga ini terjadi karena kedua - duanya terlibat dalam Syiqoq percekcokan, misalnya disebabkan karena faktor ekonomi, sehingga keduanya sering bertengkar.