Pertimbangan dan Putusan Hakim ditinjau dari Perspektif Hukum Islam
55
Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksanaan kekuasaan Kehakiman untuk rakyat pencari keadilan bagi yang beragam Islam, mengenai perkara perdata
tertentu yang diatur dalam undang-undang.
74
Dengan adanya unsur-unsur tersebut maka seorang yang dapat dibebani pertanmggungjawaban
pidana hanya
manusia yang
bisa mempertanggungjawabkan perbuatanya. Adapun yang dimaksud dengan manusia
disini adalah manusia yang memiliki akal pikiran, sudah dewasa, mengetahui perbuatan yang dilarang dan tidak dilarang serta mengetahui akibat-akibat dari
perbuatan tersebut. Dan apabila manusia terebut melakukan perbuatan jarimah tanpa dibarengi dengan tiga unsur diatas maka tidaak ada pertanggungjawaban
pidana kepadanya. Oleh karena itu tidak ada pertanggungjawaban pidana bagi anak di bawah umnur, orang gila, orang dungu, orang yang dipaksa dan orang
yang melakukan jarimah karena terpaksa. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, Hukuman dimaksudkan sebagai
makhluk yang saling berinteraksi satu dengan yang lainya. Hukuman merupakan cara beban dan tanggungjawab pidana, dipikulkan bagi pembuat jarimah yang
bertujuan untuk terciptanya sebuah kehidupan yang tentram, aman, kondusif. Harus ada kesesuaian antara hukuman sebagai beban kepentingan manusia.
75
Sebagaimana telah diketahui, bahwa Hukum Pidana Islam mengenal asas legalitas yang mana dalam pengertianya dijelaskan bahwa sebelum ada nash
ketentuan , tidak ada hukum bagi orang –orang yang berakal sehat, itu artinya,
74
Mukri Arto, praktek perkara Peradilan Agama,Yogyakarta : Pustaka pelajar, 1996cet.1 hal 16.
75
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam. h. 87.
56
bahwa perbuatan orang-orang yang cakap mukalaf tidak dapat dikatakan ssebagai perbuatan yang dilarang, selama belum ada nash ketentuan yang
melarangnya dan ia mempunyai kebebasan untuk melakukan perbuatan itu atau meninggalkanya, sehingga ada nash yang melarangnya. Untuk itu syarat syarat
mengenai jarimah yang harus terdapat pada pelaku dalam kedudukanya sebagai orang yang bertanggung jawab yaitu:pelaku sanggup memahami nash-nash syara
yang berisi Hukum Taklifi, perbuatan itu mungkin dikerjakan, perbuatan itu disanggupi oleh mukalaf, yakni ada dalam jangkauan kemampuan mukallaf, baik
mengerjakanya maupun meninggalkanya, dan perbuatan tersebut diketahui oleh mukallaf dengan sempurna.
Dalam hal ini pelaku harus mengetahui hukum-hukum tersebut harus ditetapkan dan disiarkan kepada orang banyak. Disamping itu, dalam hukum
pidana Islam juga mengenal asas atau kaidah yaitu tidak ada jarimah kecuali dengan adanya kententuan nash. Pada ketentuan hukum itu sendiri ada faktor yang
mendorong seseorang untuk berbuat atau tidak berbuat. Hal ini berarti mengetahui bahwa ia akan dikenakan hukuman apabila tidak menaati peraturan atau ketentuan
hukum tersebut. Dengan demikian bahwa suatu ketentuan tentang jarimah harus berisi ketentuan hukumanya.
76
Terkait dengan putusan hakim Pengadilan Agama Tigaraksa mengenai hal ini, penulis bisa menyatakan bahwa menurut Hukum Pidana Islam perbuatan
terdakwa merupakan suatu jarimah atau tindak pidana atas selain jiwa, karena akibat dari tindakan tergugat, si korban mengalami luka lecet pada pipinya dan
memar pada daun telinga korban.dalam hal ini perbuatan tergugat jelas bertentangan dengan hukum Islam karena tugas kaum laki-laki suami adalah
76
Wardi Mukhlich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam.h. 29-31.
57
melindungi perempuan, menjadi pemimpin keluarga, menafkahi keluarga, dan bukanya untuk menguasai dan memonopoli atau bertindak sewenang-wenang
terhadap seorang perempuan istri. Allah telah memberikan kelebihan jasmani atau fisik terhadap kaum laki-laki suami. Sesuai dengan firman Allah SWT
dalam Al- quran surat An-Nisa 4 Ayat 34:
Artinya: kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka laki-laki atas sebahagian yang
lain wanita, dan karena mereka laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat
kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka wanita-wanita yang kamu
khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika
mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
Ayat diatas sudah jelas, bahwa kaum laki-laki berkewajiban memilihara dan menjaga perempuan ,karena suami diberi kelebihan jasmani, ayat ini juga sebagai
pijakan bagi suami untuk memberikan pendidikan kepada istri mereka yang membangkang dengan cara menasehati. Dan jika dengan cara nasehat dia masih
membangkang pula, maka pukulah mereka. Namun demikian, pukulan itu tidak boleh menyakiti dan melukai.
77
77
Hamka, Tafsir Al-Azhar Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983,juz V, h. 48-49.
58
Jika mau secara ketat mengikuti aturan hukum pidana Islam, pelaku selayaknya dijatuhi hukuman qishash atau diyat karena tergugat telah melakukan
tindak pidana atas selain jiwa atau melakukan kekerasaan terhadap istrinya yang menyebabkan istri mengalami luka ringan.dalam Hukum Pidana Islam hukuman
Qishash mengenai tindak pidana atas selain jiwa dijelaskan dalam surat Al- Maidah 5 ayat 45:
Artinya: dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya At Taurat bahwasanya jiwa dibalas dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan
hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka pun ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan hak kisas nya, Maka melepaskan hak
itu menjadi penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang
zalim.
Namun jika korban memaafkan perbuatan tergugat tanpa diberlakukan hukuman pengganti yakni Diyat, tidak berarti tergugat lepas bebas tanpa dikenai
hukuman. Maka dalam hal ini ulil amri mempunyai hak atau wewenang untuk menjatuhkan hukuman T
a‟zir terhadap tergugat, karena tergugat selain melanggar hak individu hak dhami terdakwa juga melanggar hak masyarakat hak jamaah
atau juga hak Allah sehingga tercapailah atau terciptalah kemashlahatan umum di dalam masyarakat.
78
78
A.djazuli, Fiqih Jinayah Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997 hal. 153.
59
Dengan demikian dijatuhkanya hukuman T a‟zir oleh ulil amri atau
pemimpin negara terhadap tergugat bukan hanya bertujuan menciptakan kemashlahatan didalam masyarakat tetapi juga bertujuan untuk membuat efek jera
dan ,memperbaiki tingah laku tergugat dan juga masyarakat supaya tidak mengikuti perbuatan tindak pidana yang telah dilakukan oleh tergugat terhadap
penggugat begitu juga terhadap perbuatan tindak pidana lainya. Ketentuan tindak pidana atas selain atau sering disebut dengan kejahatan
terhadap tubuh yang terdapat dalam surat Al-maidah diatas, diperkuat dengan adanya hadist nabi yang meriwatkan oleh Al- Hasan Al-basri dari muqotil, yang
artinya “ seorang perempuan mengadu kepada Rasulullah Saw, bahwa suaminya telah memukulnya, Rasulullah Saw bersabda, „ia akan dikenakan hukuman kisas‟
H.R. Al-Hasan Al-Basri dari muqatil.
79
Dalam Hukum Positif hukuman harus memuat tiga unsur antara lain : a pemidanaan harus mengandung semacam kehilangan atau kesengsaraan yang
biasanya secara wajar dirumuskan sebagai sasaran dari tindakan pemidanaan. Unsur pertama ini pada dasarnya merupakan kerugian atau kejahatan yang
didierita oleh subyek yang menjadi korban sebagai akibat dari tindakan tindakan yang dilakukan seecara sadar oleh pelaku. Tindakan pelaku dianggap salah bukan
saja karena mengakibatkan penderitaan bagi orang lain, tetapi juga karena melawan hukum. b setiap pemidanaan harus datang dari institusi yang berwenang
secara hukum, itu artinya pemidanaan tidak tidak hanya sebagai konsekuensi alamiah suatu utindakan, melainkan sebagai hasil keputusan tersebut dilakukan
79
Soenarji dan Ibrahim Hosen, Al-quran dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama,2004,jilid 2, juz 4-6,h.154.
60
oleh lembaga yang berwenang. c penguasa yang berwenang berhak untuk menjatuhkan pemidanaan hanya kepada pelaku yang telah terbukti sengaja
melanggar hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam masyarakat.
80
Terkait dengan putusan yang dijatuhkan oleh Majlis Hakim Pengadilan Agama mengenai kekerasan fisik yang terjadi dalam lingkungan keluarga, bahwa
tindakan tersebut dilakukan oleh tergugat yang bernama wijaya kusuma terhadap istrinya yaitu syarifina humairah. Dalam Hukum Positif perbuatan terdakwa
dianggap sebagai kejahatan terhadap martabat kemanusiaan yang melanggar Hak Asasi Manusia. Oleh karena itu pelaku atau tergugat dapat dipidana sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang No.23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasaan Dalam rumah tangga PKDRT
Tergugat telah melanggar pasal 44 ayat 1 UU PKDRT karena tergugat melakukan kekrasaan fisik terhadap istrinya dalam lingkup rumah tangga.
Meskipun tidak mengakibatkan penyakit dan halangan dalam melakukan pekerjaan akan tetapi perbuatan tergugat tersebuut dikategorikan perbuatan tindak
pidana karena tidak ditemukan alasan pembenar dan pemaaf dalam menghapuskan pertanggungjawaban pidana. Oleh karena itu perbuatan tergugat telah selaras
dengan unsur-unsur yang tercantum dalam pasal 44 ayat 1 dan 4 UU PKDRT tersebut yang berbunyi:
Setiap yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga sebgaiamana dimaksud dalam pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana
80
M. Solehuddin, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana, Ide Dasar Double Track System Implementasinya, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2003,h, 70-71.
61
penjara paling lama 5 lima tahun atau denda paling banyak Rp. 15.000.000.00 lima belas juta rupiah ayat 4 menegaskan dalam hal perbuatan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 apabila perbuatan tersebut dilakukan oleh suami terhadap istri atau sebaliknya yang menimbulkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari dipidan dengan pidana penjara paling lama 4 empat bulan atau denda paling
banyak Rp. 5.000.000.00 lima juta rupiah.
81
Pelaksanaan tugas peradilan seorang Hakim tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan siapapun, bahkan ketua pengadilan sendir tidak berhak ikut campur
dalam soal peradilan yang dilaksanakanya. Hakim bertanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas putusan yang telah ditetapkan.
82
Pada hari sidang yang telah ditetapkan, penggugat telah hadir dipersidangan dan tidak pernah hadir lagi dalam persidangan dan tidak mengutus orang lain
sebagai wakil atau kuasanya. Kemudian dibacakan surat gugatan tertanggal 04 Maret 2013. Yang isinya
tetap dipertahankan oleh penggugat. Atas gugatan penggugat tersebut. Untuk menguatkan dalil- dalil gugatanya, penggugat telah mengajukan alat-
alat bukti berupa fotocopi kutipan Akta Nikah yang dikeluarkan oleh KUA Kecamatan Ciputat Timur, kota Tangerang Selatan.
81
UU Republik Indonesia, No. 23 Tahun Penghapusan Kekerasaan Dalam Rumah Tangga h. 15-16.
82
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Acara Perdata di Indonesia, Jakarta : ciputat press, cet. 1 hal. 32
62
Selain bukti surat, penggugat juga telah menghadirkan 2 orang saksi keluarga yang memberikan keterangan didepan sidang pengadilan dengan
dibawah sumpah sebagai berikut: 1.
saksi yang intinya menerangkan sebagi berikut -
Bahwa, saksi kenal dengan penggugat dan tergugat -
Bahwa saksi sebagi kaka penggugat -
Bahwa, penggugat dan tergugat sebagai suami istri -
Bahwa setelah menikah penggugat dan tergugat hidup berumah tangga terakhir tinggal di pamulang
- Bahwa dari pernikahan penggugat dan tergugat dikaruniai 2 orang anak
laki-laki, anak pertama berumur 21 tahun dan anak yang kedua berumur 16 tahun
- Bahwa pada awalnya rumah tangga penggugat dan tergugat harmonis
- Bahwa sejak 2006, ruamh tangga penggugat dan tergugat mulai tidak
rukun, sering terjadi perselisihan dan pertengkaran. -
Bahwa penyebab perselisihan dan pertengkaran masalah karena tergugat tidak bertanggung jawab dan kasar.
- Bahwa saksi belum pernah menyaksikan langsung pertengkaran penggugat
dan tergugat, saksi mengetahuinya dari cerita tergugat. Tidak ada hubungan seperti layaknya suami istri sejak bulan maret 2012
- Bahwa saksi sudah ccukup menasehati agar pengguat dan tergugat rukun.
- Bahwa tidak ada musyawarah keluarga kedua belah pihak sudah berusaha
mendamaikan mereka, karena keuarga tergugat beritikad jelek. -
Bahwa saksi tidak sanggup lagi mengupayakan perdamaian.
63
2. Saksi II, menerangakan yang intinya sebagai berikut :
- Bahwa saksi kenal dengan penggugat dan tergugat
- Bahwa saksi sebagi kakak penggugat
- Bahwa penggugat dan terguugat sebagai suami istri
- Bahwa setelah menikah penggugat dan tergugat hidup berumah tangga
terakhir tinggal di pamulang -
Bahwa dari pernikahan penggugat dan tergugat dikaruniaii dua orang anak laki-laki nak yang pertama berumur 21 tahun dan anak yang kedua
berumur 16 tahun -
Bahwa pada awalnya berumah tangga penggugat dan tergugat harmonis -
Bahwa sejak tiga tahun yang lalu, rumah tangga penggugat dengan tergugat mulai tidak rukun, sering terjadi perselisihan dan pertengkaran
- Bahwa penyebab perselisihan dan pertengkaran maslah karena tergugat
suka mengkonsumsi narkoba dan kasar -
Bahwa saksi belum pernah menyaksikan langsung pertengkaran tergugat dan penggugat, saksi mengetahuinya dari cerita penggugat
- Bahwa antara penggugat dengan tergugat berpisah rumah, sampai
sekarang sudah tidak ada hubungan seperti layaknya suami istri sejak bulan maret 2012
- Bahwa saksi sudah cukup menasehati agar penggugat dan tergugat rukun
- Bahwa tidak ada musyawarah keluarga kedua belah pihak sudah beruash
mendamaikan kedua belah pihak, karena keluarga tergugat beritikad jelak
64
- Bahwa saksi tidak sanggup lagi untuk mengupayakan perdamaian Hakim
menimbang bahwa penggugat menyatakan tidak mengajukan atau memberikan keterangan atau sesuatu apapun. Dan Hakim menimbang
bahwa hal-hal yang telah disampaikan dipersidangan telah dicatat selengkapnya dalam berita acara selengkapnya dan Majlis telah menunjuk
berita acara tersebut yan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan putusan ini
Alasan yang pokok Hakim memutuskan karena terjadinya pertengkaran terus menerus dan majlis Hakim juga telah menarik kesimpulan sebagaimana
tersebut diatas dan yang menjadi sebab perselisihan telah cukup jelas, maka majlis Hakim berpendapat bahwa dikabulkanya gugatan penggugat telah dapat memenui
ketentuan pasal 22 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo pasal 76 ayat 1 UU Nomor 7 tahun 1989.
Dengan telah diperolehnya suatu fakta yang berkaitan dengan duduk perkara antara penggugat dengan tergugat telah terjadi perselisihan yang tidak mungkin
lagi dapat dirukunkan. Dinilai telah memenuhi alasan Hukum baik berdasarkan ketentuan Undang-Undag yang berlaku sebagaiman yang tersebut pada pasal 19
f PP Nomor 9 Tahun 1975 dan KHI pasal 116 f yaitu :”antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan
hidup rukun lagi dalam rumah tangga “. Dan sesuai dengan pendapat Ulama Fiqh
dalam kitab Ghayatul Maromil Syaikhil M ajdhi yang berbunyi “ apabla istri sudah
sangat memuncak kebencianya kepada suami,maka diperkenankan hakim untuk menjatuhkan thalak laki-laki tersebut dengan thalak satu
“. Maka thalak yang patut terjadi dalam perkara ini adalah thalak satu
Ba‟in Shugra.
65
Ketentuan hakim Isalam sebagiamana yang tersebut dalam Al Quran surah Ar- Rum ayat 21 yang diperjelas oleh pasal 3 Kompilasi Hukum Islam maupun
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaiman tersebutpada pasal 1 UU nomor 1 tahun 1974, dinyatakan bahwa perkawinan
bertujuan untuk mewujudkan kehidupa rumah tangga yang sakinah, mawadah warahmah dan manakala antara pengguat dan tergugat sring terjadi perselisihan
dan percekcokan terus menerus, maka kehidupan rumah tangga antara penggugat dan tergugat sudah tidak dapat dibina dengan baik dan untuk mencapai tujuan
perkaeinan sebagaiman tersebut diatas akan sulit tercapai, dan karenanya majlis hakim berpendapat agar masng-masing pihak tidak lagi lebih jauh melanggar
norma-norma hukum maka percerain dapat dijadikan satu alternatif untuk menyelesaikan perselisihan rumah tangga antara penggugat dan tergugat
Bahwa berdasarkan ketentuann pasal 89 ayat 1 UU nomor 7 tahun 1989, maka biaya perkara patut dibebankan kepada penggugat
Mengingat segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kaidah syariah yang berkaitan dengan perkara ini.
Adapun mengenai penetapan putusan pengadilan dalam perkara ini khususnya pada perkara cerai gugat maupun cerai thalak yang disebabkan dilatar
belakangi faktor krisis akhlak pada umumnya mengandung amar putusan tunggal, yaitu penetapan putusan yang berupaya pengabulan penggugat untuk melakukan
perbuatan hukum sebagai mana yang dimohonkan seperti : 1.
Menyatakan tergugat telah dipanggil dengan cara sepatutnya untuk hadir dipersidangan, akan tetapi tidak hadir.
66
2. Mengabulkan gugatan penggugat dengan verstek
3. Menjatuhkan thalak satu ba‟in sughra dari tergugat wijaya kusuma terhadap
penggugat syariifina humairo 4.
Memerintahkan kepada panitera pengadilan Agama Tigaraksa untuk mengirimkan salinan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap kepada
Kantor Urusan Agama Kecamatan Ciputat kota Tangerang Selatan. 5.
Membebankan kepada penggugat untuk membayar biaya perkara yang hingga kini dihitung sebesar Rp 391.000,- Tiga ratus sembilan puluh satu rupiah.
Telah jelas termuat diatas amar putusan yang diberikan oleh Pengadilan Agama Tigaraksa dengan mengabulkan gugatan kepada penggugat untuk menceraikan
suaminya tergugat karena dalil –dalil yang telah diajuakan penggugat dalam
gugatanya adalah dalil yang benar. Dengan demikian dijatuhkanya putusan ini pada hari Senin tanggal 04 maret 2013 M. Yanag bertepatan dengan tanggal 21
Rabiul Tsani 1434 H, oleh kami Drs. Supyan Maulani sebagai Hakim ketua majlis, Dra. Ai Jamilah MH dan misidah, S.Ag, M.HI, masing-masing sebagai
Hakim anggota Majlis, putusan ini hari itu juga dibacakan dalam sidang terbuka untuk umum, dibantu oleh Hikmah Nurmala, SH sebagai panitera pengganti,
dengan dihadiri oleh penggugat tanpa dihadiri tergugat.