14
a. Mazhab maliki mendefinisikan talak sebagai suatu sifat hukum yang
menyebabkan gugurnya kehalalan hubungan suami istri.
17
b. Mazhab Hanafi dan Mazhab Hambali mendefinisikanya sebagai pelepasan
ikatan perkawinan secara langsung atau pelepasan perkawinan dimasa yang akan datang.
c. Sayyid Sabiq mendefinisikan talak dengan melepas tali perkawinan dan
mengakhiri hubungan suami istri.
18
Menurut Prof. Subekti , S.H. Perceraian adalah penghapusan perkawinan dengan putusan Hakim, atau tuntutan dari salah satu pihak dalam perkawinan
tersebut.
19
Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam KHI mendefinisikan talak sebagai ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu
sebab putusnya perkawinan dengan cara sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 129, 130, dan 131.
20
perceraian talak dalam ajaran Islam diatur dalam Al - Quran dan Hadist Nabi SAW. Dengan adanya landasan tersebut menegaskan
bahwa perceraian dalam Islam boleh dilakukan sebagaimana yang tercantum dalam surat Al - Baqarah ayat 229:
17
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam Nikah, Ensiklopedia Islam, jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994, cet ke - 2, jilid 4, h. 53
18
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Terjemah, Bandung: PT.Al - Maarif, 1996, cet ke 2, jlid 9.
19
Subekti, Pokok - Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 2003cet.ke 31, h. 42 .
20
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: Akademika Pressido, 1992, cet ke 1, h. 141.
15
Artinya: Talak yang dapat dirujuki dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang maruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal
bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat
menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya suami istri tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak
ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu
melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim.
2. Alasan Perceraian
Ikatan perkawinan sebenarnya dapat putus dan tata caranya telah diatur di dalam fikih maupun didalam UUP. Meskipun perkawinan tersebut dipandang
mutlak atau tidak boleh dianggap tidak dapat di putuskan. Perkawinan Islam tidak boleh dipandang sebagai sebuah sakramen seperti yang terdapat di dalam Agama
Hindu dan Kristen, sehingga tidak dapat diputuskan. Ikatan perkawinan harus dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, bisa bertahan dengan bahagia dan bisa
juga putus di tengah jalan.
21
Para Ulama klasik juga telah membahas masalah putusnya perkawinan ini di dalam lembaran kitab-kitab fikih. Menurut Imam Malik sebab-sebab putusnya
perkawinan adalah thalak, khulu, khiyar atau fasakh, syiqoq, nusyuz, ila dan
21
Azhari Akmal Tarigan dan Amiur nuruddin, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta, Kencana Prenada Media Grouf, 2006, h. 207.
16
zihar. Imam syafii menuliskan sebab-sebab putusnya perkawinan adalah thalak, khulu khiyar atau fasakh, syiqaq, nusyuz, ila dan zihar.
22
Islam mendorong terwujudnya perkawinan yang bahagia dan kekal dan menghindarkan terjadinya perceraian talak. Dapatlah dikatakan, pada hal-hal
yang darurat. Ada empat kemungkinan yang dapat terjadi dalam kehidupan rumah tangga
yang dapat memicu terjadinaya perceraian, yaitu.
23
a. Terjadinya Nusyuz dari Pihak Istri
Nusyuz bermakna kedurhakaan yang dilakukan seorang istri terhadap suaminya. Hal ini bisa terjadi dalam bentuk pelanggaran perintah, penyelewengan
dan hal-hal yang dapat menggangu keharmonisan rumah tangga.
Berdasarkan firman Allah SWT memberi opsi sebagai berikut: 1
Istri diberi nasihat dengan cara maruf agar ia segera sadar terhadap kekeliruan yang diperbuatnya.
2 Pisah ranjang, cara ini bermakna sebagai hukuman psikologis bagi istri
dan dalam kesendirianya tersebut ia dapat melakukan koreksi terhadap kekeliruanya.
3 Apabila dengan cara ini tidak berhasil, langkah berikutnya adalah memberi
hukuman fisik dengan cara memukulnya, penting untuk dicatat yang boleh dipukul adalah bagian yang tidak membahayakan si istri, seperti
betisnya.
24
22
Azhari Akmal Taringan dan Amirul Nuruddin, Hukum..., h. 208.
23
Ahmad Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta, Rajawali Pres, 1995, h. 269- 272.
24
Sayuti thalib, hukum kekeluargaan Indonesia, Jakarta: UI Press, 1986, h. 93.
17
b. Nusyuz Suami Terhadap Istri
Kemungkinan nusyuz ternyata tidak hanya datang dari istri tetapi dapat juga datang dari seorang suami. Selama ini sering disalah pahami bahwa nusyuz
datang dari seorang istri saj, padahal Al- Quran juga menyebutkan adanya nusyuz dari suami sebagaimana yang tercantum pada firman Allah SWT : Annisa 4
128.
Artinya : Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuzatau sikap tidak acuh dari suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya Mengadakan
perdamaian yang sebenar-benarnya dan perdamaian itu lebih baik bagi mereka walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. dan jika kamu
bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu dari nusyuz dan sikap tak acuh, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Adapun nusyuznya suami dapat terjadi dalam bentuk kelalaian dari pihak suami untuk memenuhi kewajibannya terhadap istri, baik nafkah lahir ataupun
bathin.
c. Terjadinya Syiqoq
Jika kedua kemungkinan diatas disebutkan di muka menggambarkan satu pihak yang melakukan nusyuz sedangkan pihak yang lain dalam kondisi normal,
maka kemungkinan yang ketiga ini terjadi karena kedua - duanya terlibat dalam Syiqoq percekcokan, misalnya disebabkan karena faktor ekonomi, sehingga
keduanya sering bertengkar.
18
Tampaknya alasan untuk terjadinya perceraian lebih disebabkan oleh alasan Syiqoq. Dalam penjelasan Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1989 dinyatakan
bahwa Syiqoq adalah perselisihan yang tajam dan terus menerus antara suami istri.
Untuk sampai kesimpulan bahwa istri tidak dapat lagi di damaikan harus di lalui beberapa proses. Sebagaimana firman Allah SWT Q.S. Annisa: 35
Artinya: Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari
keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri
itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
d. Salah Satu Pihak Melakukan Perbuatan Zina yang Menimbulkan Saling
Tuduh Menuduh Antar Keduanya.
Cara menyelesaikan adalah dengan cara membuktikan tuduhan yang di dakwakan dengan cara lian seperti telah di singgung di muka. Lian sesungguhnya
telah memasuki gerbang putusnya perkawinan, dan bahkan untuk selama lamanya. Karena akibat Lian adalah terjadinya talak bain kubro.
25
Jika diamati aturan-aturan fiqh yang berkenaan dengan talak, terkesan seolah-olah fikih memberi aturan yang sangat longgar bahkan dalam tingkat
tetentu memberikan kekuasaan yang terlalu besar pada laki-laki. Seolah-olah talak
25
Ibid., h. 214.
19
menjadi hak laki-laki sehingga bisa saja seorang suami bertindak otoriter. Misalnya, mencerai istri secara sepihak.
26
Jika fikih terkesan mempermudah terjadinya perceraian, maka, UUP dan aturan-aturan lainya terkesan mempersulit terjadinya perceraian ini untuk dapat
terwujudnya sebuah perceraian harus ada alasan-alasan tertentu yang dibenarkan Undang-undang dan ajaran agama. Jadi semata-mata diserahkan kepada aturan-
aturan agama.
27
B. Perceraian dalam perspektif UU No. 1 Tahun 1974
Pada pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 dijelaskan bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia, kekal berdasarkan ketuhanan Yang
Maha Esa, salah satu fungsi Undang - Undang perkawinan No. 1 tahun 1974 dan PP No. 9 tahun 1995 adalah untuk mengatur dan membatasi penggunaan dan
kebolehan talak dengan berbagai syarat yang disesuaikan dengan hukum Islam. Dan tatacara penggunaan talak mesti melalui campur tangan Pengadilan Agama
yang diberi kewenangan untuk menilai dan mempertimbangkan apakah dasr alasan suami untuk menthalak istri menurut hukum Islam.
Karena itulah, menurut Al-Sayyid syabiq, penentuan syarat-syarat layak tidaknya suatu perceraian diakabulkan pengadilan didasarkan pada prinsip
meringankan urusan manusia menjauhkan segala kesempitan serta berpijak pada jiwa syariat Islam yang penuh dengan kemudahan.
28
26
Ibid., h. 215.
27
Ibid., h. 216.
28
Sayyid Sabiq , Fiqih, h. 83.
20
Dalam kitab - kitab fiqih klasik cukup banyak yang bisa dijadikan alasan perceraian, baik dari pihak istri maupun dari pihak suami. Namun dalam
pembahasan ini penulis hanya mendiskripsikan alasan-alasan perceraian yang tercover dalam Undang-undang perkawinan No. 1 tahun 1974, jo. PP No. 9 tahun
1995 pasal 19 jo, KHI pasal 116. Dalam KHI pasal 116 disebabkan bahwa alasan alasan perceraian dibagi
menjadi delapan, yaitu dari poin 1 sampai 8, yaitu : 1.
Salah satu pihak berbuat zina ataupun pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan. Secara umum zina bagi orang yang
terkait perkawinan ialah hubungan kelamin sexual interourse yang dilakukan oleh suami atau istri dengan seseorang pihak ketiga yang berlainan seks.
29
Hal lain yang dapat dijadikan alasan perceraian, salah satu menjadi pemabuk,
pemadat, penjudi, atau kebiasaan lainya yang tak bisa disembuhkan. Sebab semua kebiasaan lainnya yang tak bisa disembuhkan, sebab semua kebiasaan
itu selain melanggar larangan agama juga merugikan diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Hingga, bila suami atau istri ada yang punya kebiasaan tersebut,
lantas salah satu pihak menggugat, maka pengadilan bisa mengabulkanya. Jadi alasan zina, penjudi, pemabuk, dan lain sebagainya adalah alasan alasan yang
dapat dipergunakan dalam hukum Islam untuk meminta Cerai. Istri yang berbuat zina memberi hak kepada suaminya untuk menceraikanya, dan
sebaliknya. Demikian pula suami istri yang suka mabuk, penjudi, pemadat,
29
M. Yahya Harahap. Hukum Perkawinan Nasional Medan: CV. Zahir Trading co.Medan, 1975, cet. Ke - 1, h. 136.
21
dapat menjadi alasan agar pengadilan memfaskhkan perkawinanya. Dan suami terhadap istri penjudi, pemabuk, pemadat dapat pula menthalaknya.
30
2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa
izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuanya. Jadi bila suami meninggalkan istri atau istri meninggalkan
suami selam 2 tahun berturut-turut tanpa izin dan alasanya yang sah, maka bisa dijadikan alasan peceraian, meninggalkan pihak lain setidaknya harus
memenuhi kriteria di bawah ini yaitu pertama, tindakan meninggalkan pihak lain sebagai kesadaran kehendak bebas. Kedua, bukan karena ada suatu sebab
memaksa yang tak dapat dielakan, seperti suami atas perintah jabatan dipindahkan ketempat lain.
31
Ketiga, tindakan disersi tersebut tanpa izin dan persetujuan pihak lain dan keempat, perbuatan tersebut harus berturut-turut
untuk minimal 2 tahun.
32
Selanjutnya dalam mengomentari masalah ini, M. Yahya Harahap mengungkapkan: Bagaimanapun dalam mempertimbangkan
permintaan cerai dengan alasan meninggalkan tempat kediaman bersama sesuatu hal yang mesti dijadikan dasar untuk mengambil kesimpulan harus di
tentukan faktor-faktor: a.
Apa sebab tejadinya peristiwa itu. b.
Dan dipihak siapa letaknya kesalahan yang menjadi sebab istri atau suami pergi meninggalkan tempat kediaman bersama tersebut.
c. Dan gugatan dengan sendirinya gugur apabila sebelum ada putusan yang
meninggalkan tempat kediaman, kembali dengan suka rela.
30
M. Yahaya Harahap, Hukum..., h. 139.
31
M. Yahaya Harahap, Hukum..., h. 124.
32
M. Yahaya Harahap, Hukum..., h. 124.
22
3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 lima tahun atau hukuman
yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung. Dari rumusan tersebut, bahwa baik suami maupun istri dapat menurut perceraian jika salah satu pihak
mendapat hukuman badan life imprisonment, namun hal itu baru merupakan alasan, bila hukuman badan tersebut dijatuhkan setelah terjadi perkawinan.
Perrmasalahan alasan ini sangat sederhana dan penerapanya tidaak memerlukan penafsiran, artinya, dalam pasal 23 PP No. 91975 jo. Pasal 74
Undang - Undang No. 7 tahun 1989 telah menentukan bahwa salinan putusan pidana yang bersangkutan suami istri langsung dianggap mempunyai
kekuatan pembuktian yang menentukan bislende bewijskracht.
33
Karena pasal yang dimaksud terdaapat kalimat yang berbunyi: Untuk mendapatkan putusaan perceraian sebagai bukti penggugat
cukup menyampaikan salinan putusan pengadilan yang memutuskan perkara disertai keterangan yang menyatakan bahwa putusan itu, mempunyai
kekuatan hukum yang tetap. Pasal 23 PP no. 91975 Jo. Gugatan perceraian karena yang salah
seorang dari suami istri mendapat hukuman yang lebih berat sebagaiman yang dimaksud dalam pasal 19 huruf c, maka untuk mendapatkan putusan
perceraian sebagai bukti penggugat cukup menyampaikan salinan putusan pengadilan yang memutuskan perkara disertai keterangan yang menyatakan
bahwa putusan itu telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap
33
M. Yahaya Harahap, Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peadilan Agama, Jakarta: Pustaka Kartini, 1997, Cet ke-3, h. 259.
23
Pasal 74 Undang - Undang No.7 tahun 2989. Apabila gugatan Percival didasarkan atas alasan salah satu pihak mendapat pidana penjara, maka untuk
memperoleh putusan
perceraian, sebagai
bukti penggugat
cukup menyampaikan salinan putusan pengadilan yang berwenang yang
memutuskan perkara disertai keterangan yang menyatakan bahwa putusan itu telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Dari penegasan diatas, telah jelas bahwa salinan bahwa salinan putusan pidan dalam perkara perceraian yang didasarkan atas alasan mendapat
hukuman penjara 5 tahun. 4.
Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain.
Tema kekejaman dan penganiayaan berat masih Universal dan belum ada standar baku. Maka, ia masih membutuhkan peluang interpretasi dan
penafsiran-penafsiran. Secara umum, kekejaman biasanya perlakuan terhadap fisik. Artinya, perbuatan itu menyebabkan sakit atau membahayakan.
Maka, dalam hal ini, M. Yahya harahap memberikan penafsiran bahwa kekejaman tidak hanya bersifat fisik, tapi bisa juga kekejaman terhadap
mental. Seperti penghinaan, penistaan, caci maki, selalu marah akibat cemburu yang berlebihan dan tak beralasan, atau suami berlaku diktator,
sering berlaku kasar serta kotor. Sebab, kekejaman itu suami pada ketenangan jiwa dan pikiran yang berdampak membahyakan jasmani maupun rohani.
34
34
M. Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional..., h. 142-144.
24
5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
dapat menjalankan kewajiban sebagai suami istri. Maksud cacat badan atau penyakit disini ialah cacat jasmani atau
rohani yang tidak dapat dihilangkan atau sekalipun dapat sembuh dalam waktu yang cukup lama. Sehingga kondisi tersebut dapat menghalangi salah
satu pihak menjalankan kewajiban masing-masing sebagai suami istri. Namun, para Ulama fikih berbeda pendapat dalam mengkategorikan penyakit apa saja
yang dapat dijadikan alasan tersebut.
35
Secara umum dapat disebutkan bahwa lemah syahwat, gila, penyakit sopak, bisa dijadikan alasan perceraian, demikian menurut pendapat sahabat
Ali bin Ali Abi Thalib dan Umar bin khatab, seperti dikutib oleh Kamal muhtar.
36
Hal signifikan untuk dijadikan acuan, bukan hanya menyebutkan nama penyakit ataupun bahayanya. Karena suatu penyakit dapat saja berkembang
dan timbul, dalam bentuk baru seperti AIDS misalnya. Dalam hal ini, Ibnu al- Qayyim, sebagaimana dikutib kamal muhtar, mengemukakan: oleh sebab itu
semua cacat yang menyebabkan suami istri saling menjauhi, tidak dapat mewujudkan perkawinan, serta tidak ada rasa, kasih sayang dan saling
mencintai dapat dijadikan alasan untuk memilih apakah ia akan tetap melangsungkan perkawinanya atau bercerai.
37
35
Kamal Muhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, cet. Ke-1, h. 195.
36
Kamal muhtar, Asas-Asas..., h. 6.
37
Kamal muhtar, Asas-Asas..., h. 6.
25
Selanjutnya, dalam memeriksa perkara permohonan perceraian alasan - alasan cacat badan atau penyakit, sedang pengadilan memerlukan alat bukti,
apakah benar salah satu pihak suami istri mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibanya masing masing,
bisa dibuktikan lewat pemeriksaan Dokter.
38
Namun, bukan fakta-fakta cacat atau penyakit, yang harus dibuktikan. Hal ini ditekankan agar hakim tidak gampang mengabulkan perceraian atas
alasan cacat atau sakit. Akan tetapi tidak dianjurkan agar bersikap kaku. Barangkali, secara kasuistik dapat dipegang pendapat yang dikemukakan oleh
Dr. Musthafa al - syibaiy yang dirangkumnya dari pendapat Ibnu Syikah Al- Zuhri, Syuraih dan Abu Tsur yang antara lain dapat disadur:
kalau penyakit itu sudah parah sehingga telah menghancurkan sendi sendi kesejahterahan dan kehidupan rumah tangga, maka dapat dibenarkan
terjadinya perceraian.
39
6. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan
tidak ada harapan akan rukun lagi dalam rumah tangga. Alasan ini menurut bahasa Al- Quran disebut Syiqoq. Menurut definisi
, Syiqoq adalah perceraian yang terjadi karena percekcokan terus menerus antara suami dan istri, sehingga memerlukan tangan 2 orang Hakam juru
damai dari pihak suami maupun istri.
40
dalam penjelasan pasal 76 ayat 1
38
Undang- Undang Peradilan Agama UU No. 7 tahun 1998 Jakarta: Sinar Grafika, 1996 cet. Ke - 1, h. 31.
39
Musthafa As Syibay, Wanita Diantara Hukum Dan Undang-Undang jakarta: bulan bintang, h. 204.
40
A. Zihdi Muhdhor, memahami hukum perkawinan nikah, thalak, cerai, dan rujuk, bandung, Al bayan, 1995, cet. Ke- 2, h.31.
26
undang - undang No.7 tahun 1989, dikatakan: syiqoq adalah perselisihan yang tajam dan terus menerus antara suami dan istri.
41
Untuk mendapatkan keputusan perceraian karena alasan syiqoq harus ada saksi saksi dari kerabat
dekat suami maupun istri, yang nantinya akan diangkat di pengadilan sebagai hakam.
42
Dalam penjelasan pasal 76 ayat 2 Undang Undang No.7 tahun 1989, dikatakan bahwa Hakam adalah orang yang ditetapkan pengadilan dari pihak
keluarga suami atau pihak istri untuk mencapai upaya penyelesaian perselisihan terhadap syiqoq.
Selain itu peran hakam amat dibutuhkan untuk bisa mendamaikan perselisihan suami istri, sehingga sedini mungkin perceraian bisa dihindarkan.
Mengenai masalah syiqoq, Al - Qur;an telah menjelaskan dalam surat An - Nissa ayat 4: 35.
Artinya: Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang
hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik
kepada suami isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Pada umumnya perselisihan dan percekcokan yang sering terjadi dalam kehidupan suami istri disebabkan oleh beberapa faktor berikut.:
a. Perselisihan yang menyangkut keuangan.
b. Faktor hubungan seksual.
41
UUPA UU No.7 tahun 1989 h. 31.
42
UUPA UU No.7 tahun 1989 h. 31.
27
c. Faktor berlainan Agama atau ketidak patuhan dalam menjalankan ajaran
Agama maupun ibadah. d.
Faktor cara mendidik anak-anak.
43
7. Melanggar talik talak
Menurut bahasa talik talak adalah penggantungan talak. Sedang menurut definisi Hukum Indonesia itu semacam ikrar, yang dengan ikrar itu,
suami menggantungkan terjadinya talak atas istrinya bila ternyata dikemudian hari melanggar salah satu atau semua yang diikrarkannya itu.
Menurut KHI pasal l point e, menjelaskan bahwa talik talak ialah perjanjian yang diucapkan mempelai pria setelah akad nikah yang
dicantumkan dalam akta nikah berupa janji talak yang digantungkan kepada suatu keadaaan tertentu yanng mungkin terjadi dimasa yang akan datang.
44
Talik talak dalam KHI termasuk kategori perjanjian perkawinan namun, perjanjian ini juga sifatnya tidak wajib dalam setiap perkawinan.
Meski begitu, bila sekali talik talak sudah diperjanjikan, maka tidak dapat dicabut kembali. Menurut pasal 46 ayat 2 KHI, bila keadaan yang diisyaratkan
dalam ta;lik talak benar benar terjadi, kemudian dengan tidak sendirinya talak jatuh. Namun agar talak benar - benar jatuh,, istri harus mengajukan
perkaranya ke sidang Pengadilan Agama. Pengucapan ikrar dan shigat talik talak biasanya dilakukan ketika akad
nikah berlangsung. Setelah akad nikah biasanya pihak istri meminta pegawai pencatat nikah menganjurkan agar suami mengucapkan shigat talik talak .
45
43
M. Yahya Harahap, hukum perkawinan Nasional..., h.145- 146.
44
H. Abdurrahman, kompilasi hukum Islam..., h.17.
45
Kamal Muhtar, Asas-Asas..., h. 207.
28
Shighat ta‟lik talak berisi, bila sewaktu - waktu suami: a.
Meninggalkan istri selama 2 tahun berturut-turut. b.
Atau tidak memberi nafkah wajib kepada istrinya 3 bulan lamanya. c.
Atau menyakiti badan jasmani istrinya. d.
Atau membiarkan tidak memperdulikan istrinya 6 bulan lamanya kemudian istrinya tidak ridha dan mengajukan haknya kepada pengadilan
Agama, dan membayar uang sebesar RP. 1000,- seribu rupiah sebagai iwad pengganti, maka jatuhlah talak satu suami kepada istrinya.
8. Peralihan Agama atau Murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan
dalam rumah tangga. Dalam ajaran Islam murtad bisa berdampak Hukum, yakni perubahan
kedudukan suami istri dalam perkawinan,
46
dalam bahasa lain, peralihan agama atau murtad dikategorikan perkara fasakh yang berarti batal atau
rusak.
47
Maksudnya fasakh ialah perceraian yang disebabkan oleh timbulnya hal-hal yang dianggap berat oleh suami atau istri atau keduanya, sehingga
mereka tidak sanggup untuk melaksanakan kehidupan suami istri dalam mencapai tujuanya.
48
Tentang murtad yang menyebabkan fasakh, Mahdiah SH menyatakan sering kita jumpai di dalam masyarakat dimana seorang laki-laki beragama
Islam sebelum akad nikah atau sebaliknya. Rumah tangga senula berjalan
46
Kamal Mukhtar, Asas - asas..., h. 202.
47
Mahmud Yunus, Kamus..., h. 194.
48
Kamal Muhtar, Asas-Asas..., h.194.
29
dengan baik tapi mungkin kurang menghayati ajaran agama Islam atau karena pembinaanya yang kurang mantab, maka kemudian keluar dari agama Islam
atau disebut murtad. Dengan keluarnya dari Agama Islam perkawinan tersebut fasakh.
49
C. Perbedaan Cerai Talak dan Cerai Gugat
1. Cerai Talak
Cerai talak adalah ikrar suami dihadapan sidang pengadilan Agama yang menjadi salah satu penyebab putusnya perkawinan atau perceraian yang dilakukan
atas kehendak suami. Sebagaimana terdapat dalam Undang – Undang Peradilan
Agama No. 7 tahun 1989 pada pasal 66 ayat 1 seorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan istrinya mengajukan permohonan kepada
pengadilan untuk mengadakan sidang guna menyaksikan ikrar talak. Sidang Kompilasi Hukum Islam pada pasal 117 yaitu Thalak ikrar suami
dihadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan. Dengan car sebagaiman dimaksud dalam pasal 129, 130 dan
131. Cerai thalak ini hanya dapat dilakukan oleh suami, karena suamilah yang berhak untuk menthalak istrinya sedangkan istri tidak berhak menthalak
suaminya. Bagi suami yang mengajukan thalak maka suami harus melengkapi persyaratan administrasi sebagai berikut:
a. Kartu Tanda Penduduk.
b. Surat keterangan thalak dari kepala Desa Lurah.
c. Kutipan Akta Nikah model NA.
49
Mahdiah, Permasalahan Hukum Perkawinan dan Kewarisan, Jakarta: Pustaka Pannjimas, 1994 cet.ke-1, h. 31.
30
d. Membayar uang muka perkara.
e. Surat Izin talak dari atasan atau kesatuan bagi pegawai negri sipil atau
anggota TNI POLRI.
50
2. Cerai Gugat
Sedangkan cerai gugat adalah perceraian yang dilakukan atas kehendak istri hal ini diatur dalam Undang-undang No.3 tahun 2006 tentang perubahan atas
undang-undang No.7 tahun 1989 tentang peradilan agama pasal 73 ayat 1 gugatan perceraian diajukan oleh istri atas kuasanya kepada pengadilan yang
daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat, kecuali apabila penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin
tergugat. Dalam kompilasi hukum islam cerai gugat juga diatur pada pasal 132 ayat 1 yaitu: gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada
pengadilan Agama yang di daerah hukumnya mewilayahi tempat tinggal penggugat kecuali istri meninggalkan kediaman bersama tanpa izin suami.
Perkara cerai gugat, seorang istri diberikan suatu hak gugat untuk bercerai dari suaminya, karena dalam cerai talak haknya hanya dimiliki oleh suami. Akan
tetapi , bukan berarti cerai talak haknya mutlak millik suami karena apabila suami melanggar alasan
– alasan perceraian yang tercantum dalam pasal 116 Kompilasi hukum Islam dan pasal 19 peraturan pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang
pelaksanaan perkawinan . maka istri berhak mengajukan Gugat cerai. Dengan demikian masing masing pihak telah mempunyai jalur tertentu dalam upaya
menentukan perceraian .
51
50
A. Sutarmadi dan Mesraini , Administrasi Pernikahan dan Managemen Keluarga, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006, h. 66.
51
Amir Nuruddin dan Azhar Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia; Study kritis perkembangan hukum islam dari fiqih, UU No 11974 sampai KHI, jakarta:kencana, 2004 cet ke
-1 h. 232.
31
Hukum Islam juga tidak mengenal istilah cerai gugat karena cerai gugat hanyalah istilah hukum yang digunakan dalam Hukum Acara di Indonesia, akan
tetapi dalam hukum Islam mengenal khulu, yang mempunyai persamaan dangan cerai gugat dan tetap ada perbedaanya yaitu juga dalam khulu itu ada iwad harus
dibayar oleh istri, dan yang mengucapkan kalimat perceraian talak adalah suami setelah adanya pembayaran iwadl tesebut.sedangkan cerai gugat tidak ada
pembayaran awadl serta yang memutuskan perceraian adalah Hakim.
52
Cerai gugat yaitu istri harus minta cerai dulu kepada suami, karena dalam Islam Istri tidak punya hak untuk menceraikan suami serta mengembalikan iwadl
kepada suami. Hal inilah yang menjadi perbedaan antara cerai talak dan cerai gugat. Perkara cerai gugat, juga ada persyaratan administrasi yang harus
dilengkapi dalam mengajukan gugatan cerai sebagai berikut: 1.
Kartu Tanda Penduduk. 2.
Surat Keterangan untuk talak dari kepala Desa Lurah. 3.
Kutipan Akta Nikah Model NA. 4.
Membayar uang muka biaya perkara. 5.
Surat izin talak dari atasan atau kesatuan bagi Pegawai Negri Sipil atau TNI POLRI.
53
52
M. Yasir Arafat, Perceraian Akibat Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003, h. 16.
53
A. Sutarmadi dan Mesraini , Administrasi Pernikahan dan Managemen Keluarga, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006, h. 66.