53
Bahwa rumah tangga tersebut sudah sulitt untuk dibina menjadi suatu rumah tangga yang baik dan harmonis kembali, sehingga tujuan perkawinan untuk
membentuk suatu rumah tangga yang sakinah, mawadah dan rahmah sudah tidak mungkin tercapai lagi.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, pengguat talah mengajukan gugatanya kepada Pengadilan Agama Tigaraksa pada Tanggal 04 februari 2013 yang
terdaftar di kepaniteraan Pengadilan Agama Tigaraksa pada nomor 0154Pdt.G2013PA.Tgrs. memohon agar bapak Ketua Pengadilan Agama
tigaraksa mengabulkan gugata penggugat seluruhnya, menjatuhkan thalak satu tergugat dan mentapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
B. Pertimbangan dan Putusan Hakim ditinjau dari Perspektif Hukum Islam
dan Hukum Positif
Suatu tindak pidana yang dilakukan baik disengaja atau tidak disengaja dalam
pandangan Hukum
Islam merupakan
perbuatan yang
harus dipertanggungjawabkan. Itu artinya si pelaku harus mempertangggungjawabkan
atas pebuatanya, dan perbuatan tersebut tidak dapat dibebani atau ditanggung oleh siapapun baik itu keluarganya, saudara atau kerabatnya sekalipun. Seperti apa
yang ditegaskan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 286:
54
Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala dari kebajikan yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya. mereka berdoa: Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau
hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak
sanggup Kami memikulnya. beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami
terhadap kaum yang kafir.
Ayat diatas menegaskan bahwasanya hukuman atau pidana tidak dapat dialihkan, dipindahkan atau dilemparkan kepada orang lain ataupun kepada
keluarga terdakwa. Sanksi pidana hanya diberikan kepada pelaku tindak pidana atau yang melakukan perbuatan melanggar hukum.
Pengertian pertanggungjawaban pidan dalam syariat Islam adalah pembebanan seorang dengan akibat perbuatan atau tidak adanya perbuatan yang
dikerjakannya dengan kemauan sendiri, dimana ia mengetahui maksud dan akibat- akibat dari perbuatannya itu. Pertanggungjawaban pidana tersebut ditegaskan
dalam tiga unsur: pertama, adanya perbuatan yang dilarang. Kedua, perbuatan itu dikerjakan dengan kemauan sendiri artinya tidak ada unsur paksaan, ketiga,
pelaku mengtahui akibat mengetahui akibat perbuatanya itu.
73
73
Ahmad Wardi Muchlis, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqih Jinayah, h.74
55
Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksanaan kekuasaan Kehakiman untuk rakyat pencari keadilan bagi yang beragam Islam, mengenai perkara perdata
tertentu yang diatur dalam undang-undang.
74
Dengan adanya unsur-unsur tersebut maka seorang yang dapat dibebani pertanmggungjawaban
pidana hanya
manusia yang
bisa mempertanggungjawabkan perbuatanya. Adapun yang dimaksud dengan manusia
disini adalah manusia yang memiliki akal pikiran, sudah dewasa, mengetahui perbuatan yang dilarang dan tidak dilarang serta mengetahui akibat-akibat dari
perbuatan tersebut. Dan apabila manusia terebut melakukan perbuatan jarimah tanpa dibarengi dengan tiga unsur diatas maka tidaak ada pertanggungjawaban
pidana kepadanya. Oleh karena itu tidak ada pertanggungjawaban pidana bagi anak di bawah umnur, orang gila, orang dungu, orang yang dipaksa dan orang
yang melakukan jarimah karena terpaksa. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, Hukuman dimaksudkan sebagai
makhluk yang saling berinteraksi satu dengan yang lainya. Hukuman merupakan cara beban dan tanggungjawab pidana, dipikulkan bagi pembuat jarimah yang
bertujuan untuk terciptanya sebuah kehidupan yang tentram, aman, kondusif. Harus ada kesesuaian antara hukuman sebagai beban kepentingan manusia.
75
Sebagaimana telah diketahui, bahwa Hukum Pidana Islam mengenal asas legalitas yang mana dalam pengertianya dijelaskan bahwa sebelum ada nash
ketentuan , tidak ada hukum bagi orang –orang yang berakal sehat, itu artinya,
74
Mukri Arto, praktek perkara Peradilan Agama,Yogyakarta : Pustaka pelajar, 1996cet.1 hal 16.
75
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam. h. 87.