Antibakteri pada Madu Landasan Teori

2.1.8 Struktur Antigen Salmonella typhi

Salmonella typhi merupakan bakteri enterik yang bersifat Gram negatif, memiliki antigen permukaan yang cukup kompleks. Antigen tersebut mempunyai peran penting dalam proses patogenitas, selain itu juga berperan dalam proses terjadinya respon imun pada individu yang terinfeksi. Antigen permukaan tersebut terdiri dari antigen flagel antigen H, antigen somatik antigen O, dan antigen kapsul atau antigen K antigen Vi. 8 Antigen O disebut juga sebagai antigen dinding sel karena antigen tersebut merupakan bagian outer layer dari dinding sel bakteri Gram negatif. Antigen O tersusun dari LPS lipopolisakarida yang berfungsi pula sebagai endotoksin, resisten terhadap pemanasan 100°C, alkohol dan asam, reaksi aglutinasinya berbentuk butir pasir. 8 Antigen H atau antigen flagel terdiri dari suatu protein yang dikode oleh gen flg yang berada pada lokus fliC. Antigen H bersifat termolabil dan dapat dirusak oleh alkohol, pemanasan pada suhu di atas 60°C dan asam, dimana pada reaksi aglutinasinya berbentuk butir-butir pasir yang hilang bila dikocok. Antigen H terdiri dari 2 fase yaitu antigen H fase 1 H1 dan antigen H fase 2 H2 sehingga dapat dijumpai Salmonella typhi serovar H1 dan Salmonella typhi serovar H2. Antigen H1 sendiri terdiri dari H1-d dan H1-j sehingga dapat dijumpai pula Salmonella typhi serovar H1-d yang tersebar luas di seluruh dunia dan Salmonella typhi serovar H-j yang hanya dijumpai di Indonesia. Strain bakteri Salmonella typhi serovar H-j bersifat kurang invasif apabila dibandingkan dengan Salmonella typhi serovar H-d. 35 Antigen Vi atau antigen kapsul terdiri dari polimer polisakarida dan bersifat asam. Antigen Vi berfungsi sebagai antiopsonik dan antifagositik. Ekspresi antigen tersebut dikode oleh gen tviA yang berada dalam lokus via B. Tidak semua strain Salmonella typhi mengekspresikan antigen Vi. 36 Antigen ini mudah rusak oleh pemanasan selama 1 jam pada suhu 60°C, penambahan fenol dan asam, dimana pada reaksi aglutinasinya berbentuk seperti awan. 8

2.1.9 Epidemiologi Demam Tifoid dan Patogenesis Salmonella typhi

Salmonella typhi merupakan bakteri penyebab demam tifoid. Demam tifoid terjadi di seluruh dunia, khususnya pada negara berkembang yang memiliki kondisi sanitasi buruk. Demam tifoid bersifat endemik di Asia, Afrika, Amerika Latin, Caribbean, dan Oceania, tetapi 80 kasus datang dari Banglades, China, India, Indonesia, Laos, Nepal, Pakistan, atau Vietnam. 37 Di Indonesia penyakit ini bersifat endemik dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Dari telaah kasus di rumah sakit besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun dengan rata-rata kesakitan 500100.000 penduduk dengan kematian antara 0,6-5. 12 Patogenesis Salmonella typhi Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi bakteri tersebut. Sebagian bakteri mati dalam lambung dan sebagian lagi berhasil lewat dan masuk ke usus halus. 38 Salmonella typhi memasuki sistem host pejamu terutama melalui ileum distal. Mereka memiliki fimbriae khusus yang mengikuti epitel yang berada disekitar plakat Peyer, kemudian mereka menempel pada epitel tersebut. 39 Setelah itu bakteri ini menembus sel-sel epitel dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia bakteri ini di fagosit oleh makrofag. Salmonella typhi memiliki antigen kapsular Vi yang menutupi PAMPs pathogen-associated molecular pattern sehingga dapat menghindari sel imun mengenali bakteri tersebut. 40 Salmonella typhi dapat menggunakan sistem selular makrofag untuk reproduksi mereka. 41 Melalui makrofag mereka di bawa ke plakat peyer dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus bakteri yang terdapat dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah. 38 Ketika bakteri ini terus bermultiplikasi dan mencapai densitas kritikal, bakteri ini memicu makrofag untuk apoptosis, lalu keluar ke aliran darah untuk kemudian menginvasi organ-organ tubuh. 42 Bakteri kemudian menginfeksi kantung empedu. Hasilnya adalah organisme masuk kembali ke saluran gastrointestinal dalam empedu dan menginfeksi kembali plakat peyer. Bakteri yang tidak menginfeksi host pejamu kembali biasanya berada dalam tinja dan bisa menginfeksi host pejamu lain. 42, 43 Orang yang membawa bakteri namun tidak menimbulkan gejala asimtomatik disebut karier. Karier kronis bertanggung jawab terhadap banyaknya transmisi organisme. Ketika asimtomatik, mereka dapat terus mengeluarkan bakteri dalam tinja mereka selama beberapa dekade. Organisme tersebut mengisolir sequestrasi diri mereka dalam batu empedu atau epitel kantung empedu atau mungkin intraseluler, dalam epitel itu sendiri. 44 Bakteri yang diekskresikan oleh karier sendiri dapat memiliki berbagai genotipe, sehingga sulit untuk melacak wabah asalnya. 45