demam kontinyu. Bila pasien membaik maka pada minggu ketiga suhu tubuh berangsur turun dan dapat normal pada akhir minggu
ketiga. Pada anak khususnya balita, demam tinggi dapat menimbulkan kejang.
b. Gangguan Saluran Pencernaan Sering ditemukan bau mulut yang tidak sedap akibat
demam yang lama. Bibir kering dan kadang pecah-pecah. Lidah kelihatan kotor dan ditutupi selaput putih coated tongue atau
selaput putih, ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor, dan pada penderita anak jarang ditemukan. Umumnya penderita sering
mengeluhkan nyeri perut, khususnya di daerah epigastrium nyeri ulu hati, disertai mual dan muntah. Pada awal sakit sering
meteorismus dan konstipasi. Pada minggu selanjutnya kadang- kadang timbul diare.
c. Gangguan Kesadaran Umumnya terdapat gangguan kesadaran yang kebanyakan
berupa penurunan kesadaran ringan. Sering ditemukan kesadaran apatis dengan kesadaran seperti berkabut tifoid. Bila klinis berat,
tak jarang penderita sampai somnolen dengan koma atau gejala- gejala psikosis Organic Brain Syndrome. Pada penderita dengan
toksisk, gejala delirium lebih menonjol. d. Hepatosplenomegali
Hati dan limpa, sering ditemukan membesar. Hati teraba kenyal dan nyeri tekan.
e. Bradikardia relatif dan gejala lain Bradikardi relatif adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak
diikuti oleh peningkatan frekuensi nadi. Patokan yang sering
dipakai adalah bahwa setiap peningkatan suhu 1°C tidak diikuti
peningkatan frekuensi nadi 8 denyut dalam 1 menit. Bradikardi relatif
tidak sering
ditemukan, mungkin
karena teknis
pemeriksaaan yang sulit dilakukan. Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan adalah rose spot yang biasanya ditemukan di regio
abdomen atas, serta gejala-gejala klinis yang berhubungan dengan komplikasi yang terjadi. Rose spot pada anak jarang ditemukan,
lebih sering ditemukan epistaksis.
2.1.11 Mekanisme Kerja Antibakteri
46
Antibakteri merupakan
zat yang
dapat mengganggu
pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri. Berdasarkan aktivitasnya zat antibakteri dibagi menjadi dua, yaitu bakteriostatik
dan bakteriosida. Bakteriostatik adalah zat anti bakteri yang memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri, namun tidak
mematikan. Bakteriosida adalah zat antibakteri yang memiliki aktivitas membunuh bakteri. Mekanisme kerja antibakteri dibagi
menjadi empat, yaitu: A.
Menghambat sintesis dinding sel Bakteri memiliki lapisan luar yang kaku, yaitu dinding sel.
Dinding sel menjaga bentuk dan ukuran mikroorganisme, yang memiliki tekanan osmosis internal yang tinggi. Kerusakan pada
dinding sel contohnya oleh lisozim atau inhibisi dari pembentukannya akan menyebabkan lisisnya sel. Contoh
antibakteri dengan mekanisme kerja ini adalah penisilin, sefalosporin, vankomisin, basitrasin, sikloserin, dan ampisilin.
B. Menghambat fungsi membran sel
Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh membran sitoplasma yang berfungsi sebagai sawar permeabilitas yang
selektif, melakukan transport aktif, sehingga mengontrol komposisi di dalam sel. Jika integritas dari membran plasma
terganggu, makromolekul dan ion akan keluar dari sel, menyebabkan kerusakan atau kematian sel. Contoh antibakteri
dengan mekanisme ini adalah amfoterisin B, kolistin, poimiksin, imidazole, dan polien.
C. Menghambat sintesis protein
Untuk kelangsungan hidupnya bakteri membutuhkan protein. Sintesis protein berlangsng didalam ribosom. Bakteri
memiliki ribosom 70S yang terdiri dari 2 sub unit, yaitu 30S dan 50S. Gangguan pada sub unit ribosom tersebut dapat
mengganggu proses sintesis protein. Contoh antibakteri dengan mekanisme ini adalah eritromisin, linkomisin, aminoglikosida,
dan kloramfenikol. D.
Menghambat sintesis asam nukleat Contoh obat yang bekerja dengan mekanisme ini adalah
kuinolon, primetamin, rifampin, sulfonamid, trimethoprim, dan trimetrexate. Rifampin menghambat pertumbuhan bakteri
dengan berikatan kuat dengan RNA polimerase bakteri sehingga menghambat sintesis RNA bakteri. Golongan
kuinolon dan fluorokuinolon menghambat sintesis DNA bakteri dengan
menghambat DNA
girase. Untuk
banyak mikroorganisme, p-aminobenzoic acid PABA merupakan
metabolit yang esensial. PABA merupakan prekursor untuk sintesis asam nukleat. Sulfonamid merupakan struktur analog
dari PABA dan menghambat dihydropteroate synthetase.
2.1.12 Metode Uji Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode : A.
Metode difusi Metode difusi merupakan metode yang paling sering
digunakan. Metode ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu metode silider, metode lubangsumur, dan metode cakram
kertasdisc diffusion. Metode sumur yaitu membuat lubang pada agar padat yang telah diinokulasi bakteri. Kemudian lubang
diinjeksikan dengan ekstrak yang akan diuji. Setelah itu di inkubasi, lalu pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada
tidaknya daerah hambatan di sekeliling lubang.
47
Disc diffusion dilakukan dengan mengukur diameter zona bening clear zone
yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam
ekstrak.
48