Hasil Uji Standarisasi Madu Hasil Ekstrak Madu
kontrol positif maka ekstrak madu tersebut sangat efektif sebagai antibakteri. Sebaliknya jika zona hambatbening yang dihasilkan oleh
ekstrak madu lebih kecil daripada kontrol positif maka ekstrak madu tersebut kurang efektif sebagai antibakteri. Dari hasil pengukuran zona
hambat dapat dilihat bahwa zona hambat yang dibentuk oleh madu multiflora 10.50 mm jauh lebih kecil dibandingkan dengan zona hambat
yang dibentuk oleh kontrol positif kloramfenikol 30 ug 30 mm. Hal ini mengindikasikan bahwa madu multiflora kurang efektif dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi. Tujuan digunakannya kontrol negatif adalah untuk memastikan
bahwa tidak ada pengaruh dari pelarut terhadap zona hambat yang dihasilkan oleh ekstrak madu. Jika kontrol negatif menghasilkan zona
hambatbening maka efek antibakteri pada ekstrak madu akan berkurang validitasnya. Hasil uji aktifitas antibakteri pada madu multiflora terdapat
pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Zona Hambat
No Sampel
Zona hambat dengan Satuan Ukur mm I
II III
IV Rata-rata
1 Madu Multiflora
100 11
10 10
11 10.50
50 9
8 8
8 8.25
25 20
Kontrol Positif Kloramfenikol 30 ug
30 30
30 30
30 2
Residucairan Madu
Multiflora +
Aseton 100
8 8
7 8
7.75 50
7 7
7 7
7 25
20 Kontrol Positif
Kloramfenikol 30 ug 29
30 29
30 29.50
Kontrol Negatif Aseton 3
Sedimen Madu
Multiflora +
Aseton
100 11
10 10
10 10.25
50 9
9 9
8 8.75
25 20
Kontrol Positif Kloramfenikol 30 ug
30 29
29 30
29.50 Kontrol Negatif Aseton
4 Residucairan
Madu Multiflora + n- Heksan
100 50
25 20
Kontrol Positif Kloramfenikol 30 ug
30 29
30 30
29.75 Kontrol Negatif n-
Heksan 5
Sedimen Madu Multiflora + n-
Heksan
100 8
10 9
- 9
50 7
8 8
- 7.67
25 -
20 -
Kontrol Positif Kloramfenikol 30 ug
29 30
29 -
29.33 Kontrol Negatif n-
Heksan -
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa zona hambat paling besar ditunjukkan oleh madu multiflora murni dengan konsentrasi
100 dibandingkan dengan parameter uji lain. Zona hambat yang terbentuk sebesar 10.50 mm. Hal ini mengindikasikan bahwa madu
multiflora murni tanpa proses ektraksi memiliki daya hambat lebih besar dibandingkan dengan parameter uji lain. Hal ini terjadi karena madu
multiflora murni mengandung senyawa antibakteri aktif baik bersifat polar, non-polar, maupun semi polar dan gabungan ketiganya inilah yang
menyebabkan madu multiflora murni memiliki zona hambat yang paling besar. Selain itu, pada proses ekstraksi madu dilakukan pemanasan dengan
oven untuk memekatkan ekstrak sehingga dapat merusak senyawa inhibineperoksida sebagai salah satu senyawa antibakteri yang terdapat