Definisi dan Proses Pembuatan Madu

2.1.6 Antibakteri pada Madu

White 1975 melaporkan bahwa aktivitas antibiotika yang ditemukan dalam madu ditentukan oleh tiga sistem. Ketiga sistem tersebut adalah keasaman, tekanan osmosis dan substrat inhibitor. 2 Faktor-faktor penentu tersebut berkerja sendiri-sendiri ataupun bersamaan mengurangi kehadiran atau pertumbuhan sebagian besar mikroorganisme kontaminan. 3 A. Tekanan Osmosis Pada dasarnya madu merupakan larutan lewatsangat jenuh supersaturated dari karbohidrat, sehingga dikatakan medium hiperosmotik. Jika organisme bersel satu masuk ke dalam medium ini, perbedaan tekanan osmosis yang sangat besar mengakibatkan mikroorganisme kehilangan cairan karena proses osmosis. Hal ini membuat mikroorganisme tersebut akan mati. 5 B. Keasaman Secara umum madu memiliki pH rata-rata 3,9 dengan rentang antara 3,4 – 6,1 dan kandungan asam 0,57 dengan rentang 0,17-1,17 terutama asam glukonat. Nilai pH madu yang cukup rendah ini disebabkan oleh beberapa kandungan asam organik yang terdapat dalam madu. 2 Total asam dalam madu berjumlah sedikit, tetapi dapat mempengaruhi kestabilan madu terhadap mikroorganisme. Asam glukonat adalah asam yang utama dalam madu, dihasilkan oleh dekstrosa melalui kerja enzim yang ditemukan dalam madu, enzim ini dikenal sebagai glukosa oksidase. 28 Beberapa ahli berpendapat bahwa pada hakikatnya keasaman tidak penting terhadap daya antibakteri madu, tetapi hal tersebut tidak berarti bahwa keasaman tidak mempengaruhi antibakteri madu. White 1992 melaporkan bahwa dari 540 contoh yang diteliti rataan pH madu adalah3,9 dengan Antara 3,2 -4,5. Derajat keasaman ini sendiri akan mencegah sebagian besar bakteri patogen. 20 C. Substrat InhibitorAntibakteri Beberapa senyawa yang dilaporkan sebagai antibakteri dalam madu antara lain : inhibine peroksida, pinosembrin, senyawa terpen, benzyl alcohol, asam siringat asam 3,5- dimetoksi-4-hidroksibenzoat, metil 3,5-dimetoksi-4- hidroksibenzoat metil siringat, asam 3,4,5- trimetitoksibenzoat, asam 2-hidroksi-3-fenilpropionat, asam 2- hidroksibenzoat,dan 1,4-dihidroksibenzena. 29 Terdapat dua sorotan utama terhadap bahan antibakteri pada madu yang sering disebut, yaitu inhibine dan non- inhibine. Senyawa pertama sensitif terhadap panas dan cahaya yang berasal dari peroksida H2O2 yang dihasilkan oleh enzim glukosa oksidase. 2,20 Senyawa inhibine ini diyakini oleh beberapa ilmuwan sebagai senyawa utama penyebab antibakteri pada madu. 2 Beberapa peneliti lain menemukan bahwa senyawa non- peroksidalah yang lebih berperan terhadap antibakteri dalam madu. Aktivitas antibakteri non-peroksida dapat tahan terhadap panas dan cahaya dan tetap ada setelah penyimpanan dalam waktu yang lama. 30 Bogdanov 1989 melaporkan senyawa antibakteri madu berasal dari flavonoid. 31 Jenis-jenis flavonoid yang terdapat dalam madu diantaranya adalah myricetin, tricetin, quercetin, luteolin, quercetin-3-methyl ether, kaempferol, pinobankins, genkwanin, isorhamnetin, benzoic acid, ferulic acid, galangin, pinocembrin, protocatechuic, dan lain-lain. 32 Flavonoid dapat merusak membran sel dengan cara menghambat sintesis makromolekul. 33 Flavonoid juga dapat mendepolarisasi membran sel dan menghambat sistesis DNA. RNA. maupun protein yang sudah diobservasi pada S.aureus. 33