pindahkan masing-masing larutan dari corong pisah ke gelas beker yang berbeda C=hasil ekstrak madu multiflora+aseton dan
D=hasil ekstrak madu multiflora+n-heksan dan didiamkan selama 12-24 jam untuk untuk memisahkan fase organik dengan residu
secara sempurna. Kemudian pisahkan fase organik dengan residu ke gelas beker yang berbeda menggunakan pipet sehingga didapat
hasil C=Sedimenendapan hasil ekstrak madu multiflora+aseton, D= Sedimenendapan hasil ekstrak madu multiflora+n-heksan, E=
Residucairan hasil
ekstrak madu
multiflora+aseton dan
F=Residucairan hasil
ekstrak madu
multiflora+n-heksan. Kemudian dipekatkan menggunakan oven dengan suhu 80
o
C. 3.6.5
Pembuatan Variabel Konsentrasi
Untuk membuat konsentrasi madu multiflora tanpa perlakuan ekstraksi maupun ekstrak madu multiflora sebesar 20,
25, 50, dan 100 maka digunakan rumus :
Semua konsentrasi ekstrak madu dibuat dalam 5 ml. Sehingga volume zat terlarut yang digunakan saat konsentrasi 20, 25,
50, dan 100 berturut-turut yaitu 1 ml, 1,25 ml, 2,5 ml, dan 5 ml.
3.6.6 Uji Efektivitas Madu terhadap Salmonella typhi
Ambil bakteri Salmonella typhi sebanyak satu ose lalu masukkan ke dalam tabung reaksi berisi NaCl. Kemudian di aduk
menggunakan vortex dan disamakan kejernihannya dengan 0,5 Mc farland. Kemudian celupkan swab kapas ke dalam larutan biakan
bakteri Salmonella typhi tersebut lalu digoreskan secara merata ke nutrient agar yang telah berada di cawan petri.
Blank disc direndam di dalam wadah yang berisi fase organik maupun residu ekstrak asetonn-heksan dan juga madu
Konsentrasi Volume zat terlarut
Volume zat terlarut + volume pelarut 100
X =
multiflora tanpa perlakuan ekstraksi serta kontrol negatif aseton dan n-heksan selama 15 menit. Setelah itu blank disc yang sudah
direndam dan juga disc antibiotik kloramfenikol 30 ug diletakkan di nutrient agar yang telah digores secara merata dengan larutan
biakan bakteri Salmonella typhi. Kemudian di inkubasi didalam inkubator dengan suhu 37°C selama 24 jam. Setelah itu disc akan
berdifusi pada media nutrient agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme
di permukaan nutrient agar pada penelitian ini Salmonella typhi. Kemudian diukur diameter zona hambat tersebut menggunakan
penggaris dengan ukuran millimeter mm.
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
Uji statistik yang digunakan adalah uji one way ANOVA jika distribusi data normal. Jika distribusi data tidak normal maka
digunakan uji statistik Kruskal-Wallis. Uji statistik one way ANOVAKruskal-Wallis
digunakan untuk
melihat adanya
perbedaan bermakna atau tidak antara jenis ekstrak dan berbagai konsentrasinya
dalam menghambat
pertumbuhan bakteri
Salmonella typhi. Analisis Post Hocuji lanjutan menggunakan uji Mann-Whitney untuk menentukan jenis ekstrak mana dan
konsentrasi berapa yang memiliki kebermaknaan. Analisis data menggunakan program SPSS Statistical Product of Service
Solution for Windows version 16.0.