Sejarah Singkat Lahirnya UIN Syahid Jakarta

peningkatan kesejahteraan sosial. 70 Berikut adalah sejarah singkat UIN Syahid Jakarta.

a. Periode Perintisan

Pada zaman penjajahan Belanda, seorang pelajar muslim Dr. Satiman Wirjosandojo, tercatat pernah berusaha mendirikan Pesantren Luhur sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam. Namun, usaha ini gagal karena hambatan dari pihak penjajah Belanda. 71 Setelah itu, pada tahun 1940, Persatuan Guru Agama Islam PGAI di Padang mendirikan hal serupa dengan nama Sekolah Tinggi Islam STI tapi karena adanya pendudukan Jepang, lembaga pendidikan ini hanya berjalan selama dua tahun. Namun, kegagalan pendirian lembaga pendidikan tinggi Islam sebelumnya itu, tidak serta menyurutkan niat umat Islam Indonesia untuk terus menyuarakan pentingnya pendidikan tinggi Islam bagi kaum muslim Indonesia. Hal ini, membuat Pemerintah Jepang di Indonesia kemudian mejanjikan kepada umat Islam untuk mendirian lembaga pendidikan tinggi agama di Jakarta. Janji Jepang itu kemudian di respon tokoh-tokoh Muslim seperti Muhammad Hatta dan Muhammad Natsir dengan membentuk yayasan, yang diketuai oleh Muhammad Hatta sendiri dan Muhammad Natsir sebagai sekertaris. 72 Yayasan ini kemudian mendirikan Sekolah Tinggi Islam STI pada 8 Juli 1945 di Jakarta dan mengangkat Abdul Kahar Mudzakkir sebagai ketua. Tercatat ada beberapa tokoh Muslim lain ikut berjasa dalam proses pendirian dan pengembangan STI. Mereka antara lain Drs. Muhammad Hatta, K.H. Kahar 70 Komarudin Hidayat dkk, Buku Pedoman Akademik Strata Satu 20112012, Jakarta,Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan, 2011, hal. 5. 71 Ibid., h. 5 72 Ibid., h. 5-6 Mudzakkir, K.H. Wahidin Hasyim, K.H. Mas Mansur, K.H. Fatturrahman Kafrawi, dan Farid Ma‟ruf. Dua tahun setelah pendirian STI, tahun 1946 STI dipindahkan ke Yogyakarta karena mengikuti kepindahan Ibukota Negara dari Jakarta ke Yogyakarta. Kemudian pada 22 maret 1948, STI mengubah namanya menjadi Universitas Islam Indonesia UII karena perkembangannya yang semakin besar. Sampai dengan tahun 1948, UII tercatat memilii empat fakultas, yaitu Fakultas Agama, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Pendidikan 73 . Kemudian, didasarkan kepada Peraturan Pemerintah PP No. 34 tahun 1950, Fakultas Agama UII ditransformasikan menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri PTAIN. Hal in disebabkan oleh Kebutuhan akan tenaga fungsional di Departemen Agama menjadi latar belakang penting berdirinya perguruan tinggi agama Islam. Dalam konsideran disebutkan bahwa PTAIN bertujuan memberikan pengajaran studi Islam tingkat tinggi dan menjadi pusat pengembangan serta pendalaman ilmu pengetahuan agama Islam. Berdasarkan PP tersebut juga, ditetapkan 26 september 1950 sebgai hari jadi PTAIN. PTAIN ini, dipimpin K.H. Muhammad Adnan dengan jumlah mahasiswa pada tahun 1951 sebanyak 67 orang. Pada periode tersebut PTAIN memiliki tiga jurusan, yaitu Jurusan Tarbiyah, Jurusan Qadla Syariah, dan Jurusan Dakwah. 74 Mata kuliah pada waktu itu terdiri dari Bahasa Arab, Pengantar Ilmu Agama, Fiqh Dan Ushul Fiqh, Tafsir, Hadits, Ilmu Kalam, Islam, Sejarah Kebudayaan Islam, Ilmu Pendidikan dan Kebudayaan, Ilmu Jiwa, Pengantar Hukum, Asas-Asas Hukum Publik Dan Privat, Etnologi, Sosiologi dan Ekonomi. Kemudia, mahasiswa yang lulus tingkat 73 Ibid., h. 6 74 Ibid., h. 6 bangkaloreat dan doktoral masing-masing mendapatkan gelar Bachelor Of Art BA dan Doctorandus Drs. Komposisis mata kuliah PTAIN terus berlanjut sampai masa-masa berikutnya dan merupakan kajian utama perguruan tinggi Islam. Dan gelar akademik yang ditawarkan ketika itu, juga terus bertahan sampai pertengahan dekade 1980-an 75 .

b. Periode ADIA 1957-1960

Pada tahun 1 Juni 1957, Departemen Agama mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama ADIA di Jakarta. Hal ini disebabkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga fungsional di bidang guru agama Islam yang sesuai dengan tuntutan modernitas pada dekade 1950-an. ADIA didirikan dengan tujuan mendidik dan mempersiapkan pegawai negeri guna mendapatkan ijazah pendidikan akademi dan semi akademi sehingga dapat menjadi guru agama, baik untuk sekolah umum, sekolah kejuruan, maupun sekolah agama. Kepemimpinan ADIA dipercayakan kepada Prof.Dr.H.Muhammad Yunus sebagai dekan dan Prof.H.Bustomi A. Gani sebagai wakil dekan. ADIA memiliki tiga jurusan, dan dengan komposisi kurikulum yang sama dengan PTAIN, hanya dengan beberapa tambahan matakuliah untuk kepentingan tenaga fungsional. Ketiga jurusan itu yaitu Jurusan Pendidikan Agama, Jurusan Bahasa Arab, dan Jurusan Dakwah Wal Irsyad yang juga dikenal dengan Jurusan Khusus Imam Tentara. Sedangkan komposisi kurikilum lengkapnya adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Prancis, Bahasa Ibrani, Ilmu Keguruan, Ilmu Kebudayaan Umum dan Indonesia, Sejarah Kebudayaan Islam, Tafsir, Hadits, Husthalahah Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Tariqh Tasyri Islam, Ilmu KalamMantiq, Ilmu AkhlakTasawuf, 75 Ibid., h. 6 Ilmu Filsafat, Ilmu Perbandingan Agama, dan Ilmu Pendidikan Masyarakat 76 . Ada dua ciri utama ADIA. Pertama, sesuai dengan mandatnya sebagai akademi dinas, mahasiswa yang mengikuti kuliah di ADIA terbatas pada mahasiswa tugas belajar. Mereka diseleksi dari pegawai atau guru agama di lingkungan departemen agama yang berasal dari wakil-wakil daerah di seluruh Indonesia. Kedua, sesuai dengan mandatnya untuk mempersiapkan guru agama modern, tanggung jawab pengelolaan dan penyediaan anggaran ADIA berasal dari Jawatan Pendidikan Agama Japenda Departemen Agama, yang pada waktu itu memiliki tugas mengelola madrasah dan mempersiapkan guru agama Islam modern di sekolah umum 77 .

c. Periode Fakultas IAIN Al-Jamaah Yogyakarta 1960-1963

Pada tahun 1960-an, ADIA di Jakarta dan PTAIN di Yogyakarta diintegrasikan menjadi satu lembaga pendidikan tinggi agama Islam negeri. Integrasi ini dikarenakan dalam satu dekade ternyata PTAIN di Yogyakarta, memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari Jumlah mahasiswa PTAIN semakin banyak dengan area of studies yang semakin luas. Selain itu, mahasiswa PTAIN tidak hanya datang dari berbagai wilayah Indonesia, tetapi juga datang dari negara tetangga seperti Malaysia. Meningkatnya jumlah mahasiswa dan meluasnya area of studies, yang kemudian menuntut peluasan dan penambahan, baik dari segi kapasitas kelembagaan, fakultas dan jurusan, maupun komposisi mata kuliah mengharuskan dilaksanakannya integrasi lembaga pendidikan ADIA di Jakarta dan PTAIN di Yogyakarta untuk memenuhi 76 Ibid., h. 7 77 Ibid., h. 7 kebutuhan diatas. Integrasi ini terlaksana dengan keluarnya Peraturan Presiden Republik Indonesia no. 11 tahun 1960 tertanggal 24 agustus 1960 bertepatan dengan 2 rabiul awal 1380 hijriah. Peraturan Presiden RI tersebut sekaligus mengubah dan menetapkan perubahan nama dari PTAIN menjadi Institut Agama Islam Negeri IAIN al-Jamiah al-Islamiyah al Hukumiyah. IAIN diresmikan oleh menteri agama di gedung kepatihan Yogyakarta 78 . Nama dan jabatan pimpinan IAIN dan fakultas-fakultasnya pada saat diresmikan adalah sebagai berikut: ” 79 No Jabatan Nama Lokasi 1. RektorPresiden Institu Prof.Mr.R.H.A. Soenarjo Yogyakarta 2. Sekertaris Senat Mr. Wasil Azis Yogyakarta 3. Dekan Fakultas Tarbiyah Prof. Dr.H. Mahmud Yunus Jakarta 4. Dekan Fakuktas Adab Prof. H. Bustami A. Gani Jakarta 5. Dekan Fakultas Ushuluddin Prof.Dr. Muchtar Yahya Yogyakarta 6. Dekan Fakultas Syariah Prof. .T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy Yogyakarta Peresmian IAIN ini di sambut antusias oleh umat Islam Indonesia. Beberapa daerah kemudian mengajukan penegerian perguruan tinggi Islam yang telah ada didaerahnya atau meminta untuk membuka fakultas yang sesuai dengan kondisi daerahnya. Aspirasi ini diperkuat oleh ketetapan MPRS nomor 1RIS1963 lampiran A.ad 5 yang secara eksplisit dan tegas meminta perluasan IAIN. Dalam kurun waktu dua tahun, yaitu sejak 1960 sampai dengan 1963, IAIN berdiri di sembilan kota dengan perincian sebagai berikut; Fakultas Tarbiyah Di Jakarta, Yogyakarta, Malang dan Banda Aceh. Fakultas Adab di Jakarta dan Yogyakarta. Fakultas Ushuluddin di Jakarta dan Yogyakarta. Fakultas Syariah di Yogyakarta, Banda Aceh, Banjarmasin, Palembang, Surabaya, Serang dan Ujung 78 Ibid., h. 8 79 Ibid., h. 8 Pandang. Selanjutnya status dan struktur organisasi IAIN diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 9 tahun 1987 80 .

d. Periode IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

IAIN kemudian mengalami perkembangan pesat, perkembangan tersebut tidak dapat lagi tertampung oleh kapasitas kelembagaan IAIN yang terpusat di Yogyakarta. Atas dasar semua itu, kemudian dipandang perlu mengembangkan IAIN menjadi institut yang berdiri sendiri. Berdasarkan keputusan Menteri Agama RI nomor 49 tahun 1963 tertanggal 25 februari 1963 ditetapkan adanya dua IAIN, masing-masing IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengkoordinasi fakultas-fakultas di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya. Sedangkan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengkoordinasi fakultas-fakultas yang berada di wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Sumatera. Peresmian pembagian wilayah koordinasi dilakukan pada 18 maret 1963 di aula IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta di hadiri menteri agama. IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berdiri sendiri dipimpin oleh Prof. Drs. H. Soenardjo sebagai rektor 81 . Pada saat peresmian itu, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki empat fakultas, yaitu Fakultas Tarbiyah, Adab, dan Ushuluddin di Jakarta dan Fakultas Syariah di Serang. Di samping itu IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga mengkoordinasikan Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Syariah di Banda Aceh dan Palembang. Selanjutnya, dalam masa dua tahun, dari 1963 sampai 1965, di buka fakultas-fakultas baru, yaitu Fakultas Tarbiyah di 80 Ibid., h. 8 81 Ibid., h. 8-9 Serang, Cirebon, Padang dan Pekanbaru, dan Fakultas Syariah di Jambi. 82 Atas aspirasi dan perjuangan masyarakat Muslim setempat, fakultas fakultas yang berada di bawah koordinasi IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta kemudian berdiri sebagai IAIN yang mandiri. Antara lain, IAIN Ar-Raniry Banda Aceh berdiri 5 oktober 1963, IAIN Raden Patah Palembang berdiri 22 oktober 1964, IAIN Antasari Kalimantan Selatan diresmikan 22 november 1964, IAIN Imam Bonjol Padang berdiri 21 November 1966, dan IAIN Sultah Taha Saefuddin di Jambi berdiri tahun 1967. 83 Sejak terbitnya keputusan Menteri Agama Nomor 15 Tahun 1988, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta terdiri dari fakultas-fakultas Tarbiyah, Adab, Ushuluddin, Syariah dan Dakwah di Jakarta dan Fakultas Tarbiyah di Pontianak. Selanjutnya, berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1997 tentang perubahan status fakultas daerah menjadi sebuah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri STAIN, maka Fakultas Tarbiyah Pontianak berdiri sendiri sebagai STAIN Pontianak 84 . Pada masa kepemimpinan Prof. Dr. Harun Nasution 1973-1984, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dikenal luas sbagai “kampus pembaharu”. Hal ini disebabkan karena Harun Nasution banyak mengadakan pembaharuan-pembaharuan Islam dengan menekankan Islam rasional. Harun nasution mengadakan perubahan kurikulum IAIN yang salah satunya adalah memasukan maatakuliah filsafat dan menyelenggarakan Program Pascasarjana PPs. PPs IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan pertama di lingkungan IAIN di seluruh Indonesia. PPs ini mengawali kuliah perdananya pada 82 Ibid., h. 9 83 Ibid., h. 9 84 Ibid., h. 10 tanggal 1 September 1982, setelah sehari sebelunya 30 Agustus 1982 diadakan peresmian pembukaannya 85 .

e. IAIN With Wider Mandate

IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu IAIN tertua di Indonesia yang bertempat di Ibukota Jakarta, menempati posisi yang unik dan strategis. Ia tidak hanya menjadi “jendela Islam di Indonesia”, tetapi juga menjadi simbol bagi kemajuan pembangunan nasional, khususnya pembangunan di bidang sosial-keagamaan, sebagai upaya untuk untuk mengintegrasikan ilmu agama dan umum, lembaga ini mulai mengembangkan diri dengan konsep IAIN dengan mandat yang lebih luas IAIN with wider mandate menuju terbentuknya Universitas Islam Negeri, langkah konversi ini mulai diintensifkan pada masa kepemimpinan Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA dengan dibukanya Jurusan Psikologi dan Pendidikan Matematika pada Fakultas Syariah, serta Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam pada Fakultas Syariah pada tahun akademik 19981999. 86 Untuk lebih memantapkan langkah konversi ini, pada tahun 2000 di buka Program Studi Agri Bisnis dan Program Studi Teknik Informatika bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor IPB dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT, serta Program Studi Manajemen dan Program Studi Akuntansi. Pada 2001 diresmikan Fakultas Psikologi, dan Fakultas Dirasat Islamiyah bekerjasama dengan Universitas Al-Azhar, Mesir. Selain itu dilakukan pula upaya kerjasama dengan Islamic Development Bank IDB sebagai penyandang dana pembangunan kampus yang modern; McGill University melalui 85 Ibid., h. 10 86 Ibid., h. 10 Canadian International Development Agencies CIDA, Leiden University INIS, Universitas Al-Azhar Kairo; King Saud University Riyadh; Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor IPB; Ohio University; Lembaga Indonesia Amerika LIA; Badan Pengkajian Penerapan Teknologi BPPT, Bank Mandiri, Bank Muamalat Indonesia BMI; dan universitas-universitas serta lembaga lainnya. 87 Langkan perubahan bentuk IAIN menjadi UIN mendapat rekomendasi pemerintah dengan ditandatanganinya Surat Keputusan Bersama SKB antara Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 4UKB?2001 dan Menteri Agama RI Nomor 5002001 tanggal 22 November 2001, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional memberikan rekomendasi dibukanya 12 program studi yang meliputi Program Studi Ilmu Sosial dan Eksakta, yaitu Teknik Informatika, Sistem Informasi, Akuntansi, Manajemen, Sosial Ekonomi PertanianAgribisnis, Psikologi, Bahasa dan Sastra Inggris, Ilmu Perpustakaan, Matematika, Kimia, Fisika, dan Biologi. 88 Seiring dengan itu, rancangan keputusan Presiden tentang perubahan bentuk IAIN menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga telah mendapat rekomendasi dan pertimbangan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI dan Dirjen Anggaran Departemen Keuangan RI Nomor 02M-PAN12002 tanggal 9 Januari 2002 dan nomor S-490MK 22002 tanggal 14 Februari. Rekomendasi ini merupakan dasar bagi keluarnya Keputusan Presiden Nomor 031 tanggal 20 Mei tahun 2002 tentang perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 89

f. Periode UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mulai 20 mei 2002

87 Ibid., h. 10-11 88 Ibid., h. 11 89 Ibid., h. 11 Dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 031 tanggal 20 mei 2002 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta resmi berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Upacara peremiannya dilakukan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Hamzah Haz pada 8 Juni 2002 bersamaan dengan upacara Dies Natalis ke 45 lustrum ke-9 serta pemancangan tiang pertama pertama pembangunan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui dana Islamic Development Bank IDB. Setelah itu program konversi UIN dibubarkan dan dirikan secara bersamaan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial dan Fakultas Sains dan Teknologi. 90 Belakangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menambah fakultas baru, yaitu Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 1338DT2004 tahun 2004 tanggal 12 April 2004 tentang ijin penyelenggaraan Program Studi Kesehatan Masyarakat S1 dan Keputusan Direktur Jenderal Kelembagaanagama Islam tentang ijin penyelenggaraan Program Studi Kesehatan Masyarakat program Sarjana S1 pada Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor Dj.II372004 tanggal 19 Mei 2004. Mulai tahun akademik 20092010 tiga program studi, Pemikiran Politik Islam dan Sosisologi Agama dari Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, dan Ilmu Hubungan Internasional dari Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, bergabung kedalam Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. 91 90 Ibid., h. 11 91 Ibid., h. 11 Sebagai bentuk reintegrasi ilmu, Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak tahun akademik 20022003 menetapkan nama-nama fakultas sebagai berikut: 92 1. Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 2. Adab dan Humaniora 3. Ushuluddin dan Filsafat 4. Syari‟ah dan Hukum 5. Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi 6. Dirasat Islamiyah 7. Psikologi 8. Ekonomi dan Bisnis 9. Sains dan Teknologi 10. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 11. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

B. Visi, Misi dan Tujuan

Visi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah : “Berdaya saing tinggi dan terdepan dalam mengembangkan dan mengintegrasikan aspek keislaman, keilmuan, dan keindonesiaan”. 93 Menurut Kusmana : “Ke tiga aspek aspek keislaman, keilmauan dan keindonesiaan ini membuka peluang bagi UIN Jakarta untuk menyelenggarakan tidak hanya fakultas-fakultas kajian Islam tapi juga fakultas-fakultas umum. Dengan demikian, kapasitas layanan pendidikan tinggi di UIN Jakarta lebih luas dan pada saat yang sama menjadi terbuka untuk berkompetisi dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi lain di Indonesia khususnya maupun diluar negeri ”. 94 Sedangkan Misi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ada lima yaitu: a Menghasilkan sarjana yang memiliki keunggulan kompetitif dalam persaingan global. b Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan untuk mengembangkan dan mengintegrasikan aspek keislaman, keilmuan dan keindonesiaan. 92 Ibid., h. 12 93 Ibid., h. 13 94 Kusmana, “Integrasi Keilmuan “UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menuju Universitas Riset”, Jakarta, PPJM dan UIN Jakarta Press, 2006, hal. 110. c Meningkatkan kualitas penelitian dan pengabdian yang bermanfaat bagi kepentingan keilmuan dan kemasyarakatan. d Membangun good university governance dan manajemen yang profesional dalam mengelola sumber daya perguruan tinggi sehingga menghasilkan pelayanan prima kepada sivitas akademika dan masyarakat; e Membangun kepercayaan dan mengembangkan kerjasama dengan lembaga nasional, regional, maupun international. 95 Misi UIN Jakarta di atas, yang secara keseluruhan bermuara pada terciptanya lulusan yang mempunyai competitive advantage sejalan dengan tujuan UIN Jakarta yaitu dalam: a Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik danatau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan danatau menciptakan ilmu pengetahuan, bidang keagamaan, sosial maupun sains dan teknologi. b Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan agama, sosial dan sains teknologi serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. 96 Menurut Kusmana, usaha kearah realisasi tujuan tersebut didukung oleh pola ilmiah pokok PIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu pembaharuan dalam Islam dengan menampilkan Islam yang modern, rasional dan kompatibel dengan perkembangan zaman agar tercipta integrasi keislaman, keilmuan, dan keindonesiaan. Atas dasar itu maka orientasi pengembangan UIN Jakarta kedepan diorientasikan pada beberapa hal berikut: a Pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia SDM seluruh sivitas akademika UIN yang memiliki keluruhan moral, kedalaman spiritual, kecerdasan intelektual, dan kematangan professional. b Pemberdayaan dan peningkatan kualitas akademik, administrasi, pelayanan dan seluruh komponen berikut perangkat kerja di UIN Jakarta secara professional dan optimal. c Pembaharuan sistem pendidikan menuju reintegrasi keilmuan, keislaman, keindonesiaan, dan wawasan global, serta 95 Komarudin Hidayat dkk, Buku Pedoman Akademik Strata Satu 20112012, h. 13 96 Ibid., h. 13