Merupakan hal yang beruhubungan dengan hasil penelitian Penutup. Bab ini berisi kesimpulan penelitian dan saran.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Istilah Modernisme dan Fundamentalisme Islam

Membicarakan istilah modernisme dan fundamentalisme di dalam Islam terasa lebih sulit daripada di dalam Protestan, apalagi kedua istilah ini memang selalu dikaitkan dengan tradisi Kristen Protestan. Menurut Asep Syamsul M Romli: “Dalam tradisi Kristen, Fundamentalisme sering dilawankan dengan “modernisme”, yakni aliran pemikiran yang mengutamakan setiap yang baru dari hal lama. Fundamentalisme merupakan oposan dari gerejawan ortodoks terhadap sains modern, manakala sains modern dianggap bertentangan dengan cerita atau ajaran bibble. Para aktivisnya menamakan diri “fundamentalis”. Mereka adalah kaum oposisi yang menentang liberalisme dan modernisme. Pihak fundamentalis menuduh kaum modernis sebagai perusak agama Kristen dan mengorbankan bibble demi kepentingan sains modern 23 ”. Mengenai hal ini hemat penulis penting untuk menyimak pendapat dari Yusril Ihza Mahendra: “Modernisme dan fundamentalisme bukanlah istilah yang berasal dari perbendaharaan kata dalam bahasa masyarakat-masyarakat muslim. Kedua istilah itu dimunculkan oleh kalangan akademisi barat dalam konteks sejarah keagamaan dalam masyarakat mereka sendiri. Modernisme pada awalnya diartikan sebagai aliran keagamaan yang melakukan penafsiran terhadap doktrin agama kristen untuk menyesuaikannya dengan perkembangan modern. Fundamentalisme diartikan sebagai reaksi terhadap modernisme. Fundamentalisme dianggap sebagai aliran yang 23 Asep Syansul M. Romli, Demonologi Islam: Upaya Barat Membasmi Kekuatan Islam Jakarta,Gema Insani Press, 2000, h. 30 berpegang teguh pada “fundamen” agama kristen melalui penafsiran terhadap kitab suci agama itu secara rigid dan literalis 24 ”. “Istilah modernisme dan fundamentalisme kemudian digunakan oleh sarjana-sarjana orientalis dan pakar ilmu sosial dan kemanusiaan barat untuk membedakam dua kecenderungan pemikiran yang hampir sama dengan apa yang dijumpai dalam agama kristen itu, di dalam masyarakat yang memeluk agama lain. Hal serupa juga mereka terapkan untuk mengamati pemikiran keagamaan dalam masyarakat-masyarakat muslim. Sungguhpun demikian dalam perkembangan ilmu sosial dan kemanusiaan masa kini, baik ilmuwan barat maupun ilmuwan muslim telah menggunakan istiah yang tidak sama dalam mengategorikan kedua aliran tersebut. Istilah modernisme sering juga di ganti dengan istilah- istilah lain, seperti “reformism”, reawakening, renaissance, dan renewal. Sedangkan istilah fundamentalisme sering pula di ganti dengan istilah- istilah revivalism, militancy, reassertion, resurgence, activism, dan reconstruvtionsm. Dalam diskursus teoritis, sebagaimana biasanya, para penulis bukan saja saling berbeda dalam menggunakan istilah, tetapi istilah yang sama, sering pula didefinisikan dengan maksud yang berbeda” 25 . Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa memang terdapat perbedaan konteks dan aplikasi konsep modernisme dan fundamentalisme dalam Kristen dan Islam. Meskipun demikian, harus juga diakui bahwa masalah modernisme dan fundamentalisme dalam Islam telah menjadi konsep yang mapan dan diterima masyarakat luas, terutama untuk memotret fenomena orientasi ideologis aliran pemikiran dan gerakan Islam. Meski secara terminologi modernisme dan fundamentalisme masih diperdebatkan karena konteks munculnya khas Kristen Protestan, tetapi dalam ilmu-ilmu sosial, khususnya sosiologi agama, istilah tersebut telah dianggap mapan dan diterima untuk menganalisis gejala perkembangan aliran pemikiran dan gerakan agama 26 . Untuk itu penulis, akan 24 Yusril Ihza Mahendra, Modernisme Dan Fundamentalisme Dalam Politik Islam, Jakarta: Paramadina, 1999, hal. 5-6 25 Ibid. 5-6 26 Untuk lebih mengetahui perdebatan istilah modernisme dan fundamentalisme, diterangkan lebih lanjut oleh Muhammad Chirzin, Jihad Dalam Al- Qur‟an Persfektif Modernisme