3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan
masyarakat. 4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan
selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan
sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi. Menurut Isnanto 2009 dengan melihat ciri-ciri umum profesi di atas,
kita dapat menyimpulkan bahwa kaum profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada di atas rata-rata. Di satu
pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat, tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam rangka
kepentingan masyarakat. Seandainya semua bidang kehidupan dan bidang kegiatan menerapkan suatu standar profesional yang tinggi, bisa
diharapkan akan tercipta suatu kualitas masyarakat yang semakin baik.
2. Konsep Profesionalisme
Setiap profesi tanpa terkecuali sangat memperhatikan kualitas jasa yang dihasilkan. Profesi akuntan publik pun memperhatikan kualitas audit
sebagai hal yang sangat penting untuk memastikan bahwa profesi auditor dapat memenuhi kewajibannya kepada para pemakai jasanya. Para
pemakai mengandalkan auditor independen dalam menjaga kredibilitas laporan keuangan.
Bidang akuntansi telah melakukan usaha yang sungguh-sungguh untuk mendapatkan label “profesi”. Badan yang menyusun standar, proses
pengujian dan lisensi, asosiasi profesional, dan kode etik merupakan bukti adanya struktur profesional untuk akuntansi dan akuntan. Sikap
Profesional tercermin pada pelaksanaan kualitas yang merupakan karakteristik atau tanda suatu profesi atau seorang professional Pramono,
2007:13. Menurut Pramono 2007:13, sikap dan tindakan profesional
merupakan tuntutan diberbagai bidang profesi, tidak terkecuali profesi sebagai auditor. Auditor yang profesional dalam melakukan pemeriksaan
diharapkan akan menghasilkan audit yang memenuhi standar yang ditetapkan oleh organisasi. Profesional yang harus ditanamkan kepada
auditor dalam menjalankan fungsinya yang antara lain dapat melalui pendidikan dan latihan penjenjangan, seminar, serta pelatihan yang
bersifat berkelanjutan continue. Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika
memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi
dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah
ditetapkan. Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual
Herawaty dan Susanto, 2008. Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu
atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Seorang akuntan publik yang
profesional harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap masyarakat, klien termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku semestinya.
Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit profesional meningkat jika profesi menetapkan standar kerja dan perilaku yang dapat
mengimplementasikan praktik bisnis yang efektif dan tetap mengupayakan profesionalisme yang tinggi Jusuf 1997 dalam Herawaty dan Susanto
2008. Konsep profesionalisme modern dalam melakukan suatu pekerjaan seperti dikemukakan oleh Lekatompessy dalam Herawaty dan Susanto
2008 berkaitan dengan dua aspek penting, yaitu aspek struktural dan aspek sikap. Aspek struktural karakteristiknya merupakan bagian dari
pembentukan tempat pelatihan, pembentukan asosiasi profesional dan pembentukan kode etik. Sedangkan aspek sikap berkaitan dengan
pembentukan jiwa profesionalisme. Dalam penelitian ini konsep profesionalisme yang digunakan
adalah konsep untuk mengukur bagaimana para profesional memandang profesi mereka yang tercermin dalam sikap dan perilaku mereka. Dengan
anggapan bahwa sikap dan perilaku mempunyai hubungan timbal balik. Perilaku profesionalisme merupakan cerminan dari sikap profesionalisme,
demikian pula sebaliknya sikap yang profesional tercemin dari perilaku
yang profesional. Hall R 2002 dalam Fridati 2005:7 mengembangkan konsep dari profesionalisme dari level individual yang digunakan untuk
profesionalisme auditor eksternal, terdapat lima dimensi yaitu: 1. Pengabdian pada profesi dedication, yang tercermin dalam dedikasi
profesional melalui penggunaan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki.
Tetap melaksanakan
profesinya meskipun
imbalan ekstrinsiknya berkurang. Sikap ini berkaitan dengan ekspresi dari
pencurahan diri secara keseluruhan terhadap pekerjaan dan sudah merupakan suatu komitmen pribadi yang kuat, sehingga kompensasi
utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani dan setelah itu baru materi.
2. Kewajiban sosial social obligation, merupakan pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh
masyarakat maupun professional karena adanya pekerjaan tersebut. Sikap profesionalisme dalam pekerjaan tidak terlepas dari kelompok
orang yang menciptakan sistem suatu organisasi tersebut. Hal ini berarti bahwa atribut personal diciptakan sehingga layak diperlakukan
sebagai suatu profesi. 3. Kemandirian autonomy demands, merupakan suatu pandangan
seorang profesional auditor yang harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain. Adanya intervensi yang datang
dari luar dianggap sebagai hambatan yang dapat mengganggu otonomi profesional. Banyak orang menginginkan pekerjaan yang memberikan
hak bagi mereka, dan hak istimewa untuk membuat keputusan- keputusan dan bekerja tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian
akan timbul melalui kebebasan yang diperoleh. Dalam pekerjaan yang terstruktur dan dikendalikan oleh manajemen secara ketat, akan sulit
menciptakan tugas yang menimbulkan rasa kemandirian dalam tugas. 4. Keyakinan terhadap peraturan profesi belief in self-regulation, sikap
ini adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang dan berhak untuk menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi,
bukan orang luar yang tidak mempunyai kompeten dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
5. Hubungan dengan sesama profesi professional community affiliation, menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya
organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para
profesional membangun kesadaran profesi. Ikatan Akuntan Indonesia IAI juga berusaha menetapkan aturan,
prinsip dan kode etik dalam berperilaku bagi para akuntan publik agar dapat
menjaga profesionalismenya
sebagai profesi
kepercayaan masyarakat Arens dan Loebbecke, 2003. Prinsip perilaku profesional ini
tidak dirumuskan secara khusus oleh IAI tetapi dianggap dapat menjiwai perilaku IAI, berkaitan dengan karakteristik tertentu yang harus dipenuhi
oleh seorang akuntan. Prinsip-prinsip perilaku profesional yang juga menurut Abdul Halim 2001:17 adalah
1. Tanggung jawab 2. Kepentingan publik
3. Integritas 4. Obyektivitas dan indenpendensi
5. Kecermatan dan keseksamaan 6. Lingkup dan sifat jasa
Menurut Hunt Vitell dalam Djamil 2000:4 bahwa kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti dan peka akan adanya masalah
etika dalam profesinya, sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya atau masyarakat dimana profesi itu berada, lingkungan profesinya, lingkungan
organisasi atau tempat ia bekerja serta pengalaman pribadinya. Sikap masyarakat yang pasif, sistem pengawasan yang masih lemah dari
organisasi profesi auditor terhadap anggotanya, kerjasama yang tidak sehat antara BPKP dengan klien, turut mempengaruhi perilaku etika auditor.
Bahkan menurut Sudibyo dalam Djamil 2000:4 dunia pendidikan akuntansi mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku etika auditor.
D. Tekanan Anggaran Waktu