memeriksa apakah wajib pajak telah benar memberikan pajaknya sesuai dengan prosedur dan hukum yang berlaku.
4. Internal auditors Auditor internal Auditor internal adalah bertanggung jawab pada manajemen
perusahaan. Tinjauannya adalah audit terhadap setiap berbagai prosedur-prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai
efisiensi dan efektivitas kegiatan. Pada akhir kegiatan biasanya diajukan saran-saran rekomendasi manajemen untuk meningkatkan
kualitas operasi perusahaan.
B. Sikap Skeptisme Auditor
Skeptisme berasal dari kata skeptis yang berarti kurang percaya atau ragu-ragu KUBI dalam Gusti dan Ali 2008:2. Rai 2008:51 Skeptisme
profesional merupakan sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit.
Dalam menggunakan skeptisme profesional, auditor tidak boleh puas dengan bukti yang kurang meyakinkan walaupun menurut anggapannya manajemen
adalah jujur. Hall dan Singleton 2007:45 skeptisme profesional melibatkan penerapan sikap yang selalu mempertanyakan dan melakukan penilaian secara
kritis terhadap bukti audit. Shaub dan Lawrence dalam Gusti dan Ali 2008:4 mengartikan skeptisme profesional auditor sebagai berikut “ professional
skepticism is a choice to fulfill the professional auditor’s duty to prevent or reduce or harmful consequences of another person’s behavior… “. Standar
profesional akuntan publik mendefinisikan skeptisme profesional sebagai sikap auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan
melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit IAI 2001, SA seksi 230.06 dalam Noviyanti 2008:103.
Seorang auditor yang skeptis, tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh
alasan, bukti dan konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan Noviyanti, 2008:103. Tanpa menerapkan skeptisme profesional, auditor
hanya akan menemukan salah saji yang disebabkan oleh kekeliruan saja dan sulit untuk menemukan salah saji yang disebabkan oleh kecurangan, karena
kecurangan biasanya akan disembunyikan oleh pelakunya Noviyanti, 2008:103.
Skeptisme profesional auditor merupakan sikap attitude auditor dalam melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit Noviyanti, 2008:107. Auditor yang memiliki skeptisme profesional yang
memadai akan berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: 1 Apa yang perlu saya ketahui?, 2 Bagaimana caranya saya bisa mendapat
informasi tersebut dengan baik?, dan 3 Apakah informasi yang saya peroleh masuk akal? Noviyanti, 2008:108. Skeptisme profesional auditor akan
mengarahkannya untuk menanyakan setiap isyarat yang menunjukkan kemungkinan terjadinya fraud Louwers et al. dalam Noviyanti 2008:108.
Dalam ISA No. 200, dikatakan bahwa sikap skeptisme profesional berarti auditor membuat penaksiran yang kritis critical assessment, dengan pikiran
yang selalu mempertanyakan questioning mind terhadap validitas dari bukti audit yang diperoleh, waspada terhadap bukti audit yang bersifat kontradiksi
atau menimbulkan pertanyaan sehubungan dengan reliabilitas dari dokumen, dan memberikan tanggapan terhadap pertanyaan- pertanyaan dan informasi
lain yang diperoleh dari manajemen dan pihak yang terkait IFAC 2004 dalam Noviyanti 2008:108.
Menurut Shaub dan Lawrence dalam Gusti dan Ali 2008:4, dalam prakteknya auditor seringkali diwarnai secara psikologis yang kadang terlalu
curiga, atau sebaliknya terkadang terlalu percaya terhadap asersi manajemen. Padahal seharusnya seorang auditor secara profesional menggunakan
kecakapannya untuk ‘balance’ antara sikap curiga dan sikap percaya tersebut. Ini yang kadang sulit diharapkan, apalagi pengaruh-pengaruh di luar diri
auditor yang bisa mengurangi sikap skeptisme profesional tersebut. Auditor harus menggunakan kemahiran profesional secara cermat dan seksama dalam
menentukan jenis pemeriksaan yang akan dilaksanakan dan standar yang akan diterapkan terhadap pemeriksaan; menentukan lingkup pemeriksaan, memilih
metodologi, menentukan jenis dan jumlah bukti yang akan dikumpulkan, atau dalam memilih pengujian dan prosedur untuk melaksanakan pemeriksaan.
Kemahiran profesional harus diterapkan juga dalam melakukan pengujian dan prosedur, serta dalam melakukan penilaian dan pelaporan hasil pemeriksaan.
C. Profesionalisme Auditor