Operasional Variabel Penelitian METODELOGI PENELITIAN

Ho ditolak, sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima Nugroho, 2005:53. c. Uji Regresi Secara Parsial Uji t Uji t dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Hasil uji t ini pada output SPSS dapat dilihat pada table Coefficients a . Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen, dilakukan dengan membandingkan p-value pada kolom Sig. Masing-masing variabel independen dengan tingkat signifikan yang digunakan 0,05. Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima Nugroho, 2005:55.

E. Operasional Variabel Penelitian

Operasional variabel adalah bagaimana menemukan dan mengukur variabel-variabel tersebut dilapangan dengan merumuskan secara singkat dan jelas, serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan sekala likert. Kemudian jawaban yang didapat akan dibuat skor tertinggi bernilai 5 empat dan terendah 1 satu. Untuk jawabannya yaitu sangat tidak setuju STS = skor 1, tidak setuju TS = skor 2, netral N = skor 3, setuju S = skor 4, dan sangat setuju ST = skor 5. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu: 1. Variabel Independen Variabel independen adalah variabel bebas dan mempengaruhi variabel lain dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah sikap skeptisme auditor, profesionalisme auditor dan tekanan anggaran waktu. a. Sikap Skeptisme Auditor Sikap skeptisme auditor merupakan indikator dalam hal kualitas audit seorang auditor dalam mengevaluasi bukti audit secara terus menerus dan auditor tersebut mampu menemukan pelanggaran-pelanggaran yang ada pada laporan keuangan. Semua item pertanyaan diukur pada skala likert 1 sampai 5. b. Profesionalisme Auditor Profesionalisme telah menjadi isu yang kritis untuk profesi akuntan karena dapat menggambarkan kinerja akuntan tersebut terutama dalam hal kualitas auditnya. Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan 5 dimensi profesionalisme auditor dalam Herawaty dan Susanto 2008. Semua item pertanyaan diukur pada skala likert 1 sampai 5. c. Tekanan Anggaran Waktu Azad 1994 dalam Prasita dan Adi 2007 menemukan bahwa kondisi yang tertekan secara waktu, auditor cenderung berperilaku disfungsional yang pada gilirannya dapat menghasilkan laporan audit dengan kualitas rendah. Riset Coram dkk dalam Prasita dan Adi 2007 menunjukkan terdapat penurunan kualitas audit pada auditor yang mengalami tekanan dikarenakan anggaran waktu yang sangat ketat. Semua item pertanyaan diukur pada skala likert 1 sampai 5. 2. Variabel Dependen Variable dependen adalah variabel tidak bebas atau yang dipengaruhi variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit. Kualitas jasa sangat penting untuk meyakinkan bahwa profesi bertanggung jawab kepada klien, masyarakat umum dan aturan-aturan. Kualitas audit seorang auditor diharapkan dapat menemukan pelanggaran-pelanggaran dalam laporan keuangan klien dan laporan keuangan bisa diterima oleh pihak eksternal atau para pemakai laporan keuangan yang berkepentingan. Tabel 3.1 Operasional Variabel Variabel Sub Variabel Indikator Skala Sikap skeptisme auditor X 1 Noviyanti 2008 a. Auditor diharapkan mempunyai sikap skeptisme terhadap proses audit. b. Sikap skeptisme berpengaruh dalam menemukan pelanggaran- pelanggaran dalam laporan keuangan. c. Auditor dalam mengevaluasi temuan audit harus menggunakan sikap skeptisme. d. Tuntutan professional seorang auditor dalam mengaudit mengakibatkan tumbuhnya sikap skeptisme e. Auditor diharapkan mempunyai sikap skeptis terhadap temuan audit yang berhubungan dengan wajar dan tidaknya laporan keuangan. f. Bersikap cermat dan seksama dalam melaksanakan tugas audit merupakan faktor sikap skeptisme. Interval Profesional Auditor X 2 Herawaty dan Susanto 2008 1. Pengabdian pada Profesi dedication. a. Menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki dalam proses audit. b. Menggunakan keahlian yang dimiliki dalam proses audit. c. Menggunakan pengalaman yang dimiliki dalam proses audit. Interval Bersambung ke halaman berikutnya Tabel 3.1 Operasional Variabel Lanjutan Variabel Sub Variabel Indikator Skala 2. Kewajiban Sosial social obligation a. Selalu meletakkan kepentingan pribadi dibawah kepentingan masyarakat dalam menciptakan profesionalisme auditor. b. Sikap profesional selalu tercipta dari lingkungan profesi atau lingkungan organisasi. c. Memenuhi standar kualitas dan profesionalisme dalam setiap penugasan sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik kepada Publik. Interval 3. Kemandirian autonomy demands a. Selalu bersikap percaya diri akan kemampuan yang dimiliki dalam proses audit. b. Menggunakan sikap independensi auditor dalam setiap proses audit. c. Selalu melihat pengalaman-pengalaman audit sebelumnya dalam membuat keputusan audit. Interval 4. Keyakinan Terhadap Peraturan Profesi belief in self- regulation a. Menerima kritik dan saran dari rekan sesama profesi yang berhubungan dengan kinerja sebagai seorang auditor. b. Percaya dan yakin akan nasihat dari rekan sesama profesi. c. Keyakinan terhadap peraturan profesi menjadi motor bagi auditor untuk memberikan hasil pekerjaan serta pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan. Interval Bersambung ke halaman berikutnya Tabel 3.1 Operasional Variabel Lanjutan Variabel Sub Variabel Indikator Skala 5. Hubungan dengan sesama profesi professional community affiliation a. Menjaga hubungan baik dengan rekan seprofesi. b. Melakukan interaksi dengan sesama profesi sehingga dapat menambah pengetahuan auditor. c. Melakukan interaksi dengan sesama profesi sehingga semakin bijaksana dalam membuat perencanaan dan pertimbangan dalam proses pengauditan. Interval Tekanan Anggaran Waktu X 3 Prasita dan Adi 2007 a. Auditor sering dihadapkan pada pengalokasian waktu pemeriksaan yang sangat ketat dan kaku. b. Auditor dituntut untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu, sesuai dengan waktu yang telah disepakati dengan klien. c. Auditor sering menghadapi tekanan dari pengalokasian waktu yang sangat ketat oleh klien, akibatnya dapat mengancam kualitas audit. d. Adanya tekanan anggaran waktu dapat mengakibatkan penghentian audit secara dini prematur sign off. e. Tekanan anggaran waktu menyebabkan menurunnya efektifitas dan efisiensi kegiatan pengauditan. Interval Bersambung ke halaman berikutnya Tabel 3.1 Operasional Variabel Lanjutan Variabel Sub Variabel Indikator Skala f. Adanya tekanan anggaran waktu dapat menyebabkan gagal mengivestigasi isu- isu relevan, yang pada gilirannya dapat menghasilkan laporan audit dengan kualitas rendah. g. Kualitas audit bisa menjadi semakin buruk, bila alokasi waktu yang dianggarkan tidak realistis dengan kompleksitas audit yang diterimanya. h. Anggaran waktu yang stabil dapat meningkatkan kualitas jasa audit. i. Semakin lama proses audit yang dilakukan oleh akuntan publik, maka akan mempengaruhi kualitas audit. Kualitas Audit Y Laila dan Irawati 2002 a. Pendidikan yang berhubungan dengan profesi auditor dapat meningkatkan kualitas audit. b. Pengalaman menjadi pelajaran yang baik bagi auditor dalam proses audit. c. Auditor dituntut memiliki integritas dalam meningkatkan kualitas audit d. Auditor dituntut menggunakan standar auditing dalm proses audit agar tercipta kualitas audit. e. Auditor dituntut independen dalam proses audit. Interval Bersambung ke halaman berikutnya Tabel 3.1 Operasional Variabel Lanjutan Variabel Sub Variabel Indikator Skala f. Auditor dituntut dapat mengetahui temuan yang bersifat material dan tidak material. g. Auditor dituntut melakukan audit dengan cermat dan seksama. h. Auditor dituntut obyektivitas dalam hal mengungkap fakta atas kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan. i. Auditor selalu mendahulukan kepentingan publik daripada kepentingan pribadi. j. Auditor dapat memberikan pernyataan apakah wajar atau tidak laporan keuangan tersebut. k. Auditor dituntut menggunakan sifat profesional dalam proses audit. l. Auditor dituntut mempunyai rasa skeptisme terhadap temuan audit sehingga dapat meningkatkan kualitas audit.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian menggunakan instrumen angket atau kuesioner yang telah disebar, dengan objek penelitian adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik KAP yang terdaftar dalam directory Kantor Akuntan Publik 2010 di wilayah Jakarta Utara berdasarkan catatan Institut Akuntan Publik Indonesia IAPI dan Departemen Keuangan Republik Indonesia Sekretariat Jenderal Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai. Sampel diambil dengan metode convenience sampling dengan mempertimbangkan kemudahan memperoleh data dan mengakses lokasi KAP, penulis menyebarkan 70 kuesioner ke 9 KAP di wilayah Jakarta Utara sejak tanggal 1 November 2010. Penyebaran kuesioner penelitian yang diterima dan dapat diolah dideskripsikan pada tabel berikut: Tabel 4.1 Deskripsi Penyebaran Kuesioner yang Diterima Dan Dapat Diolah No. Nama KAP Wilayah Jumlah kuesioner 1 A. S. Akhmadwijaya Jakarta Utara 5 2. Eddy Kaslim Jakarta Utara 5 3. Ghazali, Sahat dan Rekan Jakarta Utara 10 4. Handoko dan Suparmun Jakarta Utara 10 5. Johan Malonda, Astika dan Rekan Jakarta Utara 10 6. Juliawati Jakarta Utara 5 7. Kadir Rahman Jakarta Utara 5 8. Mulyati Rini dan Rekan Jakarta Utara 10

Dokumen yang terkait

Pengaruh tekanan klien, pengamalan auditor dan profesionalisme auditor terhadap kualitas audit; studi empiris pada kantor akuntan publik di Jakarta Selatan

6 23 115

Pengaruh Independensi, Akuntabilitas dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)

3 15 168

Pengaruh profesionalisme, karakteristik personal auditor. dan batasan waktu audit terhadap kualitas audit : studi empiris pada kantor akuntan publik di dki jakarta

3 10 134

Pengaruh profesionalisme dan independensi Auditor terhadap kualitas audit dengan etika Auditor sebagai variabel moderating (studi empiris pada kantor akuntan publik di dki jakarta)

1 5 124

Pengaruh Pengalaman Auditor dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Pada Kantor Akuntan Publik di Bandung)

4 53 32

Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung)

8 38 77

Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung.

0 3 20

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDITOR DAN KUALITAS AUDIT (STUDI PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA)

0 0 19

TEKANAN ANGGARAN WAKTU DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDITOR DAN KUALITAS AUDIT (STUDI PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA)

0 0 19

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDITOR DAN KUALITAS AUDIT (STUDI PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA)

0 0 19