Penyampaian dan Validasi Surat Setoran Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan SSB
Menteri dan sekaligus untuk melaporkan data perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.
SSB sekurang-kurangnya memuat jenis perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, data Wajib Pajak, data tanah dan atau bangunan,
penghitungan Wajib Pajak, dan jumlah pembayaran. Dalam hal Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang seharusnya terhutang nihil,
maka wajib pajak tetap mengisi SSB dengan keterangan nihil. BPHTB terutang nihil jika NPOP lebih kecil dari NPOPTKP.
Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang telah divalidasi dan dilaporkan ke Kantor Pajak, sangat berperan membentuk
kepatuhan wajib pajak, sebab banyak wajib pajak yang beranggapan, kewajiban perpajakannya hanya sebatas pada pembayaran pajak, selain itu
SSB BPHTB yang sudah di validasi penting digunakan untuk peningkatan hak atas suatu kepemilikan tanah dari Akta Jual-Beli, menjadi Sertifikat.
Berikut proses validasi dan Pelaporan Pajak: a.
SSB yang telah dihitung dengan benar, oleh Wajib Pajak di bayarkan ke Bank yang telah bekerjasama dengan Kantor Pajak.
b. Data-data pada SSB BPHTB ditulis sesuai dengan data yang ada di
SPPT. c.
Setelah SSB di bayar, Lampiran SSB BPHTB, lampiran 1,3,5, divalidasi di Kantor Pajak Objek Pajak terdaftar.
d. Pada saat melakukan Validasi SSB BPHTB, wajib pajak wajib
melampirkan, SPPT, Formulir Penyampaiaan, konsep Akta Jual Beli,
28
dan juga Mencantumkan NPWP, apabila tranksaksi di atas Rp.60.000.000,00.
e. Untuk Validasi SSB Jual Beli, Proses Penyelesaiannya 1 hari,
sedangkan untuk proses Validasi SSB selain jual beli, proses penyelesaiannya selama 3 hari.
Penyampaian SSB yang disampaikan ke KP PBB oleh wajib pajak dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 hari sejak tanggal pembayaran
atau perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. SSB dapat diperoleh di: a.
KP PBB setempat b.
PPATNotaris c.
Kantor Lelang Negara d.
Kantor Pertanahan e.
Kantor Cabang Bank BUMN f.
Kantor Cabang Bank BUMD g.
Subdinas Pendapatan Daerah Kotamadya A. Pengurangan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Apabila seorang Wajib Pajak merasa, tidak mampu melunasi utang pajaknya, sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan RI No.
181KMK.041999 tentang, pemberian pengurangan BPHTB, maka wajib pajak yang bersangkutan dapat mengajukan pengurangan,
dengan tiga alasan yaitu:
29
a. Kondisi Tertentu Wajib Pajak dengan Objek Pajak Kondisi tertentu Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan objek
pajak yaitu: 1 Wajib pajak orang pribadi yang memperoleh hak baru melalui
program pemerintah di bidang pertanahan dan tidak mempunyai kemampuan secara ekonomis.
2 Wajib pajak orang pribadi yang menerima hibah dari orang pribadi yang mempunyai hubungan keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat keatas atau satu derajat ke bawah.
3 Wajib pajak yang memperoleh hak baru selain hak pengelolaan sebesar penghitungan BPHTB selain tanah .
Besarnya persentase pengurangan akan ditetapkan berdasarkan pertimbangan yang wajar dan objektif sebesar 50
dari pajak yang seharusnya terutang untuk wajib pajak. b.
Kondisi Wajib Pajak dengan Sebab-Sebab Tertentu Kondisi wajib pajak yang ada hubungannya dengan sebab-sebab
tetentu, yaitu: 1 Wajib pajak yang memperoleh hak atas tanah melalui
pembelian dari hasil ganti rugi pemerintah yang nilai ganti ruginya dibawah Nilai Jual Objek Pajak dalam jangka waktu 6
bulan sejak pembayaran ganti rugi.
30
2 Wajib pajak yang memperoleh hak atas tanah sebagai pengganti atas tanah yang dibebaskan oleh pemerintah untuk kepentingan
umum yang memerlukan persyaratan khusus. 3 Wajib pajak yang terkena dampak krisis ekonomi dan moneter
yang berdampak luas pada kehidupan perekonomian nasioal sehingga wajib pajak harus melakukan resturkturisasi usaha
atau utang usaha sesuai denagn kebijaksanaan pemerintah. 4 Wajib pajak yang melakukan Penggabungan Usaha merger
yang telah memperoleh keputusan persetujuan penggabungan usaha dari Direktur Jendral Pajak.
5 Wajib pajak yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan yang tidak berfungsi lagi seperti semula disebabkan bancana
alam atau sebab-sebab lainnya yang terjadi dalam jangka waktu paling lama 3 bulan sejak penandatanganan akta, seperti
kebakaran, banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan gunung meletus.
6 Wajib pajak orang pribadi Veteran, PNS, TNI, POLRI, pensiunan PNS, purnawirawan TNI, purnawirawan POLRI,
atau jandaduda PNS, TNI dan POLRI. Besarnya
pengurang akan
ditetapkan berdasarkan
pertimbangan yang wajar dan objektif sebesar 50 dari pajak yang seharusnya terutang wajib pajak. Sedangkan wajib pajak
yang terkena dampak krisis ekonomi dan moneter sehingga
31
harus melakukan rstrukturisasi usaha dan utang usaha, pengurangan yang diberikan sebesar 75 dari pajak yang
terutang Wajib Pajak. c. Tanah dan Bangunan Untuk Kepentingan Sosial
Tanah dan atau bangunan yang digunakan untuk kepentingan sosial mencari dan pendidikan yang semata-mata
tidak untuk mencari keuntungan. Maksudnya adalah
1 Tanah dan atau bangunan yang secara nyata tidak
digunakan utuk mencari keuntungan seperti panti jompo, panti asuhan, dan rumah yatim piatu.
2 Tanah dan atau bangunan yang secara nyata digunakan
untuk pendidikan. 3
Tanah dan atau banguanan yang digunakan untuk rumah sakit swasta Institusi Pelayanan Sosial Masyarakat,
besarnya pengurangan ditetapkan sebesar 50 dari pajak yang seharusnya terutang untuk Wajib Pajak.
B. Ketentuan Bagi Pejabat Yang termasuk dalam pengertian pejabat adalah:
a. Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT Notaris
b. Kepala Kantor Lelang Negara c.
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kotamadya.
32
Untuk pejabat-pejabat tersebut berlaku ketentuan-ketentuan sebagai berikut
a. PPATNotaris hanya dapat menandatangani akta pemindahan hak
atas tanah dan atau bangunan setelah wajib pajak menyerahkan bukti dan bangunan. Bagi pejabat yang melanggar ketentuan ini
dikenakan sanksi administrasi dan denda sebesar Rp 7.500.000,- untuk setiap pelanggaran.
b. Kepala Kantor Lelang Negara hanya dapat menandatangani risalah lelang perolehan hak atas tanah dan atau bangunan setelah
wajib pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Bagi
pejabat yang melanggar ketentuan ini dikenakan sanksi administrasi dan denda sebesar Rp 7.500.000,- untuk setiap
pelanggaran. c.
Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya hanya dapat melakukan pendaftaran hak atas tanah atau pendaftaran peralihan
hak atas tanah setelah wajib pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak. Bagi pejabat yang melanggar ketentuan ini
dikenakan sanksi menurut ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Penyerahan bukti pembayaran pajak
dilakukan dengan menyerahkan fotokopi pembayaran pajak Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas tanah dan Bangunan dan
menunujkan aslinya.
33
C. Sanksi a. Dalam jangka waktu 5 tahun sesudah terutangnya pajak, bilamana
berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterngan lain ternyata jumlah pajak yang terutang kurang bayar, maka kepala KP PBB
atas nama Direktur Jendral Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan BPHTB kurang bayar SKBKB, ditambah sanksi
administasi berupa bunga sebesar 2 sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung mulai saat terutangnya
pajak sampai dengan diterbitkannya SKBKB. b. Dalam jangka waktu 5 tahun sesudah terutang pajak, kepala KP
PBB atas nama Direktur Jendaral Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan SKBKBT apabila
ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang
setelah diterbitkan SKBKB. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKBKBT ditambah sanksi administarasi berupa
kenaikan sebesar 100 dari jumlah kekurangan pajak tersebut, kecuali wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan
tindakan pemeriksaaan.
34