Pengertian Pajak TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani, 2006:2 “Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan- peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”. Ciri-ciri yang melekat pada Definisi Pajak: 1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya. 2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. 3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah. 4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment. 2. Fungsi Pajak Terdapat 2 fungsi pajak, diantaranya: a. Fungsi Budgetair sumber keuangan negara Artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran rutin atau pengeluaran pembangunan. 12 b. Fungsi Regulerend mengatur Artinya pajak merupakan alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, juga dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan. 3. Hukum Pajak a. Hukum Pajak Material merupakan hukum yang membuat norma- norma yang menerangkan keadaan, perbuatan dan peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak, siapa yang dikenakan pajak, berapa besarnya pajak yang dikenakan. b. Hukum Pajak Formal memuat peraturan mengenai cara merealisasikan hukum pajak material menjadi suatu kenyataan. 4. Jenis Pajak Tiga macam pengelompokan pajak berdasarkan jenisnya: a. Menurut Golongannya Pajak Langsung merupakan pajak yang harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak boleh dilimpahkan atau dibebankan kepada pihak lain. Pajak Tidak Langsung merupakan pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan pada pihak ketiga. b. Menurut Sifatnya Pajak Subjektif adalah merupakan pajak yang pengenaannya didasarkan memperhatikan pada keadaan subjeknya. Pajak Objektif merupakan pajak yang pengenaannya memfokuskan pada objeknya 13 baik berupa benda, keadaan perbuatan atau peristiwa-peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak bagi wajib pajak tanpa memperhatikan subjeknya. c. Menurut Lembaga Pemungutannya Pajak Negara merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Pajak Daerah merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I maupun daerah tingkat II.

B. Konsep Dasar Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB

1. Pengertian Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan a. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan bangunan, yang selanjutnya disebut pajak. b. Perolehan hak atas tanah atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan. c. Hak atas tanah dan atau bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengolahan, beserta bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria, Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. 14 Pelaksanaan BPHTB melibatkan para pejabat terkait; antara lain: PPATNotaris, Badan Pertanahan Nasional BPN, Kantor Lelang BUPLN, KPPBB Dit Jen Pajak, dan Instansi terkait lainnya. 2. Dasar Hukum Dasar hukum Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah undang –undang Nomor 21 tahun 1997, yang berlaku mulai tanggal 1 januari 1998, Undang-undang ini menggantikan Organisasi Bea Balik Nama Staatsbald 1924 nomor 291, dan telah disempurnakan kembali menjadi UU No. 20 tahun 2007. Peraturan pelaksana izinnya yang mendukung realisasi Undang- Undang ini antara lain: a. Peraturan Pemerintah RI No. 113 Tahun 2000 tentang penentuan Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak BPHTB. b. Keputusan Menteri Keungan RI No.516KMK.042000 tentang Tata Cara Penentuan Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak NPOPTKP BPHTB. c. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 517KMK.042000 tentang Penunjukan Tempat dan Tata Cara Pembayaran BPHTB. d. Keputusan Direktorat Jendral Pajak No. KEP-21PJ.61997 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembayaran BPHTB dan Bentuk Serta Fungsi Surat Setoran BPHTB SSB. 15