Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 35

2. Batasan NJOP dan NPOP yang dikecualikan dari kewajiban pencantuman NPWP dalam SSB oleh Wajib Pajak Oramg Pribadi adalah sebesar kurang dari Rp 60.000.000,00 enam puluh juta rupiah. 3. Batasan PPh terutang yang dikecualikan dari kewajiban pencantuman NPWP dalam SSP oleh Wajib Pajak Orang Pribadi untuk pembayarn PPh atas pengalihan hak atas tanah danatau bangunan adalah sebesar kurang dari Rp 3.000.000,00 tiga juta rupiah. 4. Berkenaan dengan hal di atas, diminta agar saudara melaukan sosialisasi secara intensif kepada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak dimaksud, antara lain kepada masyarkat wajib pajak, Notaris PPAT, Badan Pertanahan Nasional, Bank Persepsi, Pemerintah Daerah dan instansi terkait lainnya. 5. Untuk Mendukung kelancaran pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 35 PJ2004 ini, agar saudara memberikan pelayanan pendaftaran NPWP kepada Wajib Pajak sebaik-baiknya dengan memperhatikan jangka waktu penyelesaiaan. Demikian untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Surat Edaran No SE-49PJ2004 . 52

G. Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan menjadi elemen dasar yang penting bagi pembentukan kehidupan sosial yang tertib aman dan teratur. Untuk meningkatkan kepatuhan sukarela menurut Silviani 2005:274-275, diperlukan rasa keadilan dan keterbukaan dalam menerapkan peraturan perpajakan, kesederhanaan berbagai peraturan dan prosedur perpajakan dan system pelayanan yang baik dan cepat terhadap wajib pajak. Silviani 2005:1-5 berpendapat bahwa yang mendorong wajib pajak memenuhi kewajiban perpajaknnya secara tepat waktu dan sukarela adalah karena adanya pengelolaan pajak yang efisien, agar suatu sistem perpajakan efektif, mayoritas wajib pajak harus patuh terhadapnya. Silviani menambahkan variabel kepatuhan terdiri dari beberapa aspek, yaitu aspek yuridis meliputi ketaatan terhadap prosedur administrasi perpajakan yang ada, aspek psikologis meliputi persepsi wajib pajak terhadap penyuluhan pelayanan dan pemeriksaan pajak, aspek sosiologis meliputi aspek sosial sistem perpajakan, yaitu kebijakan fiskal, kebijakan administrasi. Kepatuhan Wajib Pajak diartikan sebagai pemenuhan kewajiban pajak mulai dari menghitung, memungut, memotong, menyetorkan hingga melaporkan kewajiban pajak dengan memenuhi semua persyaratan administrasi perpajakan oleh wajib pajak sesuai peraturan perundang- undangan perpajakan yang berlaku. Adapun kepatuhan Wajib Pajak WP Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan diartikan sebagai Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak PKP yang terdaftar Pada Kantor Pelayanan Pajak KPP menghitung, menyetorkan, melaporkan serta melakukan validasi Surat 53 Setoran BPHTB SSB di Kantor Pelayanan Pajak, dengan memenuhi semua persyaratan administrasi perpajakan dalam melakukan validasi Surat Setoran BPHTB atau sifat patuh pada ketaatan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Tujuan utama dari instansi perpajakan adalah menciptakan suatu iklim kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak WP atau Pengusaha Kena Pajak PKP, dimana: 1. Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak paham dan berusaha untuk memahami UU pajak, 2. Melaksanakan syarat administrasi perpajaknnya. 3. Mengisi formulir pajak dengan cepat. 4. Menghitung pajak tepat pada waktunya. Intinya untuk mendorong timbulnya kepatuhan disiplin WP, maka harus diusahakan sedemikian rupa supaya WP dapat benar-benar memahami masalah perpajakan terutama berakitan dengan sistem self assessmen serta pelaksanaan administrasi perpajakannya.. Kepatuhan Materi BPHTB, meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Penyampain SSB yang disampaikan ke KP PBB oleh Wajib Pajak dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 hari sejak tanggal pemabayaran atau perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. b. Mencantumkan NPWP pada formulir Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.khususnya nilai tranksaksi yang diatas Rp 60.000.000,00 54