2. Batasan NJOP dan NPOP yang dikecualikan dari kewajiban pencantuman
NPWP dalam SSB oleh Wajib Pajak Oramg Pribadi adalah sebesar kurang dari Rp 60.000.000,00 enam puluh juta rupiah.
3. Batasan PPh terutang yang dikecualikan dari kewajiban pencantuman
NPWP dalam SSP oleh Wajib Pajak Orang Pribadi untuk pembayarn PPh atas pengalihan hak atas tanah danatau bangunan adalah sebesar kurang
dari Rp 3.000.000,00 tiga juta rupiah. 4.
Berkenaan dengan hal di atas, diminta agar saudara melaukan sosialisasi secara intensif kepada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak dimaksud, antara lain kepada masyarkat wajib pajak, Notaris PPAT, Badan Pertanahan Nasional, Bank Persepsi,
Pemerintah Daerah dan instansi terkait lainnya. 5.
Untuk Mendukung kelancaran pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 35 PJ2004 ini, agar saudara memberikan pelayanan
pendaftaran NPWP kepada Wajib Pajak sebaik-baiknya dengan memperhatikan jangka waktu penyelesaiaan.
Demikian untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Surat Edaran No SE-49PJ2004
.
52
G. Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan menjadi elemen dasar yang penting bagi pembentukan kehidupan sosial yang tertib aman dan teratur. Untuk meningkatkan kepatuhan
sukarela menurut Silviani 2005:274-275, diperlukan rasa keadilan dan keterbukaan dalam menerapkan peraturan perpajakan, kesederhanaan berbagai
peraturan dan prosedur perpajakan dan system pelayanan yang baik dan cepat terhadap wajib pajak. Silviani 2005:1-5 berpendapat bahwa yang mendorong
wajib pajak memenuhi kewajiban perpajaknnya secara tepat waktu dan sukarela adalah karena adanya pengelolaan pajak yang efisien, agar suatu
sistem perpajakan efektif, mayoritas wajib pajak harus patuh terhadapnya. Silviani menambahkan variabel kepatuhan terdiri dari beberapa aspek, yaitu
aspek yuridis meliputi ketaatan terhadap prosedur administrasi perpajakan yang ada, aspek psikologis meliputi persepsi wajib pajak terhadap penyuluhan
pelayanan dan pemeriksaan pajak, aspek sosiologis meliputi aspek sosial sistem perpajakan, yaitu kebijakan fiskal, kebijakan administrasi.
Kepatuhan Wajib Pajak diartikan sebagai pemenuhan kewajiban pajak mulai dari menghitung, memungut, memotong, menyetorkan hingga
melaporkan kewajiban pajak dengan memenuhi semua persyaratan administrasi perpajakan oleh wajib pajak sesuai peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku. Adapun kepatuhan Wajib Pajak WP Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan diartikan sebagai Wajib Pajak atau
Pengusaha Kena Pajak PKP yang terdaftar Pada Kantor Pelayanan Pajak KPP menghitung, menyetorkan, melaporkan serta melakukan validasi Surat
53
Setoran BPHTB SSB di Kantor Pelayanan Pajak, dengan memenuhi semua persyaratan administrasi perpajakan dalam melakukan validasi Surat Setoran
BPHTB atau sifat patuh pada ketaatan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.
Tujuan utama dari instansi perpajakan adalah menciptakan suatu iklim kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak WP atau Pengusaha Kena Pajak
PKP, dimana: 1.
Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak paham dan berusaha untuk memahami UU pajak,
2. Melaksanakan syarat administrasi perpajaknnya.
3. Mengisi formulir pajak dengan cepat. 4. Menghitung pajak tepat pada waktunya.
Intinya untuk mendorong timbulnya kepatuhan disiplin WP, maka harus diusahakan sedemikian rupa supaya WP dapat benar-benar memahami
masalah perpajakan terutama berakitan dengan sistem self assessmen serta pelaksanaan administrasi perpajakannya..
Kepatuhan Materi BPHTB, meliputi hal-hal sebagai berikut: a.
Penyampain SSB yang disampaikan ke KP PBB oleh Wajib Pajak dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 hari sejak tanggal
pemabayaran atau perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. b.
Mencantumkan NPWP pada formulir Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.khususnya nilai tranksaksi yang
diatas Rp 60.000.000,00
54