- Kegagalan Peralatan : Kegagalan peralatan atau breakdown mesin yang tiba-
tiba dan yang tidak diharapkan, merupakan penyebab nyata dari loss, karena berarti bahwa mesin tidak memproduksi output apa-apa.
- Persiapan Peralatan : Kebanyakan pergantian mesin membutuhkan beberapa
periode waktu untuk mematikan mesin sehingga peralatan-peralatan di dalamnya dapat diganti. Waktu antara produksi produk jadi terakhir dan produksi terakhir
produk jadi berikutnya merupakan downtime. Downtime ini sering mencakup waktu yang dihabiskan untuk membuat penyesuaian sampai mesin memberikan
produk baru yang kualitasnya dapat diterima.
b. Speed losses : berarti bahwa peralatan sedang beroperasi, tetapi mesin itu tidak
beroperasi dengan kecepatan maksimumnya yang direncanakan. Speed loss terdiri dari 2 kerugian utama : penghentian kecil dan menganggur, dan kecepatan operasi
yang berkurang.
- Penghentian Kecil dan Menganggur : Ketika sebuah mesin tidak beroperasi
dengan lancar dan pada kecepatan yang stabil, mesin itu akan kehilangan kecepatan dan menghambat lancarnya aliran operasinya. Penundaan dan
penghentian kecil initidak disebabkan oleh kegagalan teknis, tetapi oleh masalah- masalah kecil seperti part yang terkena sensor. Walaupun operator dapat dengan
mudah memperbaiki masalah tersbut ketika terjadi, frekuensi terjadi tersebut secara dramatis dapat mengurangi efektivitas peralatan.
- Kecepatan Operasi Berkurang : Kecepatan operasi yang berkurang berarti
selisih waktu antara kecepatan actual operasi dan kecepatan peralatan yang dirancang. Hal yang Sering terjadi adalah perbedaan persepsi orang tentang apa
Universitas Sumatera Utara
yang disebut dengan kecepatan maksimum dan kecepatan maksimum actual yang dirancang. Kerugian yang ditimbulkan dari kecepatan operasi yang berkurang
sering terabaikan dan tidak diperkirakan.
c. Defect losses : berarti bahwa peralatan menghasilkan produk yang tidak
memenuhi karakteristik kualitas yang diharapkan. Defect loss terdiari dari 2 tipe utama loss, yaitu kerugian karena scrap dan pengerjaan ulang, dan kerugian
startup.
- Screp dan Pengerjaan Ulang : Kerugian terjadi ketika produk tidak memenuhi
spesifikasi kualitas, walaupun produk-produk tersebut dapat dikerjakan ulang. Tujuan yang harus dicapai adalah zero defect nol cacat – membuat produk
dengan benar pada saat pertama dan setiap saat. Pemahaman terhadap jenis kerugian peralatan ini diperlukan agar hasil
yang diperoleh seoptimal mungkin menggambarkan situasi yang sesungguhnya, serta tidak terdapat hal penting yang terlupakan. Dengan mengetahui dan
memahamim kerugian peralatanmesin tersebut, maka data yang diperlukan untuk pengukuran nilai OEE mudah didapatkan.
- Kerugian Startup : Startup loss terjadi ketika produksi tidak stabil dengan cepat
pada saat peralatan di start up, sehingga produk pertama tidak memenuhi spesifikasi. Kerugian jenis ini merupakan kerugian laten, karena sering diterima,
padahal dapat memberikan kejutan yang cukup besar. OEE merupakan ukuran menyeluruh yang mengidentifikasikan tingkat
produktivitas mesinperalatan dan kinerjanya secara teori. Pengukuran ini sangat penting untuk mengetahui area mana yang perlu untuk ditingkatkan produktivitas
ataupun efisiensi mesinperalatan dan juga dapat menunjukkan area bottleneck yang terdapat pada lintasan poduksi. OEE juga merupakan alat ukur untuk
Universitas Sumatera Utara
mengevaluasi dan memperbaiki cara yang tepat untuk mejamin penigkatan produktivitas penggunaan mesinperalatan
Formula matematis
dari overall equipment effectiveness OEE
dirumuskan sebagai berikut : OEE = Availability x Performance efficiency x Rate of quality product x 100
Kondisi operasi mesinperalatan produksi tidak akan akurat ditunjukkan jika hanya didasari oleh perhitungan satu faktor saja, misalnya performance
efficiency saja. Dari enam pada six big losses baru minor stoppages saja yang dihitung pada performance efficiency mesinperalatan. Keenam faktor dala six big
losses harus diikutkan dalam perhitungan OEE, kemudian kondisi aktual dari mesinperalatan dapat dilihat secara akurat.
1. Availability Availability merupakan rasio operation time terdapat waktu loading time-
nya. Sehingga dapat menghitung availability mesin dibutuhkan nilai dari : a. Operation time
b. Loading time c. Downtime
Nilai availability dihitung dengan rumus sebagai berikut :
100 x
time loading
time operation
ty Availabili
100 time
loading down time
- time
ty Availabili
x loading
Loading time adalah waktu yang tersedia availability per hari atau per
bulan dikurang dengan waktu downtime mesin direncanakan planned downtime Loading time = Total availability – Planned downtime
Planned downtime adalah jumlah waktu downtime mesin untuk pemeliharaan scheduled maintenance atau kegiatan manajemen lainnya.
Operation time merupakan hasil pengurangan loading time dengan waktu downtime mesin non-operation time, dengan kata lain operation time adalah
waktu operasi tesedia availability time setelah waktu downtime mesin keluarkan dari total availability time yang direncanakan. Downtime mesin adalah waktu
proses yang seharusnya digunakan mesin aka tetapi karena adanya gangguan pada mesinperalatan aqupment failures mengakibatkan tidak ada output yang
dihasilkan. Downtime meliputi mesin berhenti beroperasi akibat kerusakan mesinperalatan, penggantian cetakan dies, pelaksanaan prosedur setup dan
adjesment dan lain-lainnya.
Universitas Sumatera Utara
2. Performance Efficiency Performance afficiency merupakan hasil perkalian dari operation speed
rate dan net operation rate, atau rasio kuantitas produk yang dihasilkan dikalikan dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia yang melakuakn
proses produksi operation time.
Operation speed rate merupakan perbandingan antara kecepatan ideal mesin berdasarkan kapasitas mesin sebenarnya theoreticalideal cycle time
dengan kecepatan aktual mesin actual cycle time. Persamaan matematiknya ditunjukkan sebagai berikut :
time cycle
actual time
cycle ideal
rate speed
Operation
time operation
time processing
actual rate
operation Net
Net operation rate merupakan perbandingan antara jumlah produk yang
diproses processes amount dikali actual cycle time dengan operation time. Net operation time berguna untuk menghitung rugi-rugi yang diakibatkan oleh minor
stoppages dan menurunnya kecepatan produksi reduced speed
Tiga faktor penting yang dibutuhkan untuk menghitung performance efficiency : 1. ideal cycle waktu siklus idealwaktu standar
2. Processed amount jumlah produk yang diproses 3. Operation time waktu operasi mesin
Perfomance efficiency dapat dihitung sebagai berikut :
time cycle
actual time
cycle ideal
x time
operating time
cycle actual
x amount
processed rate
speed operating
x operating
net efficiency
e Performanc
100 x
time operation
time cycle
ideal amount x
processed efficiency
e
Performanc
3. Rate of quality product Rate of quality product adalah rasio jumlah produk yang lebih baik
terhadap jumlah total produk yang diproses. Jadi rate of quality product adalah hasil perhitungan dengan menggunakan dua faktor berikut :
a. Processed amount jumlah produk yang diproses b. Defect amount jumlah produk yang cacat
Universitas Sumatera Utara
Data Kerugian
Kinerja Kinerja
Keseluruhan
Total Waktu Kerja
Availability Ratio
Unschedule break
Waktu Operasi Schedule Break
Waktu Siklus
Total Produk Menunggu
Material Waktu Setup
Penangan Scrap
Produk Reject Equipment
failure Setup
Adjusment
Speed losses
Idle Minor Stoppages
Quality losses Performance
Ratio
Quality Ratio OEE=
Availability x Performance x
Quality
Rate of quality product dapat dihitung sebagai berikut : 100
x amount
processed amount
defect -
amount processed
products quality
of Rate
Perhitungan nilai OEE tersebut dapat digambarkan melalui skema dibawah
ini:
Gambar 3.2. Alur Pengukuran Nilai OEE
3.7. Diagram Sebab Akibat Cause and Effect Diagram