Stasiun Pemurnian Perhitungan Tingkat Efektifitas Mesin Cane Mill Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness Sebagai Dasar Usulan Penerapan Total Productive Maintenance Pada Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II.

c. Stasiun Pemurnian

Tujuan proses stasiun pemurnian dalah untuk menghilangkan kotoran unsure bukan gula dalam nira tanpa merusak kadar gulanya. Banyak proses yang dilakukan dalam proses pemurnian dari proses secara kimia yaitu dengan memberikan bahan kimia yang kemudian bereaksi dengan kotoran membentuk endapan, proses secara fisika dengan menggunakan pemanasan, pengandapan, pengapungan dan penyaringan, serta proses kimia fisika yaituengan mengubah sifat fisis suatu komponen sehinhgga mudah dipisahkan. Pelaksanaan prose pemurnian harus dilakukan tanpa mengabaikan waktu, suhu, pH. Pada prose pemurnian diperlukan 4 bahan penolong yaitu, susu kapur, gas sulfit, phospat dan talosep A6XL. Dengan tahapan sebagai berikut : 1. Penyaringan I Nira mentah dari tangki nira mentah dialirkan melalui pipa kesaringan DSM. Kemudian dialirkan ke timbangan “Maxwell Boulogne” yang menimbang nira mentah secara otomatis. 2. Pemanasan I Juice Heater I Nira mentah ditimbang dialirkan kepemanasan I, dan dipanaskan sampai ketemperatur 75 C dengan mengalirkan steam. Pemanasan ini dilakukan dengan waktu sesingkat mungkin untuk mencegah gula terpecah menjadi unsur yang lebih sederhana. 3. Defekasi defecation Tujuan prose defikasi adalah untuk membersihkan kompone-komponen bukan gula dan meningkatkan harkat kemurnian HK. Bahan yang Universitas Sumatera Utara dipakai pada prose ini adalah susu kapur dengan pH 9.0 – 9.5. pemakaian susu dalam prose defikasi ini belum dapat digantikan dengan bahan lain tapi tidak bisa ditingggalkan. 4. Sulfitasi nira mentah Nira yang telah terkapur masuk kedalam tangki sulfitasi.dalam proses ini terjadi penurunan pH nira menjadi 7.0 – 7.2. Sulfitasi ini dilakukan pada suhu 70 - 75 C. penambahan SO tidak boleh berlebihan karena akan menyebabkan penurunan pH menjadi terlalu rendahdan terbentuknya senyawa Calsium Hidrosulfida CaHSO  yang larut dalam nira. 5. Netralisasi Neutralizing Nira nentah tersulfitasi mengalir ketangki netralisasi . kemudian ditambahkan lagi susu kapur sehingga pH netral berkisar antara 7.0 – 7.2. 6. Pemanasan II Juice heater II Nira yang telah dinetralkan pHnya kemudian dialirkan ketangki pemanasan II, disini nira dipanaskan dengan steam pada temperature yang lebih panas daripada pemanasan I yaitu 105 C. dimana temperature ini adalah suhu yang mempunyai isoelektris yaitu yang dapat mengumpulkan zat-zat tertentu, membunuh bakteri-bakteri dalam nira dan menurunkan kepekatan viscositas sehingga kotoran lebih mudah mengendap. 7. Pengeluaran gas dan pengendapan Universitas Sumatera Utara Sebelum dilakukannya pengendapan gas-gas yang terdapat dalam nira harus dibebaskan kedalam tangki pengembangan flash tank agar tidak mengganggu proses pengandapan. Dari flash tank nira dialirkan ke tangki pengendapan compatrement door clarifier yang berfungsi untuk mengendapkan kotoran hasil pemurnian dengan menambahkan flokulat Tolasep A6XL, yang berfungsi mempercepat pengendapan kotoran dalam nira. Pada tangki ini terdapat proses pemisahan nira jernih atau nira encer dari nira kotor. Nira jernih dialirkan secara over flow sedangkan nira kotor keluar melalui bagian bawah di pompakan ke tangki nira kotor. pada nira kotor terjadi perlakuan penyaringan, sedangkan nira jernih diteruskan ke prose pengentalan. 8. Penyaringan II Nira encer disaring dengan saringan DSM dan dialirkan kestasiun penguapan evaporator. Nira jernih secara over flow keluar dari door clarifier, sedangkan nira kotor dipompakan keluar dan ditampung kedalam sebuah bak dan kemudian diteruskan ke mud feed mixer. Pada mud feed mixer ini nira kotor dicampurkan dengan ampas halus dari gilingan V. ampas tebu berguna sebagai media filtrasi agar nira kotor tersaring. Setelah tercampurnya ampas tebu dengan nira kotor kemudian diteruskan ke vacuum filtersaringan hampa. Di vacuum filter inilah nira kotor akan ter saring untuk memperoleh filtrate sebanyak-banyaknya. Vacuum filter ini prisip perbedaaan tekanan pada dua tempat dipisahkan olh media Universitas Sumatera Utara penyaringan. Dengan dua bua drum yang berputar dan permukaan yang berlubang dengan kecepatan berputar 0.15 – 0.35 rpm nira ditarik melalui media penyaringan dengan tekanan hampa antara 35 – 45 cm Hg, yang akan meninggalkan kotoran berwarna coklat blotong yang melekat pada permukaan drum. Untuk pencucian ,blotong disiprot dengan air, lalu engan scraper dilepas dari permukaan saringan, melalui conveyer dibawah kabin blotong dan dimasukkan kedalam truk untuk ditimbang dan dibuang keluar pabrik. Blotong ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Filtrat hasil saringan tadi kemuian dipompakan ketangki nira tertimbang untuk proses ulang.

d. Stasiun Penguapan Evapurator Station

Dokumen yang terkait

Peningkatan Efektifitas Mesin Blowing Berdasarkan Evaluasi Overall Equipment Effectiveness dan FMEA pada Industri Manufaktur Plastik

13 124 92

Integrasi Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis untuk Meningkatkan Efektivitas Mesin Hammer Mill di PT. Salix Bintama Prima

12 167 136

Penerapan Total Productive Maintenance Pada Pembangkit Listriktenaga Gas Gt 2.1 Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness

29 159 132

Pengukuran Nilai Overall Equipment Effectiviness (OEE) Sebagai Dasar Implementasi Total Productive Maintenance (TPM) (Studi Kasus di PT INALUM Batu Bara Sumatera Utara)

11 110 156

Identifikasi Kesesuaian Lahan Tebu di PT.Perkebunan Nusantara II Kebun Helvetia.

1 38 78

Study Peningkatan Overall Equipment Effectiveness Melalui Penerapan Total Productive Maintenance Di PTPN IV PKS Pasir Mandoge

19 90 160

Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika

6 57 150

Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para

2 46 124

Analisa Total Productive Maintenance Pada Mesin Thermoforming Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) di PT. Tirta Sibayakindo (TSI)

10 85 86

Penerapan Overall Equipment Effectiveness (Oee) Dalam Implementasi Total Productive Maintenance (TPM) (Studi Kasus di Pabrik Gula PT. “Y”.)

1 2 7