Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika

(1)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

USULAN PERBAIKAN EFEKTIVITAS MESIN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT

EFECTIVENESS SEBAGAI DASAR PENERAPAN

TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE

DI PT. WIKA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat KARYA AKHIR

Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh

CUT LISNA WATI 035204035

PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK

P R O G R A M D I P L O M A I V

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

USULAN PERBAIKAN EFEKTIVITAS MESIN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT

EFECTIVENESS SEBAGAI DASAR PENERAPAN

TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE

DI PT. WIKA

KARYA AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh:

CUT LISNA WATI 035204035

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Ir. Kores Sinaga) (Ir. Ukurta Tarigan, MT)

PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK

P R O G R A M D I P L O M A I V

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.


(4)

(5)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada ALLAH SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir ini dengan baik.

Karya Akhir ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan Akademis yang harus diselesaikan setiap mahasiswa Jurusan Teknik Industri (Program Studi Teknik Manajemen Pabrik) Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Karya Akhir ini berjudul “Usulan Perbaikan Effektivitas Mesin Dengan

Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. WIKA”.

Dalam menyelesaikan Karya Akhir ini Penulis Menyadari bahwa terdapat kekurangan-kekurangan, baik dalam penulisan maupun dalam penyusunan kalimat, untuk itu dengan kerendahan hati Penulis menerima saran dan kritikan untuk lebih sempurnanya Karya Akhir ini.

Akhir kata, Penulis mengharapkan semoga Karya Akhir ini berguna bagi pembaca sekalian. Semoga Allah SWT selalu menyertai kita semua. Terima kasih.

Medan, Juli 2009 Penulis


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan Karya Akhir ini Penulis banyak mendapatkan dorongan dan bantuan baik materil maupun moril dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bantuan antara lain:

1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri yang membantu mahasiswanya untuk menyelesaikan studinya.

2. Bapak Ir. Kores Sinaga selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bantuan bimbingan dari awal sampai akhir penelitian dalam penulisan Karya Akhir ini.

3. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bantuan bimbingan dari awal sampai akhir penelitian dalam penulisan Karya Akhir ini.

4. Bapak Eko Nurmawan, MW. ST. serta seluruh Tim A,B,C,dan Tim D sebagai pembimbing lapangan selama melakukan Riset di PT. WIKA

5. Orang Tua tercinta, Ayahanda H.T. Abdullah dan Ibunda Hj. Cut Nuraini yang telah memberi kasih sayang, doa dan dukungan yang tidak terhingga baik moril maupun material serta kakak dan adik penulis yang terus memberikan dan menjadi sumber motivasi dalam menyelesaikan laporan ini.

6. Muksin Abdullah, yang telah memberikan bantuan berupa dukungan, doa, nasehat dan materi dalam menyelesaikan Karya Akhir ini.


(7)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-iv

8. Teman-teman stambuk 2003 yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan Karya Akhir ini.

Semoga dengan dibuatnya Karya Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf yang sebesarnya jika ada kesalahan maupun kekurangan dalam penulisan Karya Akhir ini. Semoga Karya Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2009


(8)

DAFTAR ISI

BAB

HALAMAN

KATA PENGANTAR ... ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iii

DAFTAR ISI ... ... iv

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN……….

xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... .I-1 1.2 Pokok Permasalahan………... I-4 1.3. Tujuan Penelitian ... .I-4 1.3.1. Tujuan Umum….………...I-4 1.3.2. Tujuan Khusus………I-4 1.4. Pembatasan Masalah ... .I-5 1.5. Asumsi-asumsi yang Digunakan ... .I-5

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


(9)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-vi

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-3 2.2.1. Lokasi Perusahaan………II-5 2.2.2. Daerah Pemasaran………II-5 2.3. Organisasi dan Manajemen Perusahaan……….II-7 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan………..II-7 2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab………II-10 2.3.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja………..II-10 2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya………..II-14 2.4. Proses Produksi………..II-17 2.4.1. Standar Mutu Produk………..II-17 2.4.2. Bahan yang Digunakan……….. II-18 2.4.2.1. Bahan Baku………II-18 2.4.2.2. Bahan Tambahan………II-20 2.4.2.3 Bahan Penolong.……….II-20 2.4.3. Uraian Proses Produksi………II-21 2.5. Mesin dan Peralatan………...II-31 2.5.1. Mesin Produksi dan Peralatan………..II-31 2.5.2. Utilitas………..II-31


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.5.3. Safety & File Protection………..II-33 2.5.4. Waste Treatment………..II-35

BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Efektivitas Mesin ... III-1 3.2. Defenisi Maintenance……….III-2 3.3. Tujuan Maintenance………III-4 3.4. Jenis-jenis Maintenance………..III-5

3.4.1. Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana) ... III-5 3.4.2. Unplanned Maintenance

(Pemeliharaan Tak Terencana) ... III-7 3.4.3. Autonomous Maintenance (Pemeliharan Mandiri) ... III-8 3.5. Tugas dan Pelaksanaan Kegiatan Maintenance……….III-9 3.6. Total Productive Maintenance (TPM)………..III-11

3.6.1.Pendahuluan………..……….……….III-11 3.6.2. Pengertian Total Productive Maintenance (TPM)………...III-12 3.6.3. Manfaat dari Total Productive Maintenance (TPM) …... III-13 3.7. Analisa Produktivitas : Six Big Losses (Enam Kerugian Besar)....III-14 3.8. OEE (Overall Equipment Efectiveness)………...…III-15 3.9. Perencanan dan Penetapan Total Productive


(11)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-viii

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.10. Diagram Sebab Akibat (Cause and effect Diagram)…………..III-22 3.12. Mesin Mixer Batching Plant………...………….III-23

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Studi Pendahuluan ... IV-1 4.2. Pemecahan Masalah dan Penelitian……… IV-1

4.2.1. Studi Pustaka ... IV-2 4.2.2.Studi Orientasi ... IV-2 4.3. Pengumpulan Data... IV-2 4.4. Pengolahan Data... IV-3

4.5. Analisa Pemecahan Masalah... IV-4 4.6. Kesimpulan dan Saran...IV-4

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data... V-1 5.2. Pengolahan Data ... V-6 5.2.1. Penentuan Ideal Cyle Time (ICT)……… V-6 5.2.2. Perhitungan Availability………. V-7 5.2.2.1. Loading time………. V-7 5.2.2.2. Down Time……… V-8 5.2.2.3. Operation Time………. V-9


(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.2.4. Nilai Availability……….. V-9 5.2.3. Perhitungan Performance Efficiency…………... V-10 5.2.4. Perhitungan Rate of Quality Producty……… V-11 5.2.5. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)…. V-12 5.2.6. Perhitungan OEE Six Big Losses………. V-13 5.2.6.1. Downtime losses………... V-13 5.2.6.2. Speed Loss……….... V-16 5.2.6.3. Defect Loss………V-18 5.2.7. Pengaruh Six Big Losses………..V-20

BAB VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisa Perhitungan Overall Equipment Efectivenes (OEE) ... VI-1 6.2. Analisa Perhitungan OEE Six BigLosses ... VI-1 6.3. Analisa Diagram Sebab Akibat ... VI-3 6.4. Usulan Penyelesaian Masalah ... VI-5 6.4.1. Usuan Penyelesaian Masalah Six Big Losses ... VI-5 6.4.2. Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) ... VI-7

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2


(13)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-x

DAFTAR TABEL

TABEL

HALAMAN

1.1. Frekuensi Mesin Akibat Perbaikan ……… I-2 2.1. Komposisi Karyawan ...……….. . II-11 2.2. Bagian Shift... II-13 2.3. Bahan Baku Material Alam……….. II-17 2.4. Bahan Baku Material Industri……… II-18 2.5. Bahan Tambahan Additive………. II-18 5.1. Data Waktu Kerusakan (Breakdown) Mesin Batching Plant……… V-2 5.2. Data Waktu Pemeliharaan Mesin Mixer Batching Plant……… V-3 5.3. Data Waktu Setup Mesin Mixer Batching Plant………. V-4 5.4. Data Produksi Mesin Mixer Batching Plant………. V-5 5.5. Data Available Time Bulan November 2008-April 2009………. V-5 5.6. Data Speed Rate Time Bulan November 2008-April 2009……….. V-6 5.7. Ideal Cycle Time di Mesin Mixer Batching Plant……… V-7 5.8. Loading Time Setiap Bulan Mesin Mixer Batching Plani……….. V-8 5.9. Downtime Setiap Bulan Mesin Mixer Batching Plani……… V-8 5.10. Operation Time Setiap Bulan pada Mesin Mixer Batching Plant……….. V-9 5.11. Availability Mesin Mixer Batching Plant Periode


(14)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL

HALAMAN

5.12. Performance Efficiency Mesin Mixer Batching Plant Periode

November2008-April 2009……….V-11 5.13. Performance Efficiency Mesin Mixer Batching Plant Periode

November2008-April 2009……… V-12 5.14. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)……….. V-13 5.15. Breakdown Loss pada Mesin Mixer Batching Plant Periode

November2008-April 2009……… V-14 5.16. Setup and Adjustment Losess di Mesin Mixer Batching Plant…………V-16 5.17. Idling and Minor Stoppages di Mesin Mixer Batching Plant…………. V-17 5.18. Reduced Speed Losess di Mesin Mixer Batching Plant……….………. V-18 5.19. Rework Loss di Mesin Mixer Batching Plant……….……… V-19 5.20. Yield/Scrap Loss Mesin Mixer Batching Plant Periode

November2008-April 2009………..…………..……… V-20 5.21. Persentase Faktor Six Big Losses Paper Machine………. V-21 5.22. Pengurutan Persentase Faktor Six Big Losses Mesin Mixer Batching Plant

Periode November2008-April 2009……… V-22 6.1. Persentase Faktor six Big Losses Mesin Mixer Batching Plant


(15)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-xii

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL

HALAMAN

6.2. Usulan Penyelesaian Masalah Set Up/Adjusment Loss……… VI-6 6.3. Usulan Penyelesaian Masalah Idling and Minor Stoppages……… VI-7


(16)

DAFTAR GAMBAR

TABEL

HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Wika Beton……… II-9 2.2. Proses Produksi Tiang pancang……… II-30 3.1. Overall Equipment Effectiveness and Goals……… III-16 3.2. Diagram sebab Akibat………. III-23 4.1. Blok Diagram Langkah-langkah Penelitian………. IV-5 4.2. Blok Diagram Perhitungan Overall Equipment Effectiveness…………. IV-6 5.1. Histogram Persentase Faktor Six Big Losses paper Machine

Periode November2008-April 2009……… V-21 5.2. Diagram Pareto Persentase Faktor Six Big Losses Mesin Mixer Batching Plant Periode November2008-April 2009……… V-23 6.1. Histogram Persentase Faktor Six Big Losses

Periode November2008-April 2009………VI-2 6.2. Proses Reduced Speed Losses……….………VI-10 6.3. Proses Setup And Adjustment Lossess……… VI-11


(17)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-xiv

ABSTRAK

PT. WIKA merupakan suatu badan usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha konstruksi, realiti perdagangan dan industri yang juga tidak terlepas dari masalah yang berkaitan dengan efektifitas mesin/peralatan yang diakibatkan oleh six big losses tersebut. Hal ini dapat terlihat dengan frekuensi kerusakan yang terjadi pada mesin/peralatan karena kerusakan tersebut target produksi tidak tercapai. Oleh karena itulah diperlukan langkah-langkah yang efektif dan efisien dalam pemeliharaan mesin/peralatan untuk dapat menanggulangi dan mencegah masalah tersebut.

Fungsi mesin/peralatan yang digunakan dalam proses produksi akan mengalami kerusakan sejalan dengan semakin bertambahnya usia mesin dan penurunan kemampuan mesin dan peralatan tersebut, meskipun dengan demikian umur pemakaian dan kegunaan dari mesin tersebut dapat diperpanjang dengan penerapan metode perbaikan secara berkala melalui suatu aktifitas pemeliharaan (maintenance) yang tepat. Total Productive Maintenance (TPM) adalah salah satu metode yang dikembangkan di Jepang yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi produksi perusahaan dengan menggunakan mesin/peralatan secara efektif. Dalam penelitian ini objek yang diteliti adalah mesin Mixer Batching Plan

Tahapan pertama dalam usaha peningkatan efisiensi produksi pada perusahaan ini adalah dengan melakukan pengukuran efektifitas mesin Mixer Batching Plan dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectifitas (OEE) yang kemudian dilanjutkan dengan pengukuran OEE six big losses dan dari faktor six big losses tersebut dicari faktor terbesar yang mengakibatkan rendahnya efisiensi. Data yang digunakan adalah data enam bulan terakhir, yaitu mulai bulan November 2008-April 2009. Hasil perhitungan menunjukan bahwa terjadi fluktuasi nilai OEE tiap bulannya. Nilai OEE terendah terjadi pada Februari 2009, yaitu sebesar 69,25% dan OEE terbesar terjadi pada bulan Januari 2009 sebesar 87,97%.


(18)

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Terhentinya suatu proses di lantai produksi sering kali disebabkan adanya masalah dalam mesin/peralatan produksi tersebut, misalnya kerusakan mesin yang tidak terdeteksi selama proses produksi berlangsung, mesin dapat berhenti secara tiba-tiba, menurunnya kecepatan produksi mesin, lamanya waktu set-up dan adjustment (penyesuaian). Sehingga mesin menghasilkan produk yang cacat.

Penggunaan mesin dan peralatan produksi yang efektif akan menentukan

mutu produk. Dengan demikian dibutuhkan pemeliharaan terhadap

mesin/peralatan dari kondisi kerusakan (breakdown) dengan suatu sistem perawatan atau pemeliharaan yang baik dan tepat sehingga dapat mengurangi kerugian akibat mesin/peralatan. Hal ini akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan, sehingga kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan mesin dapat dihindarkan.

Pemeliharaan dan penanganan mesin/peralatan yang tidak tepat tidak saja dapat menyebabkan masalah kerusakan mesin/peralatan saja, tetapi juga dapat berakibat pada timbulnya kerugian-kerugian lain seperti waktu set-up dan adjustment (penyesuaian) yang lama, menurunnya kecepatan produksi mesin, mesin menghasilkan produk cacat atau produk yang harus dikerjakan ulang. Hal ini tentunya merugikan pihak perusahaan karena dapat menurunkan tingkat


(19)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-2

produktivitas dan efesiensi mesin/peralatan yang akan mengakibatkan biaya yang harus dikeluarkan cukup besar.

PT. WIJAYA KARYA BETON PPB SUMUT (WIKA) merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi beton yang juga tidak terlepas dari masalah yang berkaitan dengan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan. Hal ini dapat terlihat dengan frekuensi kerusakan yang terjadi pada mesin/peralatan karena kerusakan tersebut target produksi tidak tercapai. Akibat lain yang ditimbulkan kerusakan mesin/peralatan yaitu dalam hal kualitas produk yang dihasilkan dimana produk yang tidak sesuai dengan standar kualitas akan diolah kembali. Oleh karena itulah diperlukan langkah-langkah yang efektif dan efisien dalam pemeliharaan mesin/peralatan untuk dapat menanggulangi dan mencegah masalah tersebut.

Masalah Produktivitas dan Efisiensi mesi/peralatan yang dialami PT. WIKA BETON disebabkan oleh pendeknya umur komponen mesin/peralatan sehingga mesin/peralatan memiliki frekuensi pergantian maupun perbaikan komponen yang tinggi dan juga memiliki peluang untuk mengalami kerusakan hal ini dapat di lihat pada table 1.1. yang menunjukkan Frekuensi mesin tidak beroperasi akibat perbaikan.

Tabel 1.1. Frekuensi Mesin Berhenti Akibat Perbaikan Bulan Waktu Tidak Beroperasi Mesin

(Jam)

November 1,91

Desember 6,36


(20)

Tabel 1.1. Frekuensi Mesin Berhenti Akibat Perbaikan Bulan Waktu Tidak Beroperasi Mesin

(Jam)

Febuari 2,87

Maret 6,52

April 3,66

Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan langkah-langkah yang tepat dalam pemeliharaan mesin/peralatan, salah satunya dengan melakukan penerapan Total Productive Maintenance (TPM). Total productive maintenance (TPM) bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahan manufaktur secara menyeluruh dengan menggunakan overall equipment effectiveness (OEE) sebagai alat yang digunakan untuk mengukur dan mengetahui kinerja mesin/peralatan.

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian faktor-faktor yang menentukan kebutuhan penerapan total productive maintenance dengan kondisi perusahaan dan melihat faktor mana dari kerugian yang dialami perusahaan tersebut yang dominan mempengaruhi terjadinya penurunan efektivitas mesin/peralatan. Dengan demikian penulisan ini akan memberikan usulan perbaikan efektivitas mesin/peralatan pada perusahaan melalui penerapan total productive maintenance.


(21)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-4

1.2. Pokok Permasalahan

Setelah melakukan penelitian pendahuluan maka pokok permasalahan yang diambil adalah pengidentifikasian terhadap faktor-faktor kerugian yang dominan yang diakibatkan oleh tingginya pergantian dan perbaikan mesin tersebut dan melakukan analisa terhadap penyebab besarnya kontribusi faktor-faktor tersebut serta memberikan usulan penyelesaian masalah sebagai langkah awal untuk menerapkan Total Productive Maintenance pada PT. WIKA BETON, dengan menggunakan metode (Overall Equipment Effectiveness), untuk melihat tingkat efektifitas dari penggunaan mesin.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan pelaksanaan penelitian adalah untuk memberikan usulan perbaikan efektivitas penggunaan mesin/peralatan secara menyeluruh.

1.3.1. Tujuan Umum

1. Melakukan pengukuran efektivitas penggunaan mesin secara menyeluruh dengan menggunakan data perusahaan

2. Melakukan pengidentifikasian terhadap faktor-faktor dominan dari kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan mesin

1.3.2. Tujuan Khusus

Menindak lanjuti hasil pengukuran efektivitas dan pengidentifikasian faktor-faktor dominan tersebut sehingga dapat membantu manajemen perusahaan


(22)

untuk menganalisa dan melakukan perbaikan secara menyeluruh guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahan di masa yang akan datang.

1.4. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya meneliti satu mesin produksi saja yaitu mesin Mixer

Batching Plant.

2. Tingkat produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan yang di ukur adalah dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) sesuai dengan prinsip Total Productive Maintenance untuk mengetahui besarnya kerugian pada mesin/peralatan yang dikenal dengan six big losses

3. Data yang diambil adalah pada periode November 2008 – April 2009

1.5 Asumsi-asumsi yang Digunakan

Adapun asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran yang dilakukan dianggap sebagai langkah awal di mulainya program perbaikan mesin/peralatan sehingga pengukuran yang bertujuan menganalisa permasalahan yang berkaitan dengan produktivitas dan efisiensi yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

2. Tidak terjadinya perubahan sistem produksi selama penelitian ini


(23)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-6

3. Setiap karyawan mengetahui bidang pekerjaannya sesuai dengan metode kerja.

4. Para karyawan dan pimpinan mempunyai komitmen yang kuat untuk

mendukung peningkatan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan di perusahaan ini.

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan, pembahasan dan penilaian karya akhir ini, maka dalam pembuatannya akan dibagi menjadi beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi yang digunakan dan sistematika penulisan.

BAB II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Menguraikan gambaran umum perusahaan PT. Rolimex Kimia Nusa Mas Medan, jenis produk dan spesifikasinya, bahan baku, proses produksi, mesin dan peralatan, serta organisasi dan manajemen perusahaan.

BAB III. LANDASAN TEORI

Menyajikan teori-teori yang berhubungan dengan sistem pemeliharaan mesin/peralatan umumnya dan khususnya Total Productive Maintenance (TPM) dan teori lainnya


(24)

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

Mengemukakan langkah-langkah serta prosedur yang akan dilakukan dalam melakukan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan evaluasi, srta kesimpulan dan saran.

BAB V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Mengidentifikasi keseluruhan data penelitian yang berhasil di dapat selama penelitian, baik data primer maupun data sekunder yang dikumpulkan serta berisi rancangan untuk melakukan penelitian. Serta memuat tahapan-tahapan pengolahan data yang dikumpulkan hingga digunakan untuk memecahkan masalah.

BAB IV. ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Menjelaskan pemecahan masalah dan perencanaan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam memecahkan masalah, perhitungan availability, performance efficiency dan rate of quality product yang akan digunakan dalam perhitungan overall equipment effectivness (OEE) untuk mengetahui seberapa besar kerugian efisiensi pada mesin/peralatan.

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dan saran yang mengemukakan kesimpulan semua hal yang dilakukan penelitian, terutama akan hal pengolahan data yang diperoleh pemecahannya serta langkah-langkah yang patut dilakukan pihak perusahaan


(25)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan.

PT. WIKA merupakan suatu badan usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha konstruksi, realiti perdagangan dan industri. PT. WIKA ini pada mulanya didirikan oleh perusahaan Belanda pada tanggal 11 Maret 1960 dengan nama Naamlazo Vennotschap Techniche Handle Maatschappij En Bounwberijf (VIS EN CO atau disingkat NV EN CO) yang bergerak dibidang instalasi listrik. Sejak diberlakukannya nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan asing yang berada di Indonesia, VIS EN CO berubah menjadi Perusahaan Negara dengan nama WIJAYA KARYA atau PN. WIKA.

Pada tahun 1967, Perusahaan Negara (PN) WIKA mulai melakuka n diversifikasi usaha yang diawali dengan usaha perdagangan dan jasa konstruksi. Usaha perdagangan meliputi perdagangan material dan peralatan industri konstruksi seperti material dan peralatan listrik, jaringan transmisi dan distribusi, gardu-gardu induk, alat-alat angkut dan sebagainya. Sedangkan jasa konstruksi diawali pembangunan gedung sederhana, seperti proyek perumahan rumah susun perumnas.

Memasuki tahun 70-an PN. WIKA melakukan langkah-langkah diversifikasi usaha yang lebih kembang lagi dengan memproduksi komponen-komponen bangunan beton pracetak, metal works dan peralatan listrik. Dari usaha pengembangan ini, PN. WIKA sudah termasuk dalam jajaran kontraktor besar di


(26)

Indonesia yang mampu mengerjakan berbagai pekerjaan, konstruksi, dan bendungan dan saluran irigasi sampai jembatan serta gedung-gedung tinggi pada saat itu.

Pada tahun 1972, tepatnya tanggal 20 Desember dengan adanya kebijaksanaan pemerintah tentang swastanisasi, status PN. WIKA berubah status menjadi perusahaan Perseroan Terbatas (PT) yang sahamnya milik pemerintah.

PT. WIKA memulai usahanya dengan mengembangkan Sistem Beton Pracetak (Panel) untuk rumah sederhana pada tahun 1978, berikutnya dikembangkan rancangan rumah susun (flats) pada tahun 1979 yang diserahkan untuk tujuan mendukung program pemerintah dalam mengorganisasikan perkampungan miskin khususnya di Jakarta yang untuk pertama kalinya dibangun di Tanah Abang.

Memasuki dekade 80-an, PT. WIKA telah melangkahkan usahanya lebih jauh lagi dengan mengembangkan industri beton pracetak. Dengan cepatnya perkembangan industri kontruksi tahun 1985 PT. WIKA memperkenalkan Sistem Pracetak untuk Struktur Bangunan Tingkat Tinggi dan untuk pertama kalinya digunakan dalam konstruksi bangunan Bank Dagang Negara (BDN) di Jakarta. Industri ini tumbuh dengan pesat dan hingga saat ini PT. WIKA juga dikenal sebagai produsen tiang listrik dan tiang Pancang Sentrifugal terbesar di Indonesia dengan pabrik-pabrik yang tersebar di seluruh pelosok nusantara, termasuk di Negara tetangga Malaysia. Selain itu, PT. WIKA juga memproduksi berbagai produk beton lainnya, seperti:


(27)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-3

b. Balok-balok jembatan

c. Komponen-komponen Bangunan Gedung

Pada tanggal 11 Maret 1997, divisi produk beton PT. WIJAYA KARYA menjadi anak perusahaan dengan nama PT. WIJAYA KARYA BETON, berdasarkan akte notaris IMAS FATIMAH, SH. No. 44 tanggal 11 Maret 1997. Ruang lingkup dan Bidang usahanya masih sama dengan Divisi PT. Wijaya Karya produk beton.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Berbagai proyek konstruksi telah dilaksanakan PT. WIKA BETON di seluruh pelosok Nusantara, mulai dari kota-kota besar sampai ke daerah-daerah. Gedung-gedung pencakar langit, jembatan layang, jalan kereta api, dermaga, bendungan, saluran irigasi, pembangkit tenaga listrik, serta berbagai bangunan industri.

Proyek-proyek ini dikerjakan secara lengkap melalui rancang bangun dan perekayasaan baik secara sendiri maupun bekerja sama dengan perusahaan lain dari dalam dan luar negeri. Beberapa proyek pada bidang ini yang dibangun PT. WIKA BETON meliput i:

a. Proyek Petrokimia, Gresik

b. Bendungan Klambu, Jawa Tengah c. Sudirman Fly Over, Jakarta d. Hyatt Regency Hotel, Surabaya e. Jembatan Layang Kereta, Jakarta


(28)

Dalam bidang Realti dan Properti ini, PT. WIKA BETON telah menyelesaikan rumah sederhana, menengah, ekskusif, termasuk rumah susun dan apartemen. Lokasi-lokasi pemukiman tersebar di berbagai tempat di Indonesia, diantaranya:

a. Perumahan Persada Kemala, Jakarta b. Service area Persada Golf Garden, Jakarta c. Persada Kemala Sport, Jakarta

Komoditi-komoditi yang diperdagangkan dalam PT. WIKA BETON meliputi produk-produk lainnya di luar WIKA. Kegiatan usaha dalam bidang seperti eksport telah menghasilkan PRIMANIATA untuk eksportir terbaik nasional tahun 1992 dari Presiden Republik Indonesia pada saat itu.

Industri PT. WIKA BETON dimulai dengan industri produk-produk beton seperti tiang listrik, tiang pancang, bantalan jalan lorry, dan komponen-komponen konstruksi lainnya.

Untuk bidang pengecoran logam, yang semula hanya menghasilkan produk aksesori jaringan kelistrikan, saat ini telah dikembangkan ke arah pembuatan komponen-komponen otomotif dan produk-produk aluminium penunjang industri lainnya. Untuk melengkapi rangkaian industri ini, PT. WIKA BETON memiliki fasilitas pembuatan Mould & Dies yang juga dikembangkan ke arah industri produk-produk Polimer.


(29)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-5

2.2.1. Lokasi Perusahaan

PT. WIKA BETON merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan beton yang berlokasi di Jl. Medan-Binjai Km 15,5 No. 1 Sei Semayang Kecamatan Medan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Perusahaan ini dibangun diatas tanah ± 4,9 Ha setelah mengalami perluasan lahan beberapa kali.

PT. WIKA BETON ini merupakan salah satu industri yang berada di daerah Binjai. Keberadaannya menyerap banyak tenaga kerja dari masyarakat sekitarnya sehingga keberadaan perusahaan ini merupakan sebagian dari pemecahan masalah lapangan kerja.

2.2.2. Daerah Pemasaran

Pemasaran pada PT. WIKA BETON. Segmentasi pasar dari produk PT. WIKA BETON ini bisa diraih dari pihak pemerintah, misalnya dengan menangani proyek-proyek pemerintah seperti dermaga, pembuatan jalur jembatan ataupun bantalan jalur kereta api serta dari pihak swasta yang ingin mendirikan pabrik atau gudang.

Segmentasi pasar produk yang dihasilkan oleh PT. WIKA BETON dilihat dari variabel segmentasi pasar adalah berdasarkan segmentasi geografis. Adapun pasar yang tetap selain pihak swasta adalah:

1. PLN : produk tiang listrik beton 2. Telkom : produk tiang telepon beton 3. Perumka : produk bantalan jalan kereta api


(30)

4. Pemda : pembuatan jembatan dan jalan layang

PT. WIKA BETON memproduksi produk beton dengan sistem make to order, yaitu produk akan dihasilkan bila ada pesanan dari pelanggan. Pelanggan PT. WIKA BETON yang paling utama adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak pada bidang konstuksi dan properti. Meskipun pelanggannya sudah tertentu, namun PT. WIKA BETON tetap terus berusaha untuk mendapatkan pelanggan baru untuk meningkatkan omzet penjualan produknya.

Daerah pemasaran utama PT. WIKA BETON adalah :

1. Wilayah Penjualan I, yaitu wilayah Sumatera Bagian Utara, yang meliputi Propinsi NAD, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

2. Wilayah Penjualan II, yaitu wilayah Sumatera Bagian Selatan, yang meliputi Propinsi Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung.

3. Wilayah Penjualan III yaitu wilayah DKI Jakarta yang juga merupakan kantor kepala PT. Wijaya Karya.

4. Wilayah Penjualan IV yaitu wilayah Semarang 5. Wilayah Penjualan V yaitu wilayah Surabaya

6. Wilayah Penjualan VI yaitu wilayah Ujung Pandang


(31)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-7

2.3.Organisasi dan Manajemen Perusahaan. 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan.

Bagi suatu perusahaan, organisasi dan struktur organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting dan menentukan keberhasilan dan pencapaian tujuan perusahaan. Dengan adanya organisasi dapat dilihat sistem birokrasi yang menggambarkan bagaimana setiap pekerjaan dilakukan dengan teratur dan penuh dengan tanggung jawab sehingga rencana-rencana kerja dapat dilaksanakan dengan baik serta pengawasan akan lebih mudah dilaksanakan.

Struktur organisasi adalah kerangka antar hubungan satuan-satuan organisasi, dimana satuan-satuan tersebut mempunyai tanggung jawab tugas dan wewenang yang tertentu dalam jalinan kesatuan yang lebih utuh.

Struktur organisasi digambarkan pada skema organisasi (Organization Chart). Skema organisasi ini memberikan gambaran mengenai seluruh kegiatan serta proses yang terjadi pada suatu organisasi.

Terdapat empat komponen dasar merupakan kerangka dalam memberikan definisi dari suatu struktur organisasi, yaitu:

1. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai pembagian tugas-tugas serta tanggung jawab kepada individu maupun bagian-bagian pada satu organisasi.

2. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai hubungan laporan yang ditetapkan secara resmi dalam suatu organisasi. Tercakup dalam hubungan pelaporan yang resmi ini banyaknya tingkat hirarki serta besarnya rentang kendali dari semua pemimpin diseluruh tingkatan dalam organisasi.


(32)

3. Struktur organisasi juga menetapkan sistem hubungan dalam organisasi, yang memungkinkan tercapainya komunikasi, koordinasi dan pengintegrasian segenap kegiatan organisasi, baik kearah vertical maupun horizontal.

4. Struktur organisasi menetapkan pengelompokan individu menjadi bagian organisasi, dan pengelompokan bagian-bagian organisasi menjadi suatu organisasi yang utuh.

Dalam sistem pengorganisasian pada unit yang berbeda-beda, diperlukan struktur organisasi yang dapat mempersatukan seluruh sumber daya dengan cara yang teratur. Dengan struktur organisasi tersebut diharapkan setiap personil yang ada di dalam organisasi dapat diarahkan sehingga dapat mendorong mereka melaksanakan aktivitas masing-masing dengan baik dengan mendukungnya sasaran perusahaan.

Pada perusahaan PT.WIKA BETON yang mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan maksimum dengan menciptakan suasana dan mutu kerja yang optimum, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan dan kegiatan perusahaan.

Struktur organisasi perusahaan ini merupakan kerangka dasar yang menggambarkan pembagian pelaksanaan kegiatan organisasi di dalam bidang usaha tersebut, yang meliputi tata cara pembagian tugas dan wewenang, fungsi, tanggung jawab pekerjaan dan ketentuan mengenai hubungan formal antara fungsi-fungsi yang terdapat di dalam organ pokok perusahaan.

Berdasarkan struktur organisasi PT.WIKA BETON yang telah ditetapkan dalam SK 01.01/04.009/92 terlihat bahwa pelimpahan wewenang tingkat pertama


(33)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-9

sebagai satuan tugas setelah manajer pabrik adalah para kepala seksi yang terdiri dari:

1. Seksi Teknik dan Mutu

2. Seksi Perencanaan & Evaluasi Produksi 3. Seksi Administrasi Keuangan dan Personalia 4. Seksi Peralatan

5. Seksi Kepala Unit Produksi

Struktur organisasi pada perancangan unit pembuatan beton pracetakan PT. WIKA BETON menggunakan struktur organisasi secara matriks. Pada struktur organisasi ini semua seksi menuju ke unit produksi dimana masing-masing seksi dapat menangani seksi lain.

Gambar struktur organisasi PT WIKA BETON dapat dilihat pada gambar 2.1. berikut ini.

MANAJER PABRIK

SEKSI TEKNIK DAN MUTU

SEKSI PERENCANAAN DAN EVALUASI PRODUK

SEKSI PERALATAN

SEKSI KEUANGAN DAN PERSONALIA

UNIT PRODUKSI

KEPALA UNIT PRODUKSI

KEPALA SHIFT

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Wijaya Karya Beton


(34)

2.3.2. Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab

Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing bagian dalam struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran I.

2.3.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 1. Jumlah Tenaga kerja

PT. WIKA BETON memiliki tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja produksi dan penunjang produksi. Tenaga kerja produksi adalah karyawan harian yang ditempatkan pada bagian pengolahan, sedangkan tenaga kerja penunjang adalah karyawan yang ditempatkan pada bagian kantor.

Jumlah karyawan yang bekerja pada PT. WIKA BETON secara keseluruhan 122 orang. Jumlah tenaga kerja diuraikan pada tabel 2.1. sebagai berikut :


(35)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-11

Tabel 2.1. Komposisi Karyawan

No Departemen Jumlah Pendidikan

1 Manajer Pabrik 1 Sarjana

2 Seksi Teknik dan Mutu

• Kepala Seksi

• Inspektur K3

• QA Lab. Mutu Beton

• QA Proses dan Kualifikasi

• QA Material Suku Cadang

• Adm. Teknik Mutu

• QA Standarisasi

• QA Produk Jadi

1 2 1 6 1 1 1 1 Sarjana SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat 3 Seksi Perencanaan dan Evaluasi Produksi

• Kepala Seksi

• Adm. Prosuksi

• Evaluasi Produksi

• Stock Yard

• Adm. Gudang

• Operator Weel Loader

• Operator Dum truk

1 2 2 3 4 2 1 Sarjana SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat 4 Seksi Peralatan

• Kepala Seksi

• Staf Seksi Peralatan

• Adm. Peralatan

• Karu Storing

• Anggota Storing

• Work Shop Peralatan

• Operator Boiler

• Operator Forklif

1 1 1 3 5 1 4 1 Sarjana SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat SLTA/Sederajat 5 Seksi Keuangan dan Personalia

• Kepala Seksi

• Kasir

• Akuntansi

• Logistik

• Sekretariat

• Adm. Personalia

• Umum • Satpam • Driver 1 1 2 2 1 1 1 7 1 Sarjana Sarjana SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat 6 Seksi Produksi

• Kepala Unit Prosuksi

• Kepala Shift

• KKR

• KKRS

• Adm. Produksi

• Karu

• Anggota Regu Prosuksi

1 1 4 3 1 6 39 Sarjana Sarjana SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat

Total 122

Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Medan


(36)

PT. WIKA BETON terdiri dari 6 departemen yang dibagi lagi atas beberapa bagian, adapun departemen tersebut :

1. Departemen Teknik

2. Departemen Perencanaan dan Evaluasi Produksi 3. Departemen Keuangan dan Personalia

4. Departemen Quality Assurance (QA) 5. Departemen Peralatan

6. Departemen Produksi

2. Jam Kerja

Agar perusahaan dapat berjalan dengan baik dalam melaksanakan tugas guna mencapai tujuan, diperlukan pengaturan waktu kerja yang baik. Jam kerja di PT. WIKA BETON diatur sebagai berikut Supaya perusahaan berjalan lancar dalam melakukan tugas untuk mencapai tujuannya, maka jam kerja diatur (bagian operasional) menjadi tiga shift, yaitu:

Jam Kerja Normal

Jam kerja normal digunakan 8 jam kerja efektif per hari dengan waktu 5 hari kerja (Sabtu libur), perincian jam kerja sebagai berikut :

Jam 08.00-12.00 WIB (Kerja) Jam 12.00-13.00 WIB (Istirahat) Jam 13.00-17.00 WIB (Kerja)


(37)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-13

Jam Kerja Shift

Jam kerja produksi terdiri atas 2 shift kerja dengan perincian sebagai berikut :

1. Shift I :

Jam 08.00-12.00 WIB (Kerja) Jam 12.00-13.00 WIB (Istirahat) Jam 13.00-17.00 WIB (Kerja) 2. Shift II :

Jam 17.00-21.00 WIB (Kerja) Jam 21.00-22.00 WIB (Istirahat) Jam 22.00-02.00 WIB (Kerja)

Bagian Shift kerja produksi dapat diperlihatkan pada tabel 2.2. berikut ini :

Tabel 2.2. Bagian Shift Hari

Shift

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

P I I I I I

M II II II II II

Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Medan Keterangan :

P = Pagi M = Malam I = Shift I II = Shift II


(38)

Karyawan yang bekerja melebihi kerja normal atau kerja shift dihitung sebagai kerja lembur. Hari Sabtu, Minggu dan hari-hari besar lainnya merupakan hari libur bagi perusahaan.

2.3.4. Sistem Pengupahan Dan Fasilitas Lainnya 1. Sistem Pengupahan

Gaji adalah pembayaran berupa uang yang diberikan kepada pegawai atas pekerjaan yang dilaksanakan dan diserahkan setiap bulan pada tanggal yang telah ditetapkan perusahaan.

Jumlah gaji yang diterima oleh pegawai tergantung dari gaji pokok dan tunjangan-tunjangan yang diperoleh dan yang ditentukan oleh perusahaan. Upah adalah pembayaran berupa uang yang diberikan kepada karyawan atas pekerjaan yang dilaksanakan. Upah untuk karyawan tetap maupun harian, besarnya didasarkan pada gaji pokok atau tarif upah per hari yang sesuai dengan ketentuan upah minimum yang telah ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja.

Staff dan karyawan perusahaan digaji menurut gaji sesuai dengan jenjang organ yang telah diatur secara terperinci. Pada struktur yang sebanding dengan besaranya gaji yakni:

1. Tingkat eksekutif (Manager PPB) 2. Tingkat staff dan ahli manager PPB 3. Pegawai/karyawan tetap perusahaan 4. Pegawai/karyawan waktu tertentu


(39)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-15

Sistem pengupahan berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR) untuk daerah Sumatera Utara, yaitu:

Upah serendah-rendahnya Rp. 150.000

Upah setinggi-setingginya Rp. 2.200.000, (untuk tahap manager)

2. Fasilitas Lainnya

Untuk mendorong staff dan karyawan agar tetap bekerja lebih giat dalam meningkatkan prestasinya, perusahaan memberikan insentif dan fasilitas berupa materi maupun non materi, yakni :

1. Pemberian Cuti

Pemberian cuti tahunan, cuti sakit kepada staff dan karyawan tetap serta cuti khusus dan cuti insidentil untuk staff dari pusat

2. Perawatan kesehatan

Diberikan perawatan Rumah Sakit untuk 1 orang istri dan 3 orang anak 3. Fasilitas Kerja

Perusahaan memberikan pakaian kerja, sarung tangan, kaca mata las, helm, dan alat pengaman kepada regu produksi

4. Jaminan sosial

Seluruh staff dan karyawan yang bekerja di PBB Sumatera Utara diikutsertakan pada PERUM JAMSOSTEK


(40)

5. Dana Pensiun

Kepada seluruh staff dan karyawan diberikan dana pensiun (BPLK) dan asuransi untuk batas usia 55 tahun ke atas

6. Premi Produksi

Setiap karyawan mendapat premi jika mampu bekerja baik sehingga produk yang dihasilkan melebihi target yang telah ditetapkan untuk shift produksi 7. Memberikan tunjangan

Memberikan tunjangan berupa THR atau Tahun Baru sebesar 1 bulan upah 8. Sarana / fasilitas

Staff dan karyawan mendapat fasilitas mess/penginapan, mushalla, serta lapangan tennis

9. Makanan dan ekstra puding

Seluruh staff dan karyawan mendapat jatah 1 kali makan dan minum secukupnya setiap hari, serta ekstra puding bubur kacang hijau dan susu setiap hari Senin dan Kamis.

10.Koperasi Karyawan

Perusahaan juga memikili koperasi yang dikelola oleh para karyawan di bawah pengawasan perusahaan.


(41)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-17

2.4. Proses Produksi

2.4.1. Standar Mutu Produk

Produk bermutu dan memiliki pelayanan yang baik merupakan usaha perusahaan didalam menjual produknya pada konsumen. Keberhasilan perusahaan sangat tergantung dari seberapa jauh perusahaan dapat mengerahui, mengerti dan memahami permintaan pelanggan tersebut pengawasan mutu dilakukan terhadap proses produksi yang ditujukan untuk menjaga konsistensi dari mutu produk dengan melakukan pemeriksaan yang selektif terhadap mutu bahan baku yang diterima.

Dalam hal mutu tiang pancang dan tiang listrik telah menentukan spesifikasi teknis. Kriteria yang digunakan untuk memberi batasan pada mutu adalah untuk pasir, koral/split, semen, PC wire, besi beton, besi plat sambung, dan zat additive (Kaomighty, Rheobuild 900 I Degusa, Sicament NN, Glenium, Viscocrate). Masing-masing karakteristik tersebut erat kaitannya dengan barang yang akan dihasilkan. Oleh sebab itu spesifikasi mutu produk sangat menentukan aspek pasar bagi produk itu sendiri.

Standar mutu bahan dapat diperlihatkan pada table 2.3, table 2.4, dan tabel 2.5, berikut ini :

Tabel 2.3. Bahan Baku Material Alam No Parameter Standard

1 Pasir Kadar lumpur < 5 %

2 Koral/Split Kadar lumpur < 3 %

Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Medan


(42)

Tabel 2.4. Bahan Baku Material Industri

No Parameter Standard

1 Semen SNI

2 PC Wire SNI

3 Kawat spiral SNI

4 Besi beton SNI

5 Besi Plat sambung SNI

6 Cat SNI

Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Medan

Tabel 2.5. Bahan Tambahan Additive

No Parameter Standard

1 Kaomighty SNI

2 Rheobuild 900 i Degusa SNI

3 Sicament NN SNI

4 Glenium SNI

5 Viscocrate SNI

Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Medan

2.4.2. Bahan Yang Digunakan 2.4.2.1. Bahan Baku.

Bahan baku adalah bahan utama dalam proses produksi dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan. Adapun yang menjadi bahan baku utama dalam produksi beton pada PT. WIKA BETON adalah :

1. Semen

Digunakan semen portlan tipe I (SII-0013-1977) yaitu semen Andalas dan semen Padang.

2. Pasir (agrigat halus)

Pasir ini diperoleh dari sungai. Perusahaan memesan pasir sesuai dengan peraturan beton bertulang Indonesia, yaitu:


(43)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-19

a. Pasir untuk beton adalah merupakan pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami batu-batuan.

b. Pasir harus terdiri dari batu-batuan tajam dan keras. Butiran-butiran ini harus bersifat melekat, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti : terik matahari dan hujan.

c. Pasir tidak boleh mengandung bahan-bahan organisme yang terlalu banyak.

d. Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %, karena apabila lebih dapat menurunkan mutu beton yang mengakibatkan: sampel/pecah, retak, berongga.

3. Batu Kerikil (agrigat kasar)

Batu kerikil yang digunakan adalah: a. Batu koral (alami)

b. Batu split (hasil pecahan)

4. Prestressed Concrete Wire (PC Wire) dengan diameter 7 mm, diimpor dari

Korea Selatan dengan daya tekan 200 Bar

5. Kawat baja spiral dengan diameter 4 mm, untuk pembuatan spiral dan cincin kerangka

6. Kawat beton, untuk mengikat besi baja satu sama lain dalam proses

pembuatan kerangka

7. Katoda (BC Draad) digunakan dalam proses pengelasan untuk membentuk cincin dari kawat spiral.


(44)

2.4.2.2. Bahan Tambahan.

Yang dimaksud bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan pada proses pengolahan untuk melengkapi dan memperbaiki mutu dari produk yang dihasilkan oleh proses produksi. Yang termasuk bahan tambahan adalah :

1. Cat Pylox

Digunakan untuk pembuatan merk, nomor, kode tipe tiang.

2.4.2.3. Bahan Penolong.

Yang dimaksud dengan bahan penolong adalah bahan yang digunakan langsung atau tidak langsung pada produk jadi dalam suatu proses yang diperlukan dalam memperlancar penyelesaian suatu produk. Adapun yang termasuk bahan penolong pada produk beton yaitu :

1. Air tanah, berfungsi untuk membantu pengadukan pada saat pencampuran adukan beton, berfungsi pada saat proses spinning untuk membersihkan sisa adukan beton pada pinggir cetakan, serta digunakan pada proses penguapan dimana air akan diubah menjadi uap panas.

2. Minyak Ressiner, adalah sejenis minyak pelican yang dioleskan pada bagian dalam dari mal yang berguna agar bahan-bahan campuran tidak lengket pada mal dan dapat menghasilkan permukaan tiang yang halus.

3. Minyak gemuk, digunakan sebagai bahan pelincan baut mal.

4. Oli, digunakan pada mesin-mesin produksi agar mesin dapat bergerak dengan lancar.


(45)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-21

5. Admixture, satu bahan kimia berbentuk cairan yang ditambahkan pada campuran beton yang berguna untuk mempercepat proses pengeringan dan memperkuat ikatan antara masing-masing unsur campuran beton.

2.4.3 Uraian Proses

Proses produksi adalah metode atau teknik untuk membuat suatu barang atau jasa bertambah nilainya dengan menggunakan sumber tenaga kerja, mesin, bahan baku, bahan penolong dan dana yang ada. Dalam memproduksi beton, PT. WIKA BETON membagi lantai produksi menjadi dua departemen yang terdiri dari Departemen Persiapan Tulangan dan Departemen Pembuatan Beton. Pada Departemen Pembuatan Beton, PT. WIKA BETON membagi Proses produksi dilakukan dalam 5 jalur yaitu :

A. Jalur I dan II melakukan produksi dengan system sentrifugal yang menghasilkan produk berupa :

- Tiang Pancang - Tiang Listrik

B. Jalur III menghasilkan produk berupa bantalan jalan rel

C. Jalur IV dan V melakukan produksi dengan system pracetak yang

menghasilkan produk berupa : - Balok Jembatan

- Sheet File


(46)

Proses pembuatan produk pada PT. WIKA BETON terdiri dari beberapa tahap yaitu :

1. Proses Persiapan Tulangan (Reinforcement Preparation),

Adapun material yang akan dirakit dicetakan terlebih dahulu dipersiapkan di Workshop tulangan dengan proses sebagai berikut :

a. Pengujian PC Wire

Sebelum digunakan setiap PC Wire yang dipasok suplayer ke perusahaan terlebih dahulu diuji di laboratorium independent.

b. Pemotongan PC Wire (cutting)

Besi baja dari tempat penumpukan dibawa ke daerah pemotongan besi dengan menggunakan mesin potong (cutting machine) sesuai dengan kebutuhan panjang tiang yang akan dibentuk.

c. Pembentukan Heading

Heading PC Wire ini dibuat untuk menahan PC Wire pada saat penarikan tulangan nantinya dengan plat sambung. PC Wire dimasukkan ke lubang pengarah mesin hingga menyentuh hammer. Mesin dioperasikan dengan menekan/menginjak pedal/handle dari mesin heading. Untuk tiang pancang yang menggunakan 2 plat sambung yang akan di stressing simultant dimasukkan beserta tulangan spiral sebelum ujung PC Wire yang lain di heading.

d. Pembentukan Spiral

Spiral digunakan sebagai tulangan yang dibentuk spiral. Spiral ini dililitkan PC Wire. Pembentukan spiral dilakukan pada mesin spiral (coiling machine).


(47)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-23

yang dikehendaki telah selesai dibentuk atau dengan kata lain hingga jumlah lilitan yang diperlukan sesuai dengan Standard Spesifikasi Produksi (SSP). e. Pembuatan Cincin

Pembentukan cincin diawali dengan pembentukan spiral. Spiral ini kemudian dipotong sesuai dengan ukuran yang selanjutnya dilas dengan menggunakan las listrik untuk membentuk ring. Bahan untuk cincin ini adalah untuk menahan PC Wire agar tidak melendut pada saat merangkai tulangan dengan spiral.

f. Pembuatan plat sambung

Plat sambung yang telah dipasang keranjang dan secara manual plat sambung dipasang pada kepala PC wire, diameter dari plat sambung itu sendiri disesuaikan dengan diameter produk yang akan dibuat.

2. Persiapan Cetakan Beton

Cetakan di atas trolly dibawa ke bagian tulangan dan diangkut dengan hoist ke trostel tulangan. Sebelum melanjut ke proses berikutnya, terlebih dahulu cetakan dibersihkan dari kotoran/sisa adukan beton yang masih melekat dengan kape dan kuas pembersih, lalu pada permukaan cetakan atau mal dioleskan dengan minyak cetakan secara tipis dan merata. Minyak cetak terbuat dari minyak kelapa sawit ditambahkan solar yang fungsinya agar campuran beton nantinya tidak lengket dan menghasilkan permukaan beton yang halus.

3. Pembuatan Adukan Beton (Concrete Mixing)

Bahan yang digunakan untuk campuran beton ini adalah pasir, koral, semen dan air dan zat additive(kaomight). Mutu bahan baku terlebih dahulu


(48)

diteliti sebelum digunakan. Semua bahan tersebut dicampur dengan komposisi yang telah ditentukan sesuai dengan standart mutu, dan jenis produk. Pencampuran beton dilakukan dengan menggunakan mesin pengaduk (mesin molen), sehingga diperoleh adonan yang merata. Untuk menjaga konsistensi mutu beton, setelah pengadukan selesai secara random dilakukan pengambilan sampel untuk diuji di laboratorium beton

4. Pembuatan Benda Uji Beton

Pengujian mutu beton merupakan aktivitas yang penting dalam pelaksanaan produksi agar produk yang dihasilkan tetap berada dalam standar yang telah ditetapkan.

5. Perakitan Tulangan (Reinforcemant Assambly)

Cetakan dan ujung plate di bersihkan dari kotoran/sisa adukan beton. Pasang ujung plate atas dan bawah pada cetakan bawah kemudian kencangkan baut dorong. Minyak cetakan dioleskan secara tipis dan merata pada cetakan. Letakkan spiral pada cetakan bawah. Cincin/ring lalu diikatkan pada baja dengan menggunakan kawat pengikat, dimana ring disusun lebih rapat pada ujung tiang. Kegunaan ini adalah untuk menahan beban instalasi dan untuk membentuk rangkaian agar tidak bergelombang. Gulungan spiral yang masih terikat diujung mal direntangkan, disusun sedemikian rupa dan kemudian diikatkan pada besi baja dengan kawat pengikat. Bila rangkaian telah rampung, maka diangkut ke daerah pemasukan rangkaian ke dalam mal (table of reinforcement).

Perakitan tulangan ke dalam cetakan ini dilakukan sesuai dengan tipe produk yang ingin dibuat, kemudian cetakan siap untuk dicor dengan adukan


(49)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-25

beton. Cetakan yang telah siap untuk dicor dengan adukan beton dipindahkan kebagian pengecoran diatas trolly dengan menggunakan hoist.

6. Pengecoran Adukan Beton (Concrete Filling)

Rangkaian yang berasal dari daerah penumpukan sementara atau yang langsung dari daerah perangkaian dimaksukkan ke dalam mal yang sudah bersih di daerah table of reinforcement. Kedua ujung rangkaian diikatkan pada ujung mal (atas dan bawah) dengan menggunakan penutup. Bila proses ini selesai, rangkaian dalam mal diangkut ke daerah pengecoran dan siap untuk dicor. Selnjutnya dalam mal diangkut kedaearah pengecoran dan siap untuk dicor. Selanjutnya latakkan cetakan diatas trolly cor. Pasang tebeng cor pada kanan dan kiri cetakan bawah. Masukkan adukan ke dalam hopper, kemudian tuangkan ke dalam cetakan. Penuangan dimulai ± 1 meter dari ujung, bergerak maju ke arah ujung yang lain. Distribusikan adukkan secara merata disepanjang cetakan ke jok pada bagian ujung. Yang penting diperhatikan adalah bahwa pada bagian mal harus sedikit dikurangi, karena nantinya pada saat pemutaran, sisa bahan akan bergeser kearah pangkal mal. Tempatkan cetakan ke lokasi penutupan.

7. Penutupan Cetakan dan Penarikan Kawat Pra-Tekan (Mould Closing dan Prestressing).

Setelah adonan beton merata, lalu dipasang karet spon dibagian kanan dan kiri cetakan sambil dirapikan. Penutup cetakan dan bersamaan dengan itu penutup atas dibawa dengan craine hoist. Setelah penutup atas cetakan tepat menutupi cetakan maka seluruh baut cetakan dikunci dengan menggunakan Inpect tool. Bila


(50)

seluruh baut telah dikencangkan maka dilakukan stressing akhir dengan mengendurkan baut dorong pada end plate.

8. Pemutaran Cetakan (Mould Spinning)

Pada bagian pemutaran (spinning) telah tersedia roda atau roll pemutar yang akan memutar cetakan.Setelah cetakan diletakkan diatas roll pemutar maka mesin spinning akan menggerakkan roll. Pemutaran cetakan pada mesin putar (spinning machine) ini bertujuan untuk memadatkan adonan beton di dalam cetakan dengan memanfaatkan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh mesin putar. Proses pemadatan dengan gaya sentrifugal ini menjadikan beton lebih padat sehingga memiliki daya tahan terhadap korosi tinggi dan dilakukan secara bertahap untuk mencegah timbulnya rongga pada beton.

Setelah tahapan spinning selesai maka cetakan diangkat dan dibawa kebak perawatan uap dengan menggunakan craine hoist. Sebelumnya limbah dibuang dari dalam cetakan dengan memiringkan posisi cetakan sehingga limbah dapat keluar dan dialirkan ke bak limbah.

9. Perawatan Uap (Steam Curing)

Setelah proses pemadatan, maka proses selanjutnya adalah pengeringan dengan menguapkan uap panas 700C–1000C yang bertujuan untuk memperpendek waktu pengerasan beton. Proses ini dilakukan selama 3-6 jam. Temperatur penguapan juga tidak boleh melebihi dari 1000C, karena dapat mempengaruhi permukaan beton. Setelah penguapan dilakukan, kemudian dilakukan pendinginan selama 30-60 menit secara manual.


(51)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-27

10. Pembukaan Cetakan (Mould Stripping).

Setelah proses perawatan dengan uap, angkat cetakan dari trestle, dan letakkan pada trolly buka. Lepaskan baut. Lakukan pemotongan besi pra-tegang dengan alat potong las (blander) satu persatu secara menyilang. Potong besi pra tegang pada ujung yang lain dengan menggunakan blander potong. Kendorkan baut dengan menggunakan impact tool. Lepaskan klem dan letakkan di atas cetakan atas. Angkat cetakan atas, cetakan digantung, bersihkan dengan minyak secara tipis dan merata. Buka ujung plate pada kedua ujungnya dan lakukan penandaan sesuai dengan instruksi. Dan saat bersamaan pula produk diinspeksi mutunya dan dibuat label pada produk jadi yaitu dengan cat semprot kompresor diberikan merek WIKA tanggal produksi nomor produk dan kode tipe produk. Contohnya sebagai berikut :

a. Label produk tiang pancang

WIKA Artinya

35 COB15.9.W Diameter tiang pancang = 35 cm

Tipe tiang/klas = CO Model tiang = bottom (B) Panjang tiang = 15 m

Jenis tulangan = PC Wire 9 mm 13-01-2009 tanggal produksi = 13 january 2009 8213383 Kode wilayah pabrik = 8

Nomor jalur = 2 Nomor urut produksi = 13383


(52)

b. Label produk tiang listrik

WIKA Artinya

7-100-124 Panjang tiang listrik = 7 m Beban Design = 100 Diameter atas tiang = 124 mm

13-01-2009 Tanggal produksi = 13 january 2009 8213397 Kode wilayah pabrik = 8

Nomor jalur = 2 Nomor urut produksi = 13397

Merek cat yang digunakan yaitu Nippon Paint. Cetakan diangkat dengan craine hoist dengan cara dimiringkan untuk mengeluarkan produk jadi ke atas trolly, kemudian dibawa ke stock yard dengan menggunakan trolly.

11. Perawatan Air dan Finishing (Finishing and Water Curing).

Dalam penanganan produk jadi yang dilakukan adalah proses penumpukan dan perawatan produk di stock yard. Sebelumnya produk diservice dan diolesi minyak solar pada plat sambung serta pengecekan akhir pada lubang tembus dan permukaan tiang. Produk jadi yang memenuhi standart ditumpuk di stock yard (gudang terbuka) dengan cara susunan memanjang simetris dan melebar, dimana diantara batangan produk yang ditumpuk tersebut dibatasi dengan kasu atau kayu balok dan di bagian pinggir diberi penahan segitiga agar susunan produk tidak jatuh. Penahan segitiga terbuat dari coran semen yang dicetak segi tiga dengan ukuran 11 x 7 x 7 cm dengan lebar 8 cm. Selanjutnya selama 3 hari dilakukan perawatan air dan hasil cetakan siap untuk didistribusikan.


(53)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-29

Untuk lebih jelasnya proses produksi untuk jenis tiang pancang bulat dapat dilihat pada gambar 2.2

Pembuatan Benda Uji

Penulangan Di Cetakan

Pengecoran Adukan Beton

Penutupan Cetakan

Pemutaran Cetakan

PerawatanUap Pembuatan Adukan Beton

Persiapan Cetakan Persiapan Tulngan

Pembukaan Cetakan

Perawatan Air dan Penyelesaian Akhir Stressing 1 PC Wire

Pengadukan Beton

Stressing 11 PC Wire

Gambar 2.2. Proses Produksi Tiang Pancang


(54)

2.5.Mesin Dan Peralatan

2.5.1. Mesin Produksi dan Peralatan

Adapun spesifikasi mesin produksi yang ada di PT. WIKA BETON dapat dilihat pada Lampiran 2.

2.5.2. Utilitas

Utilitas adalah segala sesuatu yang digunakan agar proses yang terjadi dapat berjalan dengan efektif dan ekonomis guna mendapatkan hasil yang optimal. Sarana utilitas digunakan untuk meningkatkan mutu memelihara peralatan, menjaga keseimbangan dalam proses pengolahan disamping penggunaan pokoknya sebagai penggerak peralatan.

Untuk kelancaran kegiatan produksi, maka diperlukan unit pendukung seperti dibawah ini :

1. Genset

Fungsi : Pembangkit Listrik/penghasil tenaga listrik pada pabrik dengan menggunakan bahan bakar minyak solar

2. Boiler

Fungsi : Penghasil uap untuk didistribusikan ke bak steam curing guna mempersingkat waktu pengerasan produk.

3. WTC (Water cooling tower)

Fungsi : Penampung air yang berasal dari sumur untuk kebutuhan produksi dan pabrik.


(55)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-31

Fungsi : Menghasilkan udara bertekanan yang melalui screw compressor 5. Transportasi (Sarana Pengangkut)

Fungsi : Untuk memenuhi kebutuhan material alam dan material industri,maka perusahaan menggunakan :

a. Satu unit forklift

Fungsi : Memindahkan bahan-bahan yang mempunyai volume besar dan berat seperti buttem tiang pancang, drum additive dan besi untuk produk bantalan rel kereta api serta membawanya dekat lantai produksi.

b. Satu unit drum truck

Fungsi : Memindahkan material alam seperti pasir, split dari tempat penumpukan material dan memindahkan limbah pabrik ke sentral penumpukan.

c. Tiga unit wheel loader

Fungsi : Memindahkan material alam seperti pasir, split keatas drum truck dan memindahkan limbah keatas drum truck.

d. Dua unit mobil pick up

Fungsi : Memindahkan buttem tiang pancang dan menarik grobak yang berisi tulangan dari work shop tulangan kedekat lantai produksi.

6. Work shop cetakan

Fungsi : Untuk merawat dan memperbaiki cetakan sehingga menghasilkan cetakan yang bermutu.


(56)

. Bak stem curing

Fungsi : Untuk proses penguapan dan mempercepat pembukaan produk yang dihasilkan.

2.5.3. Safety & Fire Protection

Safety merupakan usaha untuk mengadakan perlindungan terhadap seluruh peralatan, supaya jangan terjadi kecelakaan tenaga kerja, selamat, dan sehat sewaktu melaksanakan pekerjaan agar seluruh peralatan harus dilengkapi dengan alat keselamatan kerja sehingga dapat dioperasikan dengan baik dan aman tanpa mengalami ngangguan terhadap operator. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk perlindungan PT. WIKA BETON telah menetapkan prosedur adalah sebagai berikut :

1. Panel control : Hubungan listrik (baik antar fasa atau fasa netral atau fasa nol) dapat mengakibatkan ledakan dan sebagainya. Jika terjadi ledakan gunakan APAR (CO2 / AF 11).

2. Putaran spinning dapat menyebabakan gangguan telinga. Pastikan menggunakan ear plug saat melakukan proses spinning.

3. Jenis zat additive dapat mengakibatkan nyeri dan bercak luka pada kulit. Gunakan sarung tangan untuk setiap proses operasi.

4. Pada karyawan kantor yang memakai fasilitas komputer dapat mempengaruhi daya kerja otot mata. Setiap 2 jam alihkan pandangan dari monitor. Pandangan keluar dengan focus sejauh mungkin untuk rileksasi mata selama beberapa menit.


(57)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-33

• Teknik penggunaan racun api

1. Pastikan jenis racun api yang anda pakai (CO2, AF11/Halon, Powder). 2. Pastikan racun api masih ada isi dan baik (Lihat code tekanan).

3. Bawa racun api ke tempat lokasi. 4. Buka/tarik pin racun api.

5. Arahkan nozzle (horizontal) tepat diatas api. 6. Tekan pemicu racun api dengan kuat.

7. Setelah selesai tempatkan kembali racun api pada posisi semula. • Teknik penggunaan hydrant

1. Buka dan tarik pipa hydrant ketempat lokasi api 2. Pastikan penggerakkan pipi bebas (tidak terlipat). 3. Arahkan nozzle ke titik api, pegang nozzle dengan kuat. 4. Setelah siap, berikan kode untuk membuka valve hydrant. 5. Fokuskan pada satu demi satu titik api (jangan menyebar).

6. Setelah selesai tutup valve hydrant dan pastikan air tidak ada tersisa pada pipa.

7. Gulung dan letakkan kembali hydrant pada tempatnya.


(58)

2.5.4. Waste Treatment

Perusahaan pembuatan beton pracetakan ini tidak menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan sekitarnya, namun limbah dapat dipergunakan kembali oleh masyarakat sekitar untuk membuat paping block.

Limbah yang dihasilkan oleh produksi pada PT. WIKA BETON berupa cairan yang mengandung serbuk halus semen. Penanganan lingkungan hidup ini difokuskan kepada penanganan limbah. Perusahaan menyadari akan pentingnya keselamatan lingkungan hidup disekitar pabrik. Limbah yang ada pada PT. WIKA BETON adalah merupakan limbah cair yang berasal dari bagian pengecoran.

Dalam hal pengolahan limbah pabrik, perusahaan telah menyediakan dua buah sumur limbah, dimana air keras coran disimpan didalam sumur ini. Setelah mengeras dibuang kebelakang pabrik. Adapun jenis limbah yang dihasilkan berupa air pencucian split, tumpahan sisa-sisa hasil produk, limbah padat akibat pencampuran pasir, screen dan sisa additive pada saluran air. Dan limbah berupa bekaspotongan PC Wire, dan karet busa ditumpuk pada bak penumpukan.


(59)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-35

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Efektivitas Mesin

Fungsi mesin-mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi akan mengalami penurunan efektivitas sejalan dengan semakin bertambahnya usia mesin dan penurunan kemampuan mesin dan peralatan tersebut. Oleh karena itu, untuk menunjang kelancaran proses produksi dan meningkatkan efektivitas mesin,

perlu adanya pemeliharaan yang dilakukan secara continous dan

berkesinambungan. Overall Equipment Effectiveness (OEE) merupaka salah satu metode yang dikembangkan di Jepang yang dapat digunakan untuk menghitung tingkat efektivitas dari penggunaan mesin/peralatan sebagai usaha untuk mengeleminasi kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh tidak efektifnya penggunaan mesin/peralatan.

Mesin merupakan pengubah energi yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip logis, rasional, dan bahkan benar-benar matematis. Untuk mendukung aktivitas produksi secara lebih berhasil dan berdaya guna, maka keberadaan suatu organisasi perawatan mesin cukup mempunyai arti tersendiri. Pada dasarnya apa yang diharap dari keberadaan perawatan mesin tidak lain adalah untuk meningkatkan efektivitas mesin serta porsi keuntungan bagi pemilik perusahaan. Hal ini bisa dimungkinkan, karena dengan perawatan mesin maka dapat ditekan ongkos produksi di samping dapat pula ditingkatkan kapasitas produksi suatu mesin hingga estimate umur ekonomisnya.


(60)

Perbaikan efektivitas mesin merupakan suatu sistem pemeliharaan peralatan secara menyeluruh yang melibatkan partisipasi karyawan dan departemen melalui penerapan berbagai metode pemeliharaan dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, efektivitas dan efisiensi biaya pemeliharaan. Efektivitas (tepat saran) merupakan upaya untuk mencapai tujuan dengan waktu yang cepat dan tepat yaitu upaya yang dilakukan dengan perbaikan yang diorganisir dan dilaksanakan berdasarkan orientasi kemasa depan, dengan pengendalian dan dokumentasi mengacu pada rencana yang telah disusun sebelumnya. Sedangkan efisiensi (tepat guna) merupakan upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan segala aspek, atau faktor-faktor yang ditimbulkan dan melakukan penyelesaian masalah.

3.2. Defenisi Maintenance

Pada industri manufaktur mesin-mesin dan peralatan yang telah tersedia dan siap pakai dibutuhkan setiap saat proses produksi akan dimulai. Fungsi mesin/peralatan yang digunakan dalam proses produksi tersebut akan mengalami kerusakan sejalan dengan semakin menurunnya kemampuan mesin/peralatan tersebut, tetapi usia kegunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan secara berkala melalui suatu aktivitas pemeliharaan yang tepat. Menurunnya kemampuan mesin/peralatan ada dua jenis, yakni :

1. Natural Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan secara alami

akibat terjadi pemburukan/keausan pada fisik mesin/peralatan selama waktu pemakaian walaupun penggunaannya secara benar.


(61)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-37

2. Accelerated Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan akibat

kesalahan manusia (human error) sehingga dapat mempercepat

pemburukan/keausan mesin/peralatan karena mengakibatkan tindakan dan perlakuan yang tidak seharusnya dilakukan terhadap mesin/peralatan.

Kerusakan yang terjadi pada mesin/peralatan dapat terjadi karena banyak sebab dan terjadi pada waktu yang berbeda sepanjang umur mesin/peralatan tersebut digunakan. Oleh karena itulah dalam usaha mencegah dan berusaha untuk menghilangkan kerusakan yang mungkin timbul ketika proses produksi berjalan, dibutuhkan cara dan metode untuk mengantisipasinya dengan melakukan kegiatan pemeliharaan mesin/peralatan.

Pemeliharaan adalah semua tindakan teknis dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap baik dan dapat melakukan segala fungsinya dengan baik, efisien, dan ekonomis sesuai dengan tingkat keamanan yang tinggi. Sedangkan menurut Assauri, menyatakan pemeliharaan sebagai kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.

Pada dasarnya hasil yang diharapkan dari kegiatan pemeliharaan mesin/peralatan (equipment maintenance) mencakup dua hal sebagai berikut :

1. Condition maintenance yaitu mempertahankan kondisi mesin/peralatan agar

berfungsi dengan baik sehingga komponen-komponen yang terdapat dalam mesin juga berfungsi sesuai dengan umur ekonomisnya.


(62)

2. Replacement maintenance yaitu melakukan tindakan perbaikan dan penggantian komponen mesin tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan sebelum kerusakan terjadi.

3.3. Tujuan Maintenance

Maintenance dilakukan pada mesin/peralatan dengan maksud agar tujuan komersil perusahaan dapat tercapai dan juga kegiatan maintenance yang dilakukan adalah untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti terjadinya kerusakan yang terlalu cepat dimana kerusakan tersebut bisa saja dikarenakan keausan akibat pengoperasian yang salah. Karena maintenance adalah kegiatan pendukung bagi kegiatan komersil, maka seperti kegiatan lainnya, maintenance harus efektif, efisien dan berbiaya rendah. Dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka mesin/peralatan produksi dapat digunakan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama jangka waktu tertentu yang telah direncanakan tercapai.

Beberapa tujuan maintenance yang utama antara lain :

1. Untuk memperpanjang umur/masa pakai dari mesin/peralatan

2. Menjaga agar setiap mesin/peralatan dalam kondisi baik dan dalam keadaan dapat berfungsi dengan baik

3. Dapat menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk

produksi

4. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktunya


(63)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-39

5. Memaksimumkan ketersediaan semua mesin/peralatan sistem produksi

(mengurangi downtime)

6. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut. 7. Dapat mendukung upaya memuaskan pelanggan.

3.4. Jenis-jenis Maintenance

3.4.1. Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana)

Planned maintenance (pemeliharaan terencana) adalah pemeliharaan yang diorganisasi dan dilakukan dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu program maintenance yang akan dilakukan harus dinamis dan memerlukan pengawasan dan pengendalian secara aktif dari bagian maintenance melalui informasi dari catatan riwayat mesin/peralatan.

Konsep planned maintenance ditujukan untuk dapat mengatasi masalah yang dihadapi manajer dengan pelaksanaan kegiatan maintenance. Komunikasi dapat diperbaiki dengan informasi yang dapat memberi data yang lengkap untuk mengambil keputusan. Adapun data yang penting dalam kegiatan maintenance antara lain laporan permintaan pemeliharaan, laporan pemeriksaan, laporan perbaikan, dan lain-lain.

Pemeliharaan terencana (planned maintenance) terdiri dari tiga bentuk pelaksanaan, yaitu :

a. Preventive Maintenance (Pemeliharaan Pencegahan)


(64)

Preventive maintenance (pemeliharaan pencegahan) adalah tindakan-tindakan maintenance yang dilakukan ketika dan selama mesin/peralatan sedang beroperasi dengan baik, sebelum mesin/peralatan tersebut rusak yang bertujuan untuk menjaga agar mesin/peralatan tidak rusak dan mendeteksi gejala akan terjadinya kerusakan secara dini, sehingga dapat bertindak untuk mengadakan perbaikan sebelum mesin/peralatan mengalami breakdowns.

Gambaran yang diperoleh dari pengertian di atas adalah bahwa kegiatan pemeliharaan pencegahan yang paling penting adalah pemeriksaan (inspection), yang meliputi pemeriksaan terhadap semua mesin/peralatan produksi yang sesuai dengan rencana dan pembuatan laporan-laporan dari hasil pemeriksaan.

Dengan demikian semua fasilitas produksi yang dikenai preventive maintenance akan terjamin kelancaran kerjanya dan selalu diusahakan dalam kondisi atau keadaan yang siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi pada setiap saat. Sehingga dapatlah dimungkinkan pembuatan suatu rencana dan jadwal pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat dan rencana produksi yang lebih tepat.

b. Corrective Maintenance (Pemeliharaan Perbaikan)

Corrective maintenance (pemeliharaan perbaikan) adalah suatu kegiatan maintenance yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pada mesin/peralatan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Corrective maintenance menuntut para operator yang mengoperasikan mesin/peralatan untuk melaksanakan dua hal yang mencakup:


(65)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

I-41

1. Mencatat hasil yang diperoleh dari inspeksi harian mencakup semua

kerusakan-kerusakan yang timbul secara detil dan terperinci.

2. Secara aktif ikut berperan untuk memberikan ide-ide yang membangun bertujuan pencegahan terjadinya kerusakan mesin/peralatan dan mengantisipasi kondisi yang memungkinkan akan mengakibatkan kerusakan mesin/peralatan.

c. Predictive Maintenance (Pemeliharaan Perbaikan)

Predictive maintenance adalah tingkatan-tingkatan mainetenance yang dilakukan pada tanggal yang telah ditetapkan berdasarkan prediksi hasil analisa dan evaluasi data operasi yang diambil pada interval-interval waktu tertentu. Data rekaman yang untuk melakukan predictive maintenace itu dapat berupa data getaran, temperatur, vibrasi, flow rate dan lain-lainnya. Perencanaan predictive maintenance dapat dilakukan berdasarkan laporan oleh operator lapangan yang diajukan melalui work order ke departemen maintenance untuk dilakukan tindakan yang tepat sehingga tidak akan merugikan perusahaan.

3.4.2. Unplanned Maintenance (Pemeliharaan Tak Terencana)

Unplanned maintenance biasanya berupa breakdown/emergency

maintenance. Breakdown/emergency maintenance (pemeliharaan darurat) adalah tindakan maintenance yang tidak akan dilakukan pada mesin/peralatan yang masih dapat beroperasi, sampai mesin/peralatan tersebut rusak dan tidak dapat berfungsi lagi. Melalui bentuk pelaksanaan pemeliharaan tak terencana ini,


(1)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009. 25. Motor pintu bucket

Kegunaan : Untuk membuka dan menutup pintu bucket material Merek : TECO

Tegangan : 380 V Daya : 2,2 KW Cos : 0,8 Putaran : 1425 rpm Buatan : Singapur Tahun : 1997 Jumlah Mesin : 1 unit

Spare Part : Gear box

26. Mesin getar

Kegunaan : Untuk menggetarkan split Merek : TECO

Tegangan : 380 V Daya : 11 KW Cos : 0,8 Putaran : 1425 rpm Buatan : Singapur Tahun : 1997 Jumlah Mesin : 1 unit


(2)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009. 28. End Carriage

Kegunaan : Untuk menggerakkan portal Merek : Demag

Kapasitas : 10 ton Tegangan : 380 V Daya : 1,2 KW Cos : 0,82 Putaran : 2750 rpm Buatan : German Tahun : 2003 Jumlah Mesin : 14 unit

Spare Part : Gear box, magnet brake, rol spider, as roda, roda end carriage

29. Scraper

Kegunaan : Untuk menarik material di bak Merek : TECO

Tegangan : 380 V Daya : 7,5 KW Cos : 0,85 Putaran : 1450 rpm Buatan : Singapur Tahun : 2002


(3)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

Spare Part : Chaint, sprocket, sling

b. Peralatan

Peralatan merupakan sebagai alat bantu dalam melancarkan proses produksi mulai dari pengadaan bahan baku hingga penyimpanan produk jadi.

Adapun pembagian peralatan menurut fungsinya adalah : 1. Trolly

Fungsi : Untuk mengangkut cetakan dari suatu daerah kerja kedaerah kerja berikutnya

2. Sottener

Fungsi : Alat untuk menyaring air dari zat-zat yang dapat merusak steam boiler

3. Submer Sible Pump

Fungsi : Untuk memompa air dari dalam tanah 3. Lifting Beam

Fungsi : Merupakan tempat gantungan dari rantai atau sling pada hoist 4. Cetakan

Fungsi : Merupakan tempat untuk membentuk produk jadi sesuai dengan produksi yang dilakukan

5. Sapu cetakan

Fungsi : Untuk membersihkan sisa karat yang terdapat pada baja penguat dan ceceran material beton yang telah mengeras akibat pengangkutan sebelumnya


(4)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009. 6. Ring Heading (mur)

Fungsi : Alat yang dikaitkan pada baja dengan kawat pengikat, yang disusun lebih rapat pada ujung tiang untuk menahan beban instalasi dan untuk membentuk rangkaian tulangan agar tidak bergelombang.

7. Gegep

Fungsi : Alat yang digunakan pada proses perakitan tulangan (reinforcement assembly) yang dilakukan di cetakan

8. Kunci (impact tools)

Fungsi : Alat untuk mengencangkan seluruh baut yang digunakan pada proses perakitan tulangan ke cetakan.

10. Kuas

Fungsi : Alat untuk membersihkan cetakan dan ujung plate dari kotoran atau sisa adukan beton.

11. Tebeng cor

Fungsi : Alat yang dipasang pada kanan dan kiri cetakan bawah agar cetakan tidak bergeser ketika dicor.

9. Bak perawatan

Fungsi : Bak yang digunakan pada saat proses penguapan (steam curring) berlangsung dengan metode bak dimana produk beton yang masih dalam cetakan setelah dilakukan pemadatan ditempatkan dalam bak ini.

10. Terpal

Fungsi : Alat yang digunakan pada saat proses penguapan (steam curring) berlangsung dengan metode terpal dimana produk beton yang masih dalam


(5)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.

cetakan setelah dilakukan pemadatan ditutupi denganterpal ketika dilakukan penguapan.

11. Blander

Fungsi : Alat untuk memotong besi pra tegang berupa alat potong las yang digunakan pada saat pembukaan cetakan.

12. Mal penandaan (logo)

Fungsi : Digunakan sebagai cetakan untuk membuat logo perusahaan sebagai merek pada setiap produk jadi yang dibuat.

16. Hopper

Fungsi : Untuk memindahkan adukan beton dari pan mixer ke cetakan. 17. Chain Hoist

Fungsi : Untuk memindahkan cetakan dengan menggunakan rantai penulanggan.

18. Wire Rope Hoist

Fungsi : Untuk memindahkan cetakan dengan menggunakan sling 19. End Carriage

Fungsi : Untuk mengerakkan portal crane 20. Bridge Crane

Fungsi : Untuk mengangkat cetakan bawah dan end plate dari atas trolly ke tempat perakitan tulangan.

21. Portal Crane


(6)

Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009. 22. Bucket material

Fungsi : Untuk tempat menimbang material dan mendistribusikan ke mixer.

23. Roll spinning


Dokumen yang terkait

Perhitungan Tingkat Efektifitas Mesin Cane Mill Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness Sebagai Dasar Usulan Penerapan Total Productive Maintenance Pada Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II.

3 43 153

Study Peningkatan Overall Equipment Effectiveness Melalui Penerapan Total Productive Maintenance Di PTPN IV PKS Pasir Mandoge

19 90 160

Ulasan Perbaikan Effektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effektiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive maintenance Di PTPN IV Pabatu

3 63 161

Analisa Total Productive Maintenance Pada Mesin Thermoforming Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) di PT. Tirta Sibayakindo (TSI)

10 85 86

Analisa Total Productive Maintenance Pada Mesin Injection Molding Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) di PT. Tirta Sibayakindo (TSI)

15 105 92

Analisa Total Productive Maintenance Pada Mesin Thermoforming Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) di PT. Tirta Sibayakindo (TSI)

0 0 9

Analisa Total Productive Maintenance Pada Mesin Thermoforming Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) di PT. Tirta Sibayakindo (TSI)

0 0 2

Analisa Total Productive Maintenance Pada Mesin Thermoforming Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) di PT. Tirta Sibayakindo (TSI)

0 0 4

Analisa Total Productive Maintenance Pada Mesin Thermoforming Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) di PT. Tirta Sibayakindo (TSI)

0 0 9

USULAN PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS MESIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA PLANT LARGE VOLUME PARENTERAL PT SANBE FARMA CIMAREME UNIT III PROPOSED TOTAL PRODUCTIVE MAINTENA

2 4 9