Hasil Wawancara dengan Peserta Kelompok Belajar

pada satu group kelompok belajar. Hal ini bertujuan agar peneliti dapat langsung berinteraksi dengan anak – anak informan dan mengobservasi bagaimana komunikasi dan aktivitas anak – anak dalam kelompok belajar mereka.

IV.1.1 Hasil Wawancara dengan Peserta Kelompok Belajar

Berikut di bawah ini adalah narasi dari rangkuman jawaban – jawaban yang diperoleh peneliti dari wawancara dan observasi selama masa penelitian dari kesembilan informan – informan peserta kelompok belajar di lokasi penelitian. Nama Informan : Putri Sakinah Informan 1 Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 11 Tahun Kelas : 5 SD Sekolah : SD Negeri 104272 Ujung Rambung Asal Desa : Ujung Rambung Kelompok Belajar : Group II Tempat Tinggal : Dusun III Ujung Rambung Nama Orangtua : Bpk. Hermanto Pekerjaan Orang tua : aPetani Kesan pertama bila berkenalan dengan Putri Sakinah adalah seperti melihat sesosok anak yang cerewet dan selalu berceloteh. Perawakan Putri Sakinah menggambarkan dia adalah seorang anak perempuan yang hitam manis, berambut panjang, aktif dan banyak bicara. Putri adalah panggilan yang diberi teman – temannya kepada dirinya didalam kelompok belajarnya. Bagi anak perempuan yang berusia sebelas tahun ini, dapat masuk dan ikut kelompok belajar YAS merupakan suatu kesempatan baginya untuk memambah ilmu dan ajang tempat untuk menambah lebih banyak pertemanan dengan orang lain. Inilah jawaban Putri pada saat ditanya alasannya bergabung dikelompok belajar YAS “Ikut gabung les disini biar makin pinter dan makin nambah banyak teman doank miss, lagian daripada di rumah kan lebih baik belajar miss” ungkapnya sambil tersenyum. Sedikit tentang latarbelakang keluarga Putri, anak ini ternyata merupakan anak satu - satunya dari keluarga bapak Hermanto. Putri menceritakan bahwa ayahnya bekerja sehari – hari sebagai petani desa. Kehidupan keluarga mereka Universitas Sumatera Utara tergolong sangat cukup berada, karena sawah yang diolah ayahnya adalah sawah milik keluarga sendiri. Kondisi keluarga yang mapan tidak mengharuskan ibu Putri untuk bekerja. Jadi dalam keseharian ibu Putri adalah seorang ibu rumah tangga. Walau demikian, ibu Putri tetap mencari kegiatan yang bisa menyibukkan dirinya tanpa harus keluar rumah. Mereka membuka usaha warung kecil – kecilan yang menjual kebutuhan sehari – hari selain untuk tambahan nafkah juga untuk membuat mereka tetap beraktifitas. Walau Putri anak satu – satunya dari keluarga Bapak Hermanto bukan berarti dia menjadi anak kesayangan dan dimanja oleh orang tuanya. Bila sedang tidak bersekolah atau ikut kelompok belajar, Putri dengan senang hati membantu orang tuanya dengan menjaga warung jualan ibunya. Putri mulai bergabung dalam kelompok belajar YAS sejak bulan Januari 2013 hingga saat ini. Memang kelompok belajar di dusun Ujung Rambung ini merupakan lokasi yang masih baru saat program bantuan belajar YAS mulai mengembangkan program mereka. Program belajar ini dimulai sejak bulan Januari awal tahun 2013. Jadwal pertemuan untuk kelompok belajar biasanya sekali dalam seminggu. Di desa Unjung Rambung sendiri, jadwal untuk kelompok belajar atau biasa mereka sebut dengan istilah les, adalah setiap hari Kamis jam 14.00 – 17.00. Anak – anak yang telah mendaftar sebelumnya, akan berkumpul terlebih dahulu, terlihat bahwa mereka juga aktif untuk mengajak menjemput teman – teman mereka yang belum untuk bergabung dikelompok belajar untuk belajar bersama – sama. Kelompok belajar di di dusun ini masih memiliki sekitar 26 orang anak yang terbagi dalam 3 group. Sebelum belajar kelompok dimulai, dan sambil menunggu teman – teman mereka yang lain datang, anak – anak yang sudah berkumpul mengisi waktu dengan bercerita dengan teman – teman mereka yang lain, ada juga yang asyik membaca majalah anak – anak yang memang telah dibawa oleh staff pengajar YAS untuk mengisi waktu mereka. Di dalam kelompoknya, Putri terlihat sedang asyik membaca majalah yang ada padanya, sesekali dia berbicara dengan temannya tentang gambar atau hal yang menarik perhatian dari apa yang dilihatnya dalam majalah itu dan sekali – kali mereka tertawa gembira. Putri adalah anak yang baik, ramah, aktif dan pandai bergaul dengan teman – teman Universitas Sumatera Utara dikelompoknya. Setelah semua anak berkumpul dan waktu menunjukkan jam 14.00, kelompok belajar pun dimulai Tiap – tiap anak dibagi lembar materi pelajaran dan lembar tugas yang nantinya harus dikerjakan. Pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung, Putri dan teman sekelompoknya memberikan perhatian kepada materi yang sedang diajarkan. Namun sesekali terlihat Putri berbisik – bisik dengan temannya menceritakan sesuatu. Sewaktu proses belajar mengajar Putri termasuk murid yang suka berkicau, sekali – kali terdengar suara kecilnya bertanya kepada temannya dan kepada peneliti, yang pada sesi itu mendapat kesempatan sebagai pengajar di group III dimana Putri bergabung, “miss, ini soalnya Putri nggak ngerti miss, maksudnya apa ya miss?” disambut lagi dengan suara temannya yang lain yang juga berkata “iya miss, ini kami nggak ngerti miss? Susah miss..” Lalu miss yang mengajar memberikan penjelasan akan pertanyaan yang tadi mereka kurang mengerti. Putri termasuk salah satu anak yang suka bertanya selain David Gunawan teman sekelompoknya apabila dia tidak mengerti tentang pelajaran yang diberikan atau juga sekedar memastikan bahwa apa yang dikerjakannya benar. Anak kecil belia ini juga memiliki rasa kepedulian kepada teman sekelompoknya. Dia dengan senang hati membantu mengajari temannya apabila temannya bertanya kepadanya. Saat waktu pembahasan soal tiba, Putri dengan semangat ingin mendapat giliran untuk maju kedepan dan mengerjakan soal yang dianggapnya mampu dikerjakannya. Pada sesi kedua, materi yang diberikan adalah belajar bahasa Inggris. Tidak berbeda seperti di sesi pertama sebelumnya, Putri dan teman – teman sekelompoknya terlihat masih bersemangat dan kali ini lebih banyak melatih bagaimana mengucapkan kosa kata bahasa Inggris dan menghafal vocabulary. Setelah selesai belajar, peneliti bertanya kepada Putri “apa yang membuat dirinya senang belajar dikelompok belajar ini dan apa perbedaan sistem pengajaran di sekolah dan di kelompok belajarnya” Putri menjawab “Temen – temennya baik dan menyenangkan dan miss yang mengajar lebih sabar. Beda kalau di sekolah banyak yang jahat” Hal ini membuat Putri lebih merasa nyaman belajar di kelompok belajar ini daripada di sekolah. Putri juga merasa lebih mudah Universitas Sumatera Utara mengerti pelajaran di kelompok belajarnya dikarenakan dukungan dari teman – teman yang mudah diajak untuk berdiskusi. Hal lain juga ditambahkan oleh Putri bahwa pelajaran yang didiskusi dengan teman – teman lebih mudah untuk diingat daripada bila belajar sendirian di rumah. Pelajarannya yang diberikan dari YAS juga tidak terlalu sulit dan terbatas hanya pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris. Putri juga menjelaskan bahwa miss yang pengajar juga mau memberi bimbingan untuk beberapa tugas – tugas sekolah yang kurang dimengerti karena terbatasnya waktu belajar dan guru di sekolah yang tidak selalu ada untuk membimbing. Setelah selesai belajar, Putri memberi waktu untuk bercengkrama dengan beberapa teman – temannya sebelum berpamitan pulang. Keramahan dan kemampuannya yang lumayan baik dalam pelajaran membuat teman – temannya merasa nyaman untuk berdiskusi dengan dirinya. Universitas Sumatera Utara Nama Informan : David Gunawan Informan 2 Jenis Kelamin : Laki - Laki Usia : 13 Tahun Kelas : 6 SD Sekolah : SD Negeri 104272 Ujung Rambung Asal Desa : Ujung Rambung Kelompok Belajar : Group II Tempat Tinggal : Dusun III Ujung Rambung Nama Orangtua : Bpk. Sulman Pekerjaan Orang tua : PetaniPembajak Sawah Dari arah yang tidak terlalu jauh, seorang anak datang dengan bersepeda sambil berteriak kepada anak – anak yang sedang berdiri di halaman “awas” Anak itu berhasil mengontrol sepeda dan memarkirkannya dihalaman rumah. Itulah kesan pertama peneliti berkenalan dengan David Gunawan. Dia bertubuh besar dan berkulit kecoklatan dengan gaya rambut yang dirias meyerupai gaya rambut artis di televise. David Gunawan yang biasa dipanggil oleh teman – temannya dengan sebutan Wawan, tidak seperti anak – anak yang lain didalam kelompoknya. Wawan anaknya kelihatannya seolah- olah seorang anak yang bandel, cuek, suka menyela pembicaraan teman – temannya yang lain, dan sangat aktif selalu bergerak kesana kemari. Perawakan Wawan yang gemuk ternyata tidak membatasi gerakannya berjalan kesana – kemari dan seraya berteriak dengan suara yang cukup keras ketika berbicara dengan temannya. Dengan menggunakan sepeda bututnya, Wawan mulai berteriak memanggil – manggil temannya “woi, ayo cepat sini, uwes ga usah main terus, nanti aja lagi mainnya” yang sedang bermain di sekitar tempat dimana kelompok belajar akan dimulai. Tidak puas dengan perhatian yang hanya sedikit dari teman – temannya, dia pun mendatangi mereka untuk mengajak temannya untuk bergabung dan ikut belajar bersama dengannya. Usaha Wawan ternyata tidak sia – sia. Kelompok belajar yang awalnya hanya tiga orang bertambah menjadi delapan orang dan makin bertambah walaupun sebagian dari mereka datang terlambat. Nantinya setelah beberapa lama memperhatikan Wawan, ternyata dia anak yang baik dan sangat antusias dalam mengikuti pelajaran di kelompok belajarnya. David Gunawan memiliki penampilan yang biasa dan sederhana. Dia berasal dari keluarga yang berkecukupan. Orang tuanya bapak Sulman, sehari – hari Universitas Sumatera Utara bekerja sebagai petani disawah milik keluarga mereka sendiri, walau kadang – kadang mendapat pekerjaan sampingan lainnya yaitu sebagai jetor bila dipanggil oleh orang lain. Istilah jetor adalah panggilan bagi orang yang bekerja membajak sawah dengan bantuan mesin jet pembajak dengan tidak menggunakan bantuan hewan. Kesan cuek ternyata tidak selamanya benar, selama proses belajar mengajar berlangsung, Wawan termasuk salah satu anak yang aktif dalam menjawab pertanyaan apabila miss, panggilan anak – anak di dalam kelompok selama prose belajar mengajar berlangsung, yang mengajar memberikan beberapa pertanyaan di kelompok tersebut. Berbeda dengan Putri yang lebih banyak berdiskusi dengan teman – temannya. Dia terlihat mengerutkan dahi kepalanya saat mencoba mengerjakan tugas yang diberikan pada lembar kedua dari materi pelajaran hari itu. Wawan bukanlah anak yang gampang menyerah dan langsung bertanya kepada temannya. Bila dia kurang mengerti, dia mencoba mengerjakan apa yang diketahuinya terlebih dahulu. Kemudian dia menunjukkan hasil pekerjaan untuk terlebih dahulu diperiksa oleh miss yang mengajar apa sudah benar atau masih kurang. Begitulah cara dia mengerti dan menerima pelajarannya. Wawan juga sering menunjuk tangan ke atas, yang beratrti dia bersedia maju ke depan untuk mengerjaan soal yang diberikan di papan tulis. Wawan termasuk anak yang berani dan tidak malu bertanya apabila dia kurang mengerti materi pelajaran yang sedang di bahas di dalam kelompok belajarnya. Dan Wawan selalu bersedia membantu mengajari teman – temannya yang lain jika ada yang bertanya padanya. Ketika ditanya peneliti “mana yang lebih menarik belajar di kelompok belajar ini atau di sekolah?” Wawan menjawab, “Sebenernya dua – duanya menarik miss, cuman di sekolah lebih ramai teman – temannya” Sama pada umumnya anak laki – laki yang lain, Wawan suka membuat sensasi dan menarik perhatian di depan teman – temannya. Wawan sering sekali bercanda yang membuat tawa yang riang dari teman sekelompoknya. Ketika ditanya lagi “apa kira –kira yang membuat adik terus mau belajar dalam kelompok ini? Dan pendapat Wawan tentang miss yang mengajar?” Wawan menjawab “ya, masih maulah miss terus belajar..soalnya miss yang ngajar baik, pelajarannya gampang dimengerti dan bisa nambah temen juga” Universitas Sumatera Utara Nama Informan : Iwadana Nasution Informan 3 Jenis Kelamin : Laki - Laki Usia : 12 Tahun Kelas : 6 SD Sekolah : SD Negeri Sukajadi Asal Desa : Kampung Besar II Terjun Kelompok Belajar : Group III Tempat Tinggal : Dusun VII Terjun Nama Orangtua : Bpk. Zulkifli Nasution Pekerjaan Orang tua : Pekerja di Perusahaan Adolina Jadwal kelompok belajar untuk hari Rabu adalah kelompok belajar di desa Kampung Besar II Terjun. Pada saat team pengajar YAS tiba di rumah tempat anak – anak biasanya belajar telah ramai. Ternyata mereka telah datang lebih awal. Berbeda dengan desa di Ujung Rambung, di sini peserta kelompok belajarnya lebih banyak bahkan ada seorang anak yang belum masuk sekolah, ternyata gabung di kelompok I, yaitu kelompok anak kelas I dan anak yang masih belum mahir membaca. Peneliti mendapat kesempatan untuk mengajar di kelompok belajar group III. Setelah semua berkumpul, kurang lebih peserta kelompok belajar yang hadirr di dalam group III berjumlah 15 orang. Untuk memulai proses belajar mengajar, anak – anak mendapatkan 2 lembar bahan yaitu lembar pertama untuk penghantar teori dan lembar tugas. Sebelum mengerjakan tugasnya, materi pelajaran terlebih dahulu dijelaskan kepada anak – anak agar mereke lebih mengerti. Iwa, panggilan Iwadana Nasution dari teman – teman sekelompok belajarnya kepada dirinya. Perawakan Iwa sangat sederhana, dan tidak terlalu banyak berbicara. Menurut teman – temannya Iwa berbicara hanya seperlunya saja. Iwa memaparkan bahwa dirinya tidak tinggal bersama orang tua kandungnya. Dia diangkat menjadi anak oleh bibi, adik dari ibu kandungnya. Bibinya sehari – hari bekerja sebagai pegawai kecil di perkebunan kelapa sawit milik PT. Adolina di daerah tersebut. Bibinya yang tidak memiliki anak, mengganggap Iwa sudah seperti anak kandung sendiri dan sangat sayang serta perduli akan pendidikan Iwa, tutur miss Siti menjelaskan latarbelakang keluarga Iwa. Universitas Sumatera Utara Sikap Iwa yang tidak banyak bicara dan cenderung bersikap pendiam pasif, tidak mengurangi penilaian teman – temannya pada dirinya karena memang dia anak yang baik dan sopan. Pembawaannya yang sederhana dan tenang membuat teman – temannya sayang dan perduli padanya. Sehingga walaupun dia dalam kelompok belajarnya adalah satu – satunya anak laki – laki dalam group III, dia tetap merasa semangat dan selalu antusias untuk tetap datang setiap kali ada kelompok belajar berlangsung. Walaupun dia anak laki – laki satu – satunya, namun prilaku dan sikapnya tidak menunjukkan kebosanan atau minder ketika berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman – teman di kelompoknya. Pada sesi belajar kali ini, sistem belajarnya sedikit diubah kedalam kelompok – kelompok kecil yang terdiri dari dua hingga tiga peserta dalam satu kelompok. Iwa mendapat teman kelompok Saskia Citra. Saskia yang masih duduk di kelas V SD lebih banyak dibimbing oleh Iwa dalam mengerjakan tugas kelompok yang diberikan oleh guru kepada tiap – tiap kelompok. Tugas kelompok tersebut adalah soal Matematika tentang bangun ruang, yang harus dapat dikerjakan dalam waktu 45 menit. Dengan keaktifannya baik bertanya untuk klarifikasi soal dan juga membantu Saskia untuk mengerti cara – cara mengerjakan soal mereka, Iwa terlihat mampu memimpin kelompoknya. Iwa dan Saskia juga tidak malu bertanya kepada guru mereka untuk dibimbing pada saat ada soal yang mereka kurang mengerti dan rumus yang harus digunakan untuk mengerjakan soal tersebut. Sekali – sekali mereka mencari jawaban peneguhan kepada teman kelompok lain yang mereka anggap mampu menolong mereka. Pada waktu ditanya oleh peneliti, apakah Iwa menikmati dan senang dengan kelompok belajarnya baru saat ini, Iwa menjawab sangat senang dan menikmati. Karena bagi Iwa yang paling penting bergabung dalam kelompok belajar ini adalah untuk mendukungnya dalam pelajaran di sekolah, jadi tidak terlalu masalah bila hanya dia seorang diri peserta anak laki – laki. Peneliti juga ingin tahu apakah Iwa akan terus bergabung dalam kelompok belajar ini apabila dia telah lulus SD, Iwa menjawab dia masih sangat ingin belajar dikelompok ini karena teman – temannya sudah seperti saudara buat Iwa, namun orang tuanya akan dijadwalkan untuk dipindahkan dari tempat orang tuanya bekerja dan Iwa harus ikut dengan ayah dan ibunya. Universitas Sumatera Utara Nama Informan : Shella Octaviana Informan 4 Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 13 Tahun Kelas : 1 SLTP Sekolah : SMP Negeri 1 Pantai Cermin Asal Desa : Kampung Besar II Terjun Kelompok Belajar : Group III Tempat Tinggal : Dusun VII Terjun Nama Orangtua : Ibu. Ani Pekerjaan Orang tua : Penjual makanan ringan kue kering Berbeda dengan Iwadana yang merupakan satu – satunya murid laki – laki di kelompok belajar group III, Shella Octaviana adalah murid satu – satu yang sudah duduk di bangku SMP. Walau Shella sekarang sudah duduk di bangku kelas I SMP tetapi dia begitu antusias mengikuti pelajaran yang ada di kelompok belajarnya. Pada waktu diwawancari oleh peneliti yang juga mengambil bagian untuk mengajar di group III, dimana Shella berada, anak yang berambut panjang ini dengan girang memberi jawaban “Shella nggak mau malu miss Kan lesnya ada dirumah Shella, nggak musti pergi jauh, tidak ada biaya, kelompok belajarnya gampang dan miss yang ngajarnya datang langsung kerumah” Memang ketepatan lokasi kelompok belajar yang dilaksanakan YAS di dusun VII Terjun ini, menggunakan teras rumah Shella yang cukup luas. Suasana di sekitar rumah Shella banyak pohon rindang sehingga membuat kondisi belajar nyaman dan segar. Orang tua Shella dengan tangan terbuka menerima YAS dan anak – anak peserta kelompok belajar untuk memakai halaman teras rumah mereka dipakai untuk berlangsungnya proses belajar mengajar dengan baik Sedikit dari latarbelakang kehidupan keluarga Shella yang merupaka keluarga sangat sederhana. Orang tua laki – laki Shella sudah tidak ada, bersama dengan tiga orang saudara perempuannya, dua kakak dan satu adik perempuannya Citra yang juga ikut dalam kelompok belajar group II, bersama ibunya mereka membantu menjual kue – kue kering yang dibuat oleh ibunya. Shella seolah – olah sudah terlatih untuk hidup mandiri dan tetap semangat. Perilakunya yang riang dan selalu antusias dalam belajar memberikan pengaruh tersendiri di dalam kelompoknya. Universitas Sumatera Utara Faktor tingkat kelas dan usia Shella yang lebih tinggi diantara teman – teman sekelompok membuat Shella sering dijadikan tempat bertanya bagi teman – temannya yang membutuhkan bantuan belajar. Shella terlihat lebih dewasa dan mampu mengayomi anak – anak yang lain dalam kelompok itu. Dalam menerima dan mengerti materi pelajaran, Shella termasuk anak yang cepat menangkap materi yang diberikan oleh staff pengajar dari YAS. Tentu saja mudah bagi Shella untuk mengerti hampir semua pelajaran yang diberikan karena dia telah melewati hampir seluruh materi tersebut pada saat dia dibangku SD. Sifatnya yang terbuka, tidak sombong dan kekakak-an membuat anak – anak lain cendrung lebih memilih bertanya kepadanya daripada datang kepada “miss” staff pengajarnya. Lebih dari dua tahun Shella telah bergabung dalam kelompok belajar ini. Kedekatannya dengan teman – teman dan staff pengajar YAS lah yang membuatnya merasa nyaman untuk terus ikut dalam kelompok belajar YAS. Staff pengajar yang sudah dianggap seperti kakak sendiri memberi kesan khusus hingga bagi Shella untuk memutuskan terus mengikuti kelompok belajar YAS. Shella berkata “Kalau di kelompok belajar disini, murid - muridnya kan nggak banyak, missnya perhatian banget seperti sahabat. Sedangkan kalau disekolah saingan banyak dan susah untuk dapat juara kelas. Teman – teman disini saling perhatian semua” sewaktu ditanya alasanya mengapa masih tetap tinggal dikelompok belajarnya. Menjadi orang yang sedikit lebih “pintar” dalam kelompok belajarnya ini, memberikan rasa percaya diri dalam diri Shella yang sebentar lagi akan duduk dibangku kelas II SMP ini. Universitas Sumatera Utara Nama Informan : Dwita Putri Informan 5 Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 12 Tahun Kelas : 6 SD Sekolah : SMP Negeri 1 Pantai Cermin Asal Desa : Kampung Besar II Terjun Kelompok Belajar : Group III Tempat Tinggal : Dusun VII Terjun Nama Orangtua : Bpk. xxxx Pekerjaan Orang tua : Petani Dwita Putri, anak perempuan yang berusia 12 tahun ini, yang biasa mendapat panggilan akrab Wiwik dari teman – temannya bermain di kelompok belajar group III maupun di rumah, terlihat tenang dan santai. Tidak jauh berbeda dengan teman – temannya yang lain, Wiwik juga berasal dari keluarga yang tergolong sederhana. Orang tuanya bekerja sebagai petani untuk mencukupi kebutuhan keluarga mereka sehari – hari. Wiwik menceritakan bahwa sebagai anak yang paling tua dalam keluarganya, dia harus membantu ibunya membersihkan dan menjaga adiknya tatkala orangtuanya pergi bekerja. Walaupun orang tua Wiwik seorang petani namun dapat diambil kesimpulan bahwa orang tuanya memiliki harapan besar agar Wiwik menjadi anak yang pintar dan berhasil dalam pendidikannya. Wiwik dan adiknya di dukung oleh orang tua mereka untuk mengikuti pelajaran tambahan dari program belajar yang di berikan YAS. Pada awalnya peneliti menduga Wiwik mendapat informasi tentang kelompok belajar YAS ini dari teman – teman bermainnya tetapi pada saat peneliti bertanya pada Wiwik dari mana informasi tentang kelompok belajar ini, Wiwik menjawab dengan tenang “Bapak yang kasih tau miss dan Wiwik sama adik Wiwik disuruh ikut biar dapat rangking kelas.” Ternyata informasi tentang bantuan belajar YAS ini diterima dari bapak kepala dusun, yang menyebarkan informasi ini kepada warga dusunnya. Dalam beberapa kali pertemuan dimana peneliti yang juga mendapat kesempatan untuk menjadi pengajar sementara di kelompok belajar group III, Wiwik memang seorang anak yang pembawaannya tenang namun tetap dapat berbaur dengan yang lainnya. Walau tidak se-“popular” Shella, Wiwik memiliki kesan yang tersendiri buat teman – temannya karena sifatnya yang ramah dan Universitas Sumatera Utara tenang tersebut. Selama mengikuti kelas belajar, Wiwik terlihat sungguh – sungguh dalam memperhatikan materi pelajaran yang diberikan dan juga pada saat mengerjakan tugas – tugas yang diberikan setelah teori dijelaskan terlebih dahulu. Wiwik bukan juga anak yang pendiam atau pasif, ketika dia kurang mengerti pelajaran atau tugas yang diberikan, dia berani berinisiatif untuk bertanya kepada temannya yang lain dikelompok tersebut. Kemudian terlihat dia berdiskusi dengan teman – temannya untuk mengerjakan tugas yang diberikan kepada mereka. Pada saat waktu istirahat, peneliti menggunakan kesempatan bertanya kepada Wiwik, apa yang membuat dirinya tertarik untuk bergabung dalam kelompok belajar YAS ini, Wiwik menjawab “Ya..Wiwik sebenarnya dua – duanya senang baik belajar di sekolah maupun belajar di kelompok belajar YAS, tapi lebih menyenangkan belajar disini miss, karena teman – teman disini baik, mudah di ajakin diskusi, boleh bertanya dan juga teman – teman disini suka bercanda. Jadi setiap belajar rasanya jadi nyaman dan santai miss.” Minat dan semangat Wiwik dan teman – temannya untuk belajar melalui program kelompok belajar YAS ini terlihat jelas. Anak – anak begitu gembira ketika mengikuti proses belajar mengajar yang di laksanakan dalam waktu kurang lebih dua jam. Wiwik terlihat antusias dalam mengikuti pelajaran yang diberikan baik itu untuk mata pelajaran Matematika maupun pelajaran bahasa Inggris. Dia selalu berusaha untuk mengerjakan tugas – tugasnya sendiri, ketika dia mengalami kesulitan dia juga tidak malu bertanya baik kepada temannya dan juga kepada staff pengajar YAS. Wiwik mengungkapkan bahwa materi pelajaran di kelompok belajar YAS ini cukup mudah untuk dimengerti dan tidak sesulit materi pelajaran di sekolah yang juga kadang – kadang tidak diberikan penjelasan cukup dari guru di sekolah. Dan ditambahkannya kalau belajar di sekolah sulit untuk berkonsentrasi karena banyak teman – teman sekelasnya membuat keributan atau bermain bercerita ketika guru sedang menerangkan. Dari penjelasan Wiwik, terlihat bahwa dia ingin sekali menjadi yang terbaik juara dalam kelompok belajarnya ini. Wiwik mengungkapkan bahwa dia juga ingin menjadi juara kelas supaya orang tuanya bangga padanya. Universitas Sumatera Utara Nama Informan : Mohamad Ridwan Informan 6 Jenis Kelamin : Laki - Laki Usia : 9 Tahun Kelas : 3 SD Sekolah : SD Negeri Sukaramai Asal Desa : Cilawan Kelompok Belajar : Group II Tempat Tinggal : Dusun VIII, Cilawan Nama Orangtua : Bpk. Salam Pekerjaan Orang tua : Agen sayur – sayuran Sawi Ridwan berasal dari keluarga yang berada di desa mereka tinggal yaitu di dessa Cilawan dusun VIII. Ayah bekerja sehari – hari sebagai agen penampung sayur – sayuran dari para petani – petani di beberapa desa yang ada di sekitarnya. Setiap pagi sayur – sayuran itu akan dibawa ke kota Medan untuk ditolak dijual kemudian. Walaupun tergolong dari keluarga yang berada, Ridwan tetap ramah dan baik terhadap teman – temannya dikelompok belajar. Kesan pertama peneliti dengan Mohamad Ridwan, anaknya pendiam dan tenang. Dalam sesi pertama kelompok belajar yang pada saat itu sedang membahas mata pelajaran Bahasa Indonesia, Mohamad Ridwan yang biasa dipanggil akrab dengan Ridwan oleh teman – temannya terlihat tidak banyak bicara dan diam. Tingkah lakunya yang cukup pasif memberikan kesan seolah – olah Ridwan tidak memiliki minat untuk mengikuti kelompok belajar pada sesi pertama itu. Setelah sesi pertama selesai, anak – anak dikelompok belajar group II mendapat giliran untuk istirahat ± 10 menit. Sungguh mengherankan melihat Ridwan yang tiba – tiba berubah sangat periang hingga terkesan ribut. Pada saat snack dibagikan, Ridwan terlihat kegirangan dan malah sekali – kali dia menggoda anak perempuan teman sekelompoknya. Dia berjalan mondar – mandiri memperhatikan anak – anak yang lain dan terlihat sekali – kali dia menyela pembicaraan teman – temannya yang lain. Sesi kedua pelajaran pun kembali dimulai. Pada sesi kedua ini materi pelajaran yang diberikan adalah Matematika. Ridwan yang tadinya di sesi pertama terlihat pasif dan banyak diam, mulai menunjukan perubahan yang cukup signifikan. Di sesi ini, dia begitu serius memperhatian materi yang diterangkan oleh staff pengajar YAS. Materi yang diberikan yaitu tentang bangun datar. Universitas Sumatera Utara Setelah memberikan penjelasan dan beberapa contoh, anak – anak diberi tugas untuk mengerjakan pertanyaan – pertanyaan seputar materi yang telah diajarkan tadi. Seperti magnet, semua perhatiannya terfokus pada pelajarannya dan bagaimana dia mengerjakan dan menyelesaikan pertanyaan – pertanyaan yang ada pada selembar kertas yang sebelumnya telah diberikan oleh miss yang mengajar. Dengan antusias Ridwan mulai bertanya kepada miss pengajar “miss, ini gambarnya trapesium kan miss?” “Kalau, trapesium rumus menghitung luas yang mana miss?” yang pada kesempatan itu membahas tentang beberapa bangun datar dan terdapat soal tentang bagaimana menghitung luas bangun datar trapesium. Dahinya berkerut memberikan tanda bahwa dia masih memerlukan penjelasan dari miss yang mengajar. Setelah mendapat penjelasan yang diharapkannya Ridwan kembali fokus pada kertas buku lembar jawabannya. Selang beberapa lama kemudian, lembar jawaban harus dikumpulkan semua. Ternyata masih ada beberapa anak – anak yang belum mengerti penuh tentang materi pelajarannya sehingga beberapa mereka kurang mampu untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Maka, pengajar peneliti mengambil insiatif untuk membahas beberapa soal yang masih tergolong sulit. Staff pengajar meminta kepada siapa yang bisa mengerjakan soal yang dianggap tadi begitu sulit bagi mereka, Ridwan dengan suara yang hampir setengah berteriak dan menunjuk tangan ke atas berkata “Saya bisa miss Saya aja ya miss ya?” Dengan gembira Ridwan berjalan ke depan papan tulis white board dan mengerjakan soal tentang menghitung luas trapesium sembari menggambar kembali bangun datar trapesium. Sekali – kali Ridwan melihat staff pengajarnya peneliti dan berkata “kayak gini kan miss?” atau “ini benar kan miss?” hingga jawaban selesai dikerjakan dengan benar dan teman – teman yang lain pun berseru “oh gitu ya miss” Selesai belajar, peneliti bertanya kembali kepada Ridwan,”mengapa di sesi pertama tadi kok Ridwan sepertinya tidak semangat? Gak suka ya dengan pelajaran Bahasa Indonesia?” Dengan suara lembut dia menjawab “Suka sih miss tapi pelajarannya kurang menantang miss” peneliti juga bertanya bagaimana perasaan dan motivasi Ridwan setelah bergabung di kelompok belajar ini. Ridwan merespon dengan memberi jawaban “ya senangalah miss. Disina ada banyak teman dan Missnya baik, nggak pernah marah dan kalau menjelaskan pelajaran Universitas Sumatera Utara mudah dimengerti.” Dengan senyum lembut peneliti membelai kepada anak yang sudah kembali terlihat riang dan bersemangat itu. Ridwan juga memaparkan bahwa pelajaran di kelompok belajar ini tidak terlalu sulit karena hanya ada tiga materi yang diberikan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika. Sesekali ada juga materi tambahan yaitu belajar menulis tulisan latin tulisan halus kasar. Ditanya lebih lanjut mengapa Ridwan tertarik bergabung dalam kelompok belajar ini, jawaban yang dilontarkan tidak jauh berbeda dengan teman – temannya yang lain, “di sini teman – teman dan gurunya baik semua miss. Mau ngajarin dan kita belajarnya saling berdiskusi miss. Jadinya pelajarannya lebih mudah dimengerti” Ridwan memiliki teman yang cukup dekat dalam kelompok belajarnya ini bernama Suhendri. Suhendri juga menjadi salah satu informan yang akan berbagi kesan – kesannya berikutnya. Universitas Sumatera Utara Nama Informan : Suhendri Informan 7 Jenis Kelamin : Laki - Laki Usia : 9 Tahun Kelas : 3 SD Sekolah : SD Negeri Sukaramai Asal Desa : Cilawan Kelompok Belajar : Group II Tempat Tinggal : Dusun VIII, Cilawan Nama Orangtua : Bpk. Andot Pekerjaan Orang tua : Buruh HarianNgebal Sawi Hendri panggilan akrab teman – teman Suhendri terhadap dirinya. Anak yang bertubuh kecil terlihat lincah menghampiri teman – temannya pada saat tiba di lokasi tempat kelompok belajar di desa Cilawan akan diadakan. Hal yang paling mengesankan ketika pertama kali peneliti mengenal Hendri yaitu pribadinya yang sangat terbuka, begitu akrab dengan teman – temannya. Mengapa tidak, bila dilihat dari kondisi tubuhnya yang kecil dan hanya memiliki tangan kiri yang berfungsi, anak ini begitu berbeda pribadinya dari teman – temannya baik yang berada di group I dan III. Dia terlihat sangat percaya diri dan aktif. Hendri sama sekali tidak minder dengan kondisi tubuhnya tersebut dan terlihat teman – temannya juga sangat menghargai dan menyayangi Hendri. Latarbelakang keluarga Hendri dari keluarga yang sederhana. Orang tuanya bekerja sebagai buruh harian untuk “mengebal” sawi. Istilah mengebal maksudnya adalah mengumpulkan sawi – sawi dalam satu ikatan, yang kemudian akan ditimbang beratnya dan dijual ke agen – agen. Upah keseharian orang tuanya adalah tiga puluh ribu hingga lima puluh ribu, tergantung seberapa banyak ikatan – ikatan sawi dapat dikerjakan. Hendri mendapat informasi tentang kelompok belajar ini dari orang tua temannya yang bernama Widia yang juga bergabung dalam kelompok belajar namun ada di group III. Orang tua Widia memberitahukan kepada orang tua Hendri. Orang tua Hendri sangat mendukung anak – anak mereka untuk mengikuti program belajar YAS ini, terlebih lagi tidak mengeluarkan biaya yang besar. Begitulah Hendri dan adiknya Nurlela yang juga menjadi salah satu informan dari kelompok belajar group II akhrinya bergabung dalam kelompok belajar ini. Lokasi dimana tempat kelompok belajar diadakan dengan lokasi rumah Universitas Sumatera Utara Hendri cukup jauh, namun berkat bantuan dari beberapa teman – temannya yang setia kawan, yang memiliki sepeda, Hendri dan adiknya Nurlela selalu dapat tumpangan untuk pergi dan pulang dari belajar kelompok. Tidak hanya pandai bergaul dan memiliki humor yang baik, Hendri juga ternyata salah satu anak yang lumayan cepat dan menangkap materi pelajaran yang diberikan. Sikapnya yang tidak malu bertanya membuat dia terkesan sedikit ribut dalam groupnya. Sering sekali dia mengeluh untuk mendapatkan perhatian dari teman – temannya atau bahkan guru yang mengajar “aduh miss, ini maksud soalnya apa miss? Enggak ngerti miss saya?” Tidak jarang, Hendri mendekati beberapa teman – teman perempuannya untuk meminta bantuan mereka apabila dia merasa kesulitan atau hanya sekedar untuk mencari kecocokan jawaban dari soal – soal yang diberikan oleh pengajar YAS. Teman terdekat Hendri adalah Ridwan, mereka terlihat akrab dalam belajar ataupun di saat jam istirahat. Pada saat istirahat selain memberikan snack untuk cemilan anak – anak, YAS juga menyediakan majalah bacaan untuk anak – anak peserta kelompok belajar guna mengisi waktu sebelum dimulai belajar, pada saat istirahat atau sehabis kelompok belajar selesai. Pada jam istirahat, Hendri dan Ridwan begitu antusias melihat salah satu majalah bola. Mereka sekali kali meyerukan kegirangan mereka akan gambar atau isi bacaan majalah bola tersebut. Hendri begitu menikmati tidak saja belajar di kelompoknya namun juga persahabatan yang terjalin dengan teman – temannya khususnya Ridwan. Hal ini dapat dibuktikan dari alasan Hendri ikut bergabung dalam kelompok belajar ini yaitu dia merasa senang dan nyaman karena semua teman – temannya sayang dan baik terhadap dirinya. Keterbukaan dari teman – temannya dan juga dukungan dari pengajar YAS membuat dirinya semakin semangat belajar dan ingin menjadi lebih pandai ungkap Hendri dengan senyum lebarnya. Universitas Sumatera Utara Nama Informan : Nurlela Informan 8 Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 8 Tahun Kelas : 2 SD Sekolah : SD Negeri Sukaramai Asal Desa : Cilawan Kelompok Belajar : Group I Tempat Tinggal : Dusun VIII, Cilawan Nama Orangtua : Bpk. Andot Pekerjaan Orang tua : Buruh Harian Ngebal Sawi Nurlela adalah adik saudara perempuan dari Suhendri, yang juga adalah informan sebelumnya yang ikut dalam kelompok belajar pada group II. Sama halnya dengan kakaknya Suhendri, ketika ditanya mengapa mau ikut bergabung dalam kelompok belajar YAS, anak perempuan yang baru berusia 8 delapan tahun ini menjawab, “karena disini saya bisa dapat teman banyak miss dan guru yang mengajar sabar dan baik hati” ungkapnya dengan polos dan tulus. Berasal dari keluarga yang sama dengan Suhendri, keluarga mereka adalah keluarga yang sederhana. Orang tuanya bekerja sebagai buruh harian untuk “mengebal” sawi. Istilah mengebal maksudnya adalah mengumpulkan sawi – sawi dalam satu ikatan, yang kemudian akan ditimbang beratnya dan dijual ke agen – agen. Upah keseharian orang tuanya adalah tiga puluh ribu hingga lima puluh ribu, tergantung seberapa banyak ikatan – ikatan sawi dapat dikerjakan. Nurlela awalnya tidak seantusias Suhenri untuk mengikuti program kelompok belajar YAS. Ayahnya yang mendapat informasi tentang kelompok belajar ini dari tetangga mereka berusaha untuk membujuk Nurlela untuk bergabung bersama kakaknya Suhendri dan teman – temannya yang lain. Memang orang tua Hendri dan Nurlela sangat mendukung anak – anak mereka untuk mengikuti program belajar YAS ini, terlebih lagi karena mereka tidak harus mengeluarkan biaya yang besar. Setelah beberapa minggu melihat dan memperhatikan kakaknya yang selalu pergi untuk belajar, akhir Nurlela juga mau bergabung dalam kelompok belajar YAS di group I. Berbeda jauh dari kakaknya Hendri yang begitu periang dan percaya diri walaupun kondisi fisiknya cacat, Nurlela ternyata seorang anak perempuan yang pendiam dan tidak banyak bicara dalam group belajarnya. Ketika dipanggil untuk Universitas Sumatera Utara bergabung bermain bersama teman – temannya, dia memilih untuk membaca majalah yang disediakan oleh YAS sebagai bahan bacaan hiuburan mengisi kekosongan waktu sebelum proses belajar dimulai atau pun pada saat istirahat. Sewaktu ditanya oleh peneliti “Nurlela, kenapa nggak ikut bermain bersama teman – teman yang lain?” Jawabnya, “masih malu miss, kan Lela masih baru masuk disini miss” Sungguh berbeda dengan kakaknya yang begitu cepat berbaur dan beradaptasi dengan teman – temannya yang baru. Kondisi yang tenang dan tenang ternyata bukan berarti Nurlela anak yang sombong atau kurang pandai dalam mengikuti materi belajar. Walau dia masih baru dalam kelompoknya, dia sepertinya tidak memiliki kesulitan untuk mengikuti materi pelajaran yang diberikan dalam kelompoknya. Penuturan dari staff pengajarnya mengungkapkan bahwa pada dasarnya Nurlela anak yang pandai dan baik hanya saja dia masih dalam proses pengenalan akan lingkungan baru dimana dia berada dan belajar saat ini. Staff pengajar juga menambahkan bahwa Nurlela anak yang rajin, semenjak dari awal dia bergabung, dia tidak pernah absen sekalipun hingga saat ini. Kesungguhannya dan minatnya untuk mengikuti kelompok belajar memang sangat jelas. “Saya tidak harus membujuk atau memotivasi anak ini, dia memang dari dasarnya sepertinya suka dan rajin belajar” ungkap staff pengajar YAS ini. Di dalam kelompoknya memang sepertinya Nurlela kurang berkomunikasi dengan temannya yang lain. “Kemungkinan butuh waktu buat Nurlela beradaptasi dengan teman – teman barunya. Ada beberapa kali terlihat sebenarnya, dia mau untuk berbaur dengan anak – anak yang lain, namun itu harus terlebih dahulu berawal dari temannya yang berinisiatif untuk memulai komunikasi” ungkap staff pengajarnya. Dalam masa penelitian ini, peneliti memperhatikan bahwa sebenarnya Nurlela anak yang ingin memiliki banyak teman. Namun dia masih belum berani untuk memulai komunikasi dengan temannya. Dalam kelompok sewaktu proses belajar mengajar berlangsung, ketika dia digabungkan kedalam kelompok yang lebih kecil dua atau tiga orang, terlihat dia mulai berbicara dan berdiskusi dengan temannya satu kelompoknya untuk menyelesaikan tugas kelompok mereka. Teman – temannya juga mengetahui bahwa Nurlela anak yang pandai dan baik. Apabila ada yang dia kurang mengerti maka dia baru termotivasi untuk Universitas Sumatera Utara bertanya pada temannya yang lain atau juga kepada staff pengajarnya. Apabila tugas yang diberikan merupakan tugas perorangan, maka staff pengajarnya datang kepadanya untuk memastikan apakah dia mengerti tugas yang diberikan dan dapat mengerjakan tugas – tugas tersebut. Dengan lembut dia mengangguk dan merespon “yang ini jawaban benar ga ya miss?”. Staff pengajarnya akan melihat dan memeriksa apakah pekerjaannya sudah benar atau belum. Terlihat staff pengajarnya tersenyum puas dan berkata “sudah benar kok ini jawaban kamu” sambil menyentuh kepalanya dan kemudian berlalu. Tidak lama kemudian beberapa temannya menghampiri dirinya untuk memastikan mereka juga memiliki jawaban yang benar seperti jawaban Nurlela. Sebelum Nurlela pulang bersama temannya yang memberi tumpangan sepeda. Peneliti mengambil kesempatan untuk berbincang – bincang dengan Nurlela. Peneliti bertanya “apa yang membuat adik tertarik untuk terus ikut bergabung dalam kelompok belajar ini?” “apa adik senang dengan teman – teman sekelompok adik?” Bagi peneliti, hal yang menarik melihat apa motivasi Nurlela, yang masih dalam proses beradaptasi dengan karakternya yang begitu pendiam dan tergolong pasif, sehingga masih terus mau mengikuti kelompok belajar YAS ini bahkan tergolong sangat rajin datang. Dengan suaranya yang halus, dia menjawab “Saya senang miss dengan semua teman – teman kelompok belajar saya. Mereka semua baik dan gurunya juga sangat perhatian. Kalau di sekolah teman – temannya pada main sama teman yang lain. Disini saya ingin dapat teman baru miss” jawabnya dengan lembut. Memang benar bagi anak perempuan yang masih berusia delapan tahun ini, butuh waktu untuk mengenal teman – temannya dikelompoknya. Seiring waktu Nurlela juga akan sama seperti teman – temannya yang lain, berbaur bermain dan dapat belajar bersama. Teman – temannya yang lain sudah menunggu Nurlela untuk pulang bersama – sama naik sepeda. Seorang anak dari group III sudah menunggu dirinya untuk dibongceng disepeda. Sambil suara riang mereka memberi salam terakhir “Pulang dulu ya miss Sampai ketemu minggu depan miss” Semua staff pengajar tersenyum sembari melambaikan tangan dan membalas “Hati – hati ya adik – adik” Semua anak sekarang sudah pulang kerumah mereka masing – masing. Kami pun bergegas pulang setelah merapikan tempat belajar anak –anak. Universitas Sumatera Utara Nama Informan : Anis Valentina Informan 9 Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 10 Tahun Kelas : 4 SD Sekolah : SD Negeri Sukaramai Asal Desa : Cilawan Kelompok Belajar : Group III Tempat Tinggal : Dusun VIII, Cilawan Nama Orangtua : Ibu. Juminem Pekerjaan Orang tua : Buruh Harian di PT. Adolina Anis siswi kelas 4 SD ini merupakan peserta yang juga baru bergabung di kelompok belajar YAS di group III. Sama halnya seperti Nurlela, Anis masih baru mengenal lingkungan teman – teman baru. Memang tidak semua teman – temannya baru pertama kali dikenal oleh Anis. Ada beberapa yang sudah dikenal Anis karena mereka adalah teman bermain Anis yang berasal dari dusun yang sama dan berdekatan rumah. Orang tua Anis yang mendapat informasi tentang program belajar YAS dari kepala desa, menyarankan Anis untuk bergabung dalam kelompok belajar ini. Awalnya Anis masih ragu tapi karena Ibunya mau menemaninya di hari pertama dia mulai bergabung, papar Anis. Anis hanya memiliki seorang ibu. Ayahnya sudah lama pergi dan Anis tidak tahu alasannya mengapa. Ibunya sekarang yang memelihara dan menghidupi Anis dan seorang adiknya. Ibu Anis sehari – harinya sebagai buruh pekerja harian di perusahaan sawit milik PT. Adolina. Setelah satu hingga dua kali ditemani oleh ibunya, akhirnya Anis berani untuk datang sendiri ke tempat dimana diadakannya kelompok belajar YAS. Anis mengerti bahwa ibunya tidak selalu dapat menemaninya terus menerus. Keberaniannya timbul karena Anis sudah mulai mendapat teman yang dekat dengannya Indri. Setiap kali akan berangkat Anis mendapat tumpangan sepeda dari Indri dan begitu juga apabila akan pulang dari kelompok belajar. Biasanya mereka juga akan bersama – sama dengan teman – temannya yang lainnya yang berasal dari satu dusun yang sama. Didalam kelompok belajarnya, walaupun Anis masih terbilang anak baru, namun dia begitu disambut dengan hangat dan gembira oleh teman – teman sekelompoknya. Anis segara merasakan kenyamanan dilingkungan baru dimana Universitas Sumatera Utara dia berada sekarang. Anis tampak tidak canggung lagi bila dia ingin bertanya tentang pelajaran atau pun soal yang dia kurang mengerti karena dari dia dari awal memang sudah ketinggalan beberapa topik materi sebelumnya. Staff pengajar juga memberi waktu dan perhatian yang lebih extra untuk Anis dan teman – teman Anis juga tampaknya mau membantu Anis untuk mengejar ketinggalan Anis agar Anis bisa mengikuti pelajaran dan merasa tidak terkucilkan dalam kelompok belajar mereka. Anis menjelaskan kepada peneliti alasan dirinya bergabung dalam kelompok belajar ini adalah “pertama sih miss karena dorongan orang tua tapi setelah beberapa kali ikut kok rasanya senang disini, teman – temannya baik dan selalu mau bantuin Anis seperti berangkat bersama dan pulang bersama. Rasanya lebih enak belajar disini bersama teman sekelompok daripada di sekolah miss” Anis juga menambahkan, “kalau disini teman – temannya mau diajak berdiskusi kalau dikelas Anis, teman – temannya nggak semua bisa diajak diskusi, pelit miss” begitu tutur Anis, siswa dari SD Sukaramai ini. Sekarang Anis lebih terlihat bersemangat mengikuti pelajarannya dan semakin akrab dengan teman – teman sekelompoknya juga. Saat ditanya peneliti “apakah yang membuat adik terus mau belajar di kelompok belajar ini?” Anis memaparkan “Iya karena senang, ditambah pelajarannya mudah dimengerti dan karena kawan-kawannya disini baik – baik semua” Universitas Sumatera Utara

IV.1.2 Hasil Wawancara dengan Staff Pengajar YAS