Interaksi dalam Kelompok Kecil Melalui Persahabatan

IV.2 Pembahasan

IV.2.1 Interaksi dalam Kelompok Kecil Melalui Persahabatan

Dalam hasil analisis wawancara dari situasi kelompok belajar diatas dapat terlihat dengan jelas bahwa alasan yang mendominasi dari hampir keselurahan peserta kelompok belajar ini adalah untuk mendapat teman yang lebih banyak dan bervariasi seperti ungkapan dari Putri, Wawan, Shella, Nurlela, Suhendri dan peserta lainnya. Seperti yang telah dituliskan dalam latarbelakang dari penelitian ini bahwa setiap orang membutuhkan orang lain, membutuhkan komunikasi dan interaksi dalam dunia sosial mereka. Hal ini menunjukan bahwasanya dorongan akan kebutuhan berkomunikasi dan bersahabat dengan orang lain adalah salah satu kebutuhan dasar setiap orang, yang pada prosesnya sudah dimulai pada saat seseorang sejak kecil membuka diri terhadap lingkungan dan orang – orang disekitarnya. Dorongan untuk memiliki sebuah kelompok dalam kelompok belajar ini terlihat juga dengan adanya persamaan – persamaan diantara kelompok belajar. Hal ini terlihat dari persamaan tingkat kelas, sama – sama berasal dari lingkungan ataupun desa yang sama atau berdekatan, bahkan juga faktor latarbelakang keluarga yang tidak terlalu berbeda dari anggota – anggota kelompok yang lainnya. Hal serupa ini diperkuat oleh Irving Janis, menjelaskan apa yang terjadi dikelompok kecil dimana anggota – anggotanya memiliki nasib yang sama, akan mendorong setiap anggota kedalam suatu hubungan yang kuat dan kebersamaan West Turner 2008: 274. Pada umumnya perasaan dorongan ini timbul karena persamaan dan juga adanya rasa ketertarikan dan senang terhadap apa – apa yang menjadi bagian dari kelompok Dengan adanya dorongan kebersamaan dalam kelompok belajar ini, maka terbentuk juga perasaan senang, rasa nyaman dan bangga dalam mengikuti proses belajar mengajar. Aktifitas – aktifitas yang terjadi selama berlangsungnya proses belajar mengajar, menimbulkan rasa kebersamaan dan keterikatan perasaan emotional connection. Universitas Sumatera Utara Pembagian peserta dalam kelompok yang jumlahnya lebih sedikit menciptakan rasa kohesivitas kelompok tersebut. Peneliti merasakan adanya perubahan perasaan seperti rasa empati terhadap teman sekelompok mereka yang memiliki masalah, contoh bila ada yang mengolok – olok teman sekelompok mereka maka anggota yang lain akan memberi pembelaan atau perlindungan, rasa kesetiakawanan yang mereka tunjukkan dengan saling membantu satu sama lain. Anggota – anggota dalam kelompok kecil ini juga semakin meningkatkan komunikasi kelompok mereka ditandai dengan keterbukaan diri, seperti misalnya bila ada yang tidak mengerti tugas yang diberikan dalam kelompok, tidak malu untuk meminta bantuan dan berdiskusi bersama. Hubungan persahabatan mereka pun semakin menjadi lebih akrab karena di dalam kebersamaan mereka terdapat komunikasi interpersonal yang lebih berkualitas. Hal ini ditandai dengan adanya keterbukaan mengenai segala masalah yang dialami oleh masing – masing anggota, pandangan yang positif terhadap teman sehingga rasa percaya akan pendapat yang diberikan akan membangun, adanya kesamaan pemikiran dalam mendiskusikan suatu permasalahan atau tugas tanggung jawab yang diberikan dan rasa kebersamaan untuk mempertahankan persahatan tetap berjalan baik. Dalam bentuk – bentuk aktifitas komukasi interpersonal tersebut, terbentuk jugalah komunikasi kelompok kecil. Dalam komunikasi kelompok kecil ini, para peserta terlihat ingin saling berbagi kesenangan dengan belajar, tertawa bersama dan menjaga persahabatan mereka.

IV.2.2 Interaksi dalam Kelompok Kecil dan Minat Belajar