Perspektif memiliki tujuh unsur dimana masing-masing mempunyai penekanaan yang berbeda dalam pengamatanya diantaranya:
1. Memfokuskan perhatiannya pada pengamatan tingkah laku sebagai aturan
2. Mengamati tingkah laku yang menjadi kebiasaan 3. Menitikberatkan perhatiannya pada aturan yang menentukan tingkah laku
4. Mengamati aturan – aturan yang menyesuaikan diri dengan tingkah laku 5. Memfokuskan pengamatannya pada aturan yang mengikuti tingkah laku
6. Mengikuti atuaran – aturan yang menerapkan tingkah laku 7. Memfokuskan perhatiannya pada tingkah laku yang merefleksikan aturan
II.1.2 Paradigma Dalam Komunikasi
Paradigma adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir kognitif, bersikap afektif, dan
berperilaku konatif. Paradigma adalah sikap mental. Sikap mental ini dilahirkan dari sudut pandang atau posisi dimana kita berdiriberada.
Usaha untuk mengelompokkan teori–teori dan pendekatan kedalam sejumlah paradigma yang dilakukan sejauh ini telah menghasilkan pengelompokan yang
sangat bervariasi. Burrel dan Morgan 1979, telah mengelompokkan teori–teori dan pendekatan dalam ilmu–ilmu sosial ke dalam 4 paradigma : Radical Humanist
Paradigm, Radical Structuralis Paradigm, Interpretive Paradigm, dan Functionalist Paradigm. Namun bahasan mereka tidak secara jelas menunjukkan
implikasi metodologi dari masing – masing paradigma. Sementara itu Guba dan Lincoln 1994 mengajukan tipologi yang mencakup 4 paradigma : Positivism,
Postpositivism, Critical Theories et al, dan Constructivism, masig – masing dengan implikasi metodologi tersendiri Saduarsa, 2011 .
Menurut Saduarsa dalam blognya 2011, untuk mempermudah kepentingan bahasan tentang implikasi metodologi dari suatu paradigma, maka teori – teori
dan penelitian ilmiah komunikasi cukup dikelompokkan ke dalam 3 paradigma, yakni:
Universitas Sumatera Utara
1. Paradigma Klasik yang mencakup positivism dan postpositivism Menempatkan ilmu sosial seperti halnya ilmu-ilmu alam dan fisika, dan
sebagai metode yang terorganisir untuk mengkombinasikan deductivelogic dengan pengamatan empiris, guna secara probabilistik menemukan – atau
memperoleh konfirmasi tentang – hukum sebab akibat yang bisa digunakan memprediksi pola-pola umum gejala sosial tertentu.
2. Paradigma Konstruktisvisme Memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially
meaningful action melalui pengamatan langsung dan rinci terhadap pelaku sosial dalam setting keseharian yang alamiah, agar mampu memahami dan
menafsirkan bagaimana para pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan mengelola serta memelihara dunia sosial mereka.
3. Paradigma Teori – Teori Kritis Mendefinisikan ilmu sosial sebagai suatu proses yang secara kritis berusaha
mengungkap ”the real structures” dibalik ilusi, false needs, yang dinampakkan dunia materi, dengan tujuan membantu membentuk suatu
kesadaran sosial agar memperbaiki dan merubah kondisi kehidupan manusia
II.1.3 Persepektif - Paradigma dalam Ilmu Komunikasi