Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang Studi Pencitraan

Dalam Sofyan 2011, dengan pemeriksaan laringoskopi langsung kita dapat membedakan massa tumor laring berdasarkan gambarannya yaitu sebagai berikut: i Tumor supraglottis akan tampak tepi tumor yang meninggi dan banyak bagian sentral yang ulseratif atau kemerahan dan sering kali meluas. ii Tumor glottis akan tampak lebih proliferatif daripada ulseratif. Gambaran khas lesi menyerupai kembang kol dan berwarna keputihan. iii Tumor subglottis akan tampak lebih difus dan memiliki ulkus yang superfisial dengan tepi yang lebih tinggi. b. Pemeriksan Leher Pemeriksaan leher dilakukan dengan palpasi, hal ini untuk menentukan apakah terdapat pembesaran kelenjar limfa dan metastasis tumor ke ekstra laring Concus et al, 2008 dan Probst et al, 2006. Palpasi dilakukan dengan sistematis dimulai dari submental berlanjut kearah angulus mandibula, sepanjang muskulus sternokleimastoid, klavikula dan diteruskan sepanjang saraf assesorius. Pada saat pemeriksaan perlu diperhatikan mengenai lokasi, ukuran, batas, dan mobilitas tumor.

2.6.3. Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang

a. Pemeriksaan Histopatologi Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan biopsi pada lesi laring dengan laringoskop langsung. Hal ini perlu dilakukan untuk menilai keganasan Concus et al, 2008 dan Ballenger, 1977 dan membedakannya dengan lesi jinak atau lesi lain misalnya oleh karena infeksi bakteri, virus dan jamur Sofyan, 2011 dan Adams, 2005. Selain itu pemeriksaan biopsi ini juga dapat mengidentifikasi tipe tumor dan diferensiasinya Sofyan, 2011. Biopsi dilakukan diruang operasi dan pasien diberikan anestesi umum serta diberi neuromuskular paralisis sebelum dilakukan operasi. b. Pencitraan Toraks Metastasis kanker laring pada awalnya adalah pada nodus servikal regional setelah itu akan bermetastasis ke paru. Oleh karena itu, pasien dengan kanker kepala dan leher harus dilakukan foto toraks rutin sekali atau dua kali dalam setahun untuk evaluasi dan skrining metastasis tumor. Jika terdapat abnormalitas yang signifikan maka computed tomography CT scan dada harus dilakukan untuk konfirmasi lesi. Bronkoskopi dengan evaluasi apusan bronkial atau biopsi transbronkial harus dilakukan jika dicurigai adanya lesi Concus et al, 2008 dan Adams, 2005.

2.6.4. Studi Pencitraan

Pencitraan radiologis secara umum dilakukan pada kanker laring stadium lanjut untuk menentukan stadium dan rencana terapi. CT scan atau MRI bermanfaat dalam mengidentifikasi invasi preepiglottis dan paraglottis, erosi pada kartilago laring dan metastasis servikal. Kedua modalitas pencitraan ini sangat berguna untuk menilai karakteristik kelainan oleh kanker laring. MRI lebih sensitif untuk menilai abnormalitas jaringan lunak sedangkan CT scan lebih baik untuk menilai defek tulang ataupun kartilago Concus et al, 2008. Pencitraan lain yang digunakan untuk menegakkan diagnosis kanker laring adalah positron emmision tomography PET scan. Pencitraan ini digunakan untuk mengidentifikasi metastasis yang tersembunyi, membedakan keganasan yang rekuren dari radionekrosis atau sekuele pengobatan yang telah direncanakan. Selain itu, PET scan juga digunakan untuk mengidentifikasi lokasi kanker primer yang tidak diketahui. Beberapa bukti juga menunjukkan bahwa PET scan mampu mendeteksi kanker laring superfisial yang pada pencitraan CT scan tidak dapat terdeteksi Concus et al, 2008. 2.7. Gambaran Histopatologi Penderita Tumor Ganas Laring 2.7.1. Karsinoma Sel Skuamosa