Fungsionalisme Kebudayaan Teori Upacara

2.3.1 Fungsionalisme Kebudayaan

Teori fungsionalisme adalah salah satu teori yang dipergunakan dalam ilmu sosial, yang menekankan pada saling ketergantungan antara instusi-instusi perantara-perantara dan kebiasaan-kebiasaan pada masyarakat tertentu. Analisis fungsi menjelaskan bagaimana susunan sosial didukung oleh fungsi institusi- institusi seperti: negara,agama, keluarga, aliran, dan pasar terwujud. Di Cina sendiri, teh baru benar-benar menjadi minuman untuk penyegaran pada 1.500 tahun lalu. Sebelumnya, teh dipandang sebagai minuman medis untuk tujuan kesehatan. Cina sebagai tempat asal mula tanaman teh telah menjadikan kebiasaan minum teh menjadi sebuah fenomena yang membudaya di kalangan masyarakat. Pada mulanya, teh hanya dipandang sebagai tanaman penawar racun dan tanaman obat-obatan yang dipakai dalam ilmu pengobatan Cina 中 医 Skripsi Yuanita, 2009: 38-39. Pada masa itu orang meminum teh dengan cara yang masih sederhana. Seiring dengan perkembangan kehidupan sosial masyarakat Cina, budaya minum teh memiliki tata cara yang mengandung nilai estetika tersendiri disamping nilai- nilai pengobatan. Budaya minum teh dilakukan setiap hari oleh segala golongan masyarakat, tua-muda, miskin-kaya. Dalam tradisi masyarakat Tionghoa, teh biasanya disajikan khusus pada upacara pernikahan 婚礼. Dalam upacara perkawinan tersebut, upacara minum teh memiliki nilai fungsional yaitu untuk menunjukkan rasa hormat terhadap kedua pihak keluarga mempelai pria dan wanita, sekaligus meminta izin untuk Universitas Sumatera Utara masuk ke dalam keluarga mempelai pria, dan juga meminta doa restu dari keluarga agar pernikahannya bahagia dan sejahtera.

2.3.2 Teori Upacara

Dalam rangka mendeskripsikan upacara minum teh bagi masyarakat Tionghoa penulis menggunakan teori upacara. Pelaksanaan upacara minum teh bermaksud untuk menjawab dan menginterpretasikan permasalahan kehidupan sosialnya untuk memenuhi kebutuhan untuk tujuan bersama agar upacara minum teh ini lestari menurut waktu dan zaman di mana berada. Hal ini sesuai dengan pendapat Melalatoa 1989:260 bahwa dalam ekspresi jiwa manusia dapat dilakukan melalui upacara yang menjawab dan menginterpretasikan permasalahan kehidupan sosialnya, mengisi kebutuhan, atau mencapai tujuan bersama, seperti kemakmuran, persatuan, kemuliaan, kebahagiaan, dan rasa aman yang berhubungan dengan dunia gaib supernatural, dan lain-lain. Upacara minum teh Chinese Tea Ceremony adalah sebuah waktu yang suci dan sakral untuk orang-orang bisa berkumpul bersama saling berbincang dan saling membagi pikiran dan perasaan. Dalam Chadao 茶 道 terdapat empat prinsip yang dikemukakan oleh ahli teh abad ke-16, Lu Yu, yaitu keharmonisan 和, penghormatan 敬, kesucian 纯, dan ketenangan 安. Setelah melakukan Chadao 茶道, seseorang akan dapat menemukan kedamaian hati dan berjalan menuju dunia yang penuh kedamaian pikiran dan suasana hati yang menenangkan. Upacara minum teh bagi masyarakat Tionghoa dapat terlihat melalui upacara perkawinan, upacara pemujaan leluhur, upacara teh taois dan upacara teh Universitas Sumatera Utara wu wo. Dalam upacara tersebut tercermin cara untuk relaksasi dan menikmati tradisi kuno. Sehingga teh telah membentuk suatu gejala budaya yang unik. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Menurut Djajasudarma 1993:3, metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksankan penelitian dalam menggunakan data. Metode memiliki peran yang sangat penting, metode merupakan syarat atau langkah-langkah yang dilakukan dalam sebuah penelitian. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian deskripsi upacara minum teh dan makna minum teh bagi masyarakat Tionghoa adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif artinya suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusi, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Bertujuan menjelaskan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan frekwensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala lain dalam masyarakat. Dalam hal ini mungkin sudah ada hipotesa-hipotesa, mungkin juga belum, tergantung dari sedikit banyaknya pengetahuan tentang masalah yang bersangkutan Koentjraningrat, 1991:29. Penelitan ini menggunakan Metode Kepustakaan library research, yaitu studi kepustakaan atau pengumpulan data-data dan informasi yang bersumber dari buku-buku kepustakaan yang ada kaitannya dengan budaya minum teh. Universitas Sumatera Utara