Upacara Perkawinan Upacara Minum Teh

seduhan pertama telah habis, selanjutnya dilanjutkan dengan seduhan yang kedua, ketiga hingga usai. Semua peserta dalam upacara teh Wu-Wo saling menyuguhkan dan menikmati teh. Pengaturan tempat duduk juga disusun secara acak, supaya tidak seorang pun dapat memilih siapa yang menerima teh persembahannya dan siapa yang akan memberi persembahan teh. Ada tujuh prinsip yang terkandung dalam upacara teh Wu-Wo, yaitu : 1. Tidak ada perbedaan tingkat social 2. Tidak mengharapkan imbalan apapun 3. Membuka pikiran 4. Menyerap perilaku positif dan terus berusaha mengembangkannya 5. Patuh pada peraturan dan jadwal yang telah ditentukan 6. Memperkuat kerjasama 7. Tidak ada perbedaan wilayah Para peserta duduk membentuk lingkaran. Para peserta upacara teh Wu- Wo tidak diperkenankan untuk dating terlambat. Kalau ada peserta yang datang terlambat, maka mereka tidak diperbolehkan untuk mengikuti upacara teh ini. Sama halnya dengan upacara Teh Taois, upacara Teh Wu Wo juga tidak dikenal oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia. Melati, HP. 2009. The Magic of Tea: Sejuta Khasiat dan Kisah di Balik Secangkir Teh. Jakarta: Penerbit Hikmah.

4.1.4 Upacara Perkawinan

Penjamuan teh di negeri Cina juga sering dilakukan dalam ritual pernikahan. Pada hari pernikahan, mempelai wanita harus melayani orangtuanya Universitas Sumatera Utara untuk minum teh sebelum mempelai pria tiba di rumahnya. Ini dilakukan sebagai tanda rasa hormat dan terimakasih si pengantin wanita kepada kedua orangtua yang telah membesarkannya. Setelah upacara pernikahan, kedua pengantin kemudian menyajikan teh dengan memegang cangkir teh mereka sambil mengundang saudara mempelai pria yang lebih tua untuk meminum teh. Orang yang dilayani itu duduk di kursi, sedangkan kedua pengantin berlutut. Misalnya, ketika pengantin ingin melayani orang tua mempelai pria, maka mempelai wanita harus berlutut di depan ayah mertuanya, sedangkan si mempelai pria berlutut di depan ibunya. Pengantin menyajikan teh secara berurutan, dimulai dari orangtua mempelai pria dan berlanjut ke anggota keluarga, mulai dari yang paling tua sampai ke yang paling muda. Misalnya, urutan pertama kedua orangtua, selanjutnya kakek, nenek, lalu paman dan bibi tertua, lalu seluruh abang dan kakaknya. Lalu sebagai imbalan, pengantin akan menerima amplop keberuntungan berwarna merah, lai see, yang berarti keberuntungan, yang berisi uang atau perhiasan sebagai hadiah. Tea pai merupakan acara minum teh yang dilakukan untuk memperkenalkan keluarga masing-masing dan menghormati orang yang dituakan. Sesuai tradisi Cina, beberapa hari sebelum resepsi biasanya diadakan acara tea pai di rumah keluarga pengantin pria dan di rumah keluarga pengantin wanita. Saat ini tea paidilakukan sore hari sebelum resepsi perkawinan. Biasanya pengantin langsung memakai baju pengantin internasional. Universitas Sumatera Utara Tapi jika diadakan beberapa hari sebelum resepsi, pengantin bisa memakai baju cheongsam pakaian tradisional Cina khas Cina. Tradisi Cina lainnya, ada yang menambahkan angco kurma merah, bisa diganti dengan manisan ceremai warna merah dan gula batu pada teh yang akan diberikan pada pihak keluarga. Bersamaan dengan pemberian teh dan pengantin, pihak keluarga memberikan angpau kertas berwarna merah diisi dengan uang pada pengantin. Untuk perkawinan Cina yang lebih modern, acara tea pai dilakukan pada hari yang sama dengan resepsi dan tidak lagi dilakukan temon acara penjemputan ke tempat mempelai wanita. Pengantin langsung bertemu di gereja saat acara pemberkatan. Keseluruhan prosesi perkawinan Cina saat ini sudah lebih singkat dan dibuat lebih modern. Sanjit merupakan seserahan dari pihak laki-laki pada pihak perempuan yang antara lain berisi koin emas, jamur, telur dan makanan khas Cina. Menurut tradisi Cina, setiap barang yang dibawa untuk sanjit mempunyai arti tersendiri. Upacara sanjit misalnya, tak selalu dilakukan, begitupun ritual perkawinan bisa dipersingkat menjadi hanya sehari saja. Pada masyarakat Tionghoa di Indonesia upacara minum teh dalam upacara perkawinan biasa disebut dengan tepay. Upacara minum teh dalam upacara perkawinan sangat lazim dilakukan oleh masyarakat Tionghoa. Menurut responden, pada upacara perkawinan, di rumah mempelai perempuan, dimulailah upacara minum teh. Dalam upacara minum tepay tersebut, pengantin perempuan dan laki-laki memberikan teh kepada orang tua dan sanak Universitas Sumatera Utara saudara dimulai dari anggota yang lebih tua. Pengantin perempuan dan laki-laki bergantian yang memegang baki yang berisi cangkir-cangkir teh. Pertama-tama mempelai wanita memberikan teh kepada orang tuanya, mempelai pria memegang baki. Lalu orang tua dari mempelai wanita memberikan hadiah berupa cincin. Kemudian mempelai laki-laki memberikan teh kepada orang tuanya, lalu orang tua mempelai laki-laki juga memberikan hadiah berupa cincin. Maksud dari upacara ini adalah untuk menghormati anggota keluarga yang lebih tua dan agar kedua pengantin baru ini diterima keluarga. Upacara ini juga member arti telah hidup dengan lengkap sebagai manusia. Setelah mereka memberikan teh. Mereka akan menerima angpao atau perhiasan dari anggota keluarga yang lebih tua tersebut. Angpao yang diterima biasanya berjumlah genap kecuali angka 4 karena dianggap angka kematian. Setelah upacara minum teh, kedua mempelai sembahyang di hadapan altar leluhur dan Tian Gong. Dalam upacara ini mempelai perempuan berkenalan secara resmi kepada keluarga mempelai laki-laki dan nenek moyang. Dalam upacara perkawinan, di tengah-tengah jamuan makan, biasanya setelah dua atau tiga jenis makanan telah dihidangkan, pasangan pengantin akan pergi ke meja-meja para tamu. Biasanya di setiap meja bundar duduk sepuluh orang tamu dan meja-meja bundar itu ditutupi dengan taplak merah. Ketika pasangan pengantin itu tiba di salah satu meja, para tamu akan mengangkat gelas Universitas Sumatera Utara mereka yang berisi teh dan minum untuk kebahagiaan dan kesuksesan sang mempelai. Pesta perkawinan selesai setelah hidangan terakhir selesai disantap.

4.1.5 Upacara Pemujaan Leluhur