Legalitas Sekilas Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia

62 partisipasi dan interaksi dengan negara dunia dibandingkan masa sebelumnya. Saat ini, Iran merupakan anggota tiga lembaga keuangan utama, IMF, Bank Dunia, dan IDB, dan juga berpartisipasi aktif dalam pertemuan tahunan BIS, IFSB, dan Asian Clearing Union. 4 Sementara Bank Indonesia, sebagai bank sentral yang hanya memiliki direktorat sebagai regulator industri perbankan syariah memiliki fungsi yang sama dengan bank sentral pada umumnya. Karena itulah Bank Indonesia masih menetapkan tingkat suku bunga dan untuk tingkat margin yang diterapkan perbankan syariah masih mengacu kepada tingkat suku bunga sebagai benchmark dalam mengurangi pengaruh inflasi.

2. Legalitas

Kerangka hukum bagi berfungsinya sistem perbankan syariah di Iran diatur oleh Undang-Undang Perbankan Bebas Riba tahun 1983 yang diratifikasi oleh Majelis Syura Islam dan disetujui oleh Dewan Garda. 5 Undang-Undang ini terdari dari 5 lima bab dan 27 pasal, yakni tujuan dan tugas sistem perbankan syariah di Republik Islam Iran, mobilisasi sumber keuangan, fasilitas perbankan, Bank Markazi Iran dan kebijakan moneter, serta hal terkait lainnya. Dengan undang-undang ini, Iran berusaha untuk mengurangi tingkat bunga hingga mencapai nol. Para nasabah diminta untuk menempatkan uang mereka dalam 4 Central Banking in Iran, diakses pada tanggal 12 November 2010 dari http:www.cbi.irpage4252.aspx . 5 Ausaf Ahmad, Instruments of Regulation Control of Islamic Banks by the Central Bank, Jeddah: IDB, 2000, h. 32. 63 rekening qardulhasan yang tidak menghasilkan keuntungan. Kondisi jelas yang hanya dilakukan oleh rakyat Iran yang sangat berpikiran religius. 6 Konsekuensinya, bank-bank menghadapi keterbatasan penawaran dan ketakterbatasan permintaan atau nasabah bisa mendapatkan untung dalam deposito berjangka. 7 Bank syariah pertama di Indonesia yang beroperasi pada tahun 1992 baru memiliki undang-undang yang mengaturnya 16 tahun kemudian. Undang- Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah terdiri dari 13 bab dan 70 pasal, beberapa di antaranya mengatur mengenai asas, tujuan dan fungsi, perizinan, bentuk badan hukum, jenis kegiatan usaha, komisaris, dan sebagainya. Meski kemunculan undang-undang terlihat lambat, namun hal positifnya bisa terlihat dalam beberapa pasal, misalnya Pasal 5 Ayat 7 menyebutkan bahwa bank umum syariah tidak dapat dikonversi menjadi bank umum konvensional, begitu juga dengan izin pendirian unit usaha syariah. Di samping usaha komersial, bank syariah dapat pula menjalankan fungsi sosial, seperti menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi penelola zakat, sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Ayat 2. 6 Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik qardanhasanan, maka Allah akan melipatgandakan balasan pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak. QS. Hadîd [57]: 11. Lihat juga QS. at-Taghâbûn [64]: 17, al-Baqarah [2]: 245. 7 S.H. Amin, Islamic Banking and Finance, h. 52. 64

3. Produk