Profil Singkat Republik Islam Iran

31 BAB III PERBANKAN SYARIAH DI REPUBLIK ISLAM IRAN DAN INDONESIA Sebelum menganalisis lebih jauh mengenai kondisi perbankan syariah di kedua negara saat ini, memahami sejarah awal kemunculannya juga menjadi sangat penting karena apa yang terjadi saat merupakan pengaruh dari masa lalu. Namun pada bab ini, penulis akan lebih memfokuskan pembahasan pada sejarah, pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah di Iran. Sedangkan pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia akan dibahas secara singkat dengan menitikberatkan pada pengaruh dan tekanan dalam bidang politik-ekonomi.

A. Profil Singkat Republik Islam Iran

Membicarakan Republik Islam Iran tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang peradaban Persia Kuno. Dalam sejarah ekonomi Islam, Persia telah menyumbangkan dirham yang terbuat dari perak sebagai mata uang yang terbaik dan diterima Nabi saw. setelah dinar emas dari Romawi. 1 Pada tahun 650, hanya beberapa tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad saw., tentara muslim menyerbu provinsi selatan dari kekaisaran Sassanid. Muslim Arab yang menggulingkan Sassanid melakukan hal itu karena inspirasi dari Islam. Bangsa Iran dengan cepet menerima Islam dan bergabung ke dalam masyarakat muslim. 2 1 Hasanudin, “Sejarah Mata Uang”, lampiran dalam Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami , Jakarta: RajaGrafindo Press, 2007, h. 309. 2 ICRO, Iran Tanah Peradaban, Jakarta: Kedutaan Besar Republik Islam Iran, 2009, h. 13. 32 Setelah ribuan tahun di bawah kekuasaan beberapa dinasti, seperti Ghaznavid, Seljuk Turki, Mongol, Timurid dan Turkman, Safawid, dan Afsharid dan Zand, barulah pada tahun 1794 Agha Muhammad Qajar bersama pasukannya mulai melakukan penaklukkan. Namun sejak awal abad ke-19, Dinasti Qajar mulai menghadapi tekanan dari dua kekuatan besar dunia, Rusia dan Inggris. Dua kekuatan ini mampu mengakses penuh dalam urusan dagang dan hubungan internasional. Reza Khan melakukan kudeta militer. Mulai tahun 1925, Iran dikuasai Dinasti Pahlevi. Selama era kekuasaan Reza Syah, sejumlah upaya reformasi dilakukan untuk mengubah Iran menjadi negara modern. Dukungannya kepada Hitler pada Perang Dunia II mendorong invasi Inggris dan Soviet untuk menduduki negara itu. Kemudian Reza Syah disingkirkan dan anaknya Muhammad Reza dijadikan oleh raja oleh penjajah asing tersebut. Di bawah kekuasaannya, ia mengadakan reformasi kepemilikan tanah dan kampanye melawan buta aksara. Struktur kekuasaan negeri itu juga diubah secara radikal dan parlemen mengeluarkan undang-undang yang dipelopori Muhammad Mussadiq untuk menasionalisasi perusahaan minyak Iran dan mengusir perusahaan minyak Inggris. Pemerintahan Mussadiq pun kemudian digulingkan oleh persengkongkolan Inggris-Amerika Serikat. Banyak kebijakan Muhammad Reza Syah yang ditentang oleh pihak ulama. Ditangkapnya Imam Khomeini menimbulkan kerusuhan yang kemudian dihentikan dengan kekerasan. Kemudian Ayatullah Khomeini diusir dari Iran, pertama diasingkan ke Turki, kemudian Irak, dan terakhir Perancis. Dari Perancis, Ayatullah Khomeini menggerakkan perlawanan yang menuntut penyingkiran Syah dari kursi 33 kekuasaan. Lima belas hari sebelum Imam Khomeini kembali ke Iran, Syah lari ke luar negeri. Dewan perwakilan dan Komandan Tertinggi Angkatan Bersenjata yang ditugaskan pemerintah selama absennya Syah gagal menjalankan fungsinya. Kerumunan massa lebih dari 1 juta orang berdemonstrasi di Tehran mendukung Ayatullah Khomeini. Selanjutnya, referendum yang mengikuti Revolusi Islam mengantarkan bangsa Iran menuju pembentukkan Republik Islam Iran. 3 Penulis asal Perancis, Roger Garaudy, mengatakan bahwa revolusi yang terjadi di Iran tidak sama dengan revolusi-revolusi lainnya. Revolusi Perancis, misalnya, adalah revolusi politik yang mengalihkan kekuasaan negara dari aristokrasi kepada sebuah hierarki baru yang didasarkan kemakmuran; demikian pula Revolusi Rusia yang mentransfer kekuatan ekonomi dari kaum borjuis kepada proletar. Tapi Revolusi Islam Iran pada satu dan saat yang sama merupakan revolusi politik sekaligus ekonomi. 4

B. Tokoh Pemikiran