19 miliar dinar Islam.
6
Sampai dengan saat ini, jumlah keanggotaannya mencapai 56 negara, dengan tiga negara penyumbang modal terbesar: Arab Saudi, Libia, dan Iran.
7
IDB ini juga membantu mendirikan bank-bank syariah di berbagai negara dengan membangun sebuah lembaga riset dan pelatihan dengan nama Islamic Research and
Training Institute IRTI. Meskipun terdapat perdebatan di kalangan pemikir Barat dan Islam sendiri
mengenai ekonomi Islam sebagai sebuah sistem atau ilmu, namun yang jelas adalah bahwa Islam pada dasarnya merupakan sebuah agama yang membimbing dengan
pernyataan-pernyataan normatif, seperti aturan syariah yang memerintahkan kita untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Selain itu, Islam juga menarik
perhatian kita kepada beberapa variabel dengan beberapa pernyataan deskriptif yang berhubungan dengan beberapa disiplin ilmu akademis, seperti ekonomi, sosiologi,
dan psikologi. Inilah hal penting untuk dilakukan islamisasi terhadap ilmu sosial dan kemanusiaan dan untuk melindunginya dari penyimpangan dan kesalahan.
8
B. Riba dan Bunga Bank
Penghapusan bunga bank dalam sistem perbankan memang menjadi poin penting dalam menciptakan sistem perbankan syariah. Hal itu telah lama dipikirkan
oleh para ulama fikih maupun ekonom muslim. Meski demikian, terdapat juga
6
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, h. 19-21.
7
http:www.isdb.org , diakses pada tanggal 6 Agustus 2010.
8
Muhammad Anas Zarqa, Islamization of Economics: The Concepts and Methodology, J.KAU: Islamic Econ.
, Vol. 1, No. 1, 2003, h. 16.
20 beberapa ekonom muslim yang tidak menganggap bahwa riba yang ada di dalam teks
nas sama dengan praktik bunga yang ada di dalam sistem perbankan. Kelompok yang terakhir ini disebut dengan kelompok modernis, yang menekankan aspek moral
pengharaman riba dan menomor-duakan bentuk legal riba.
9
Sehingga, menurut kelompok ini, jika praktik bunga perbankan tidak menzalimi maka bukanlah riba.
Fazlur Rahman, pemikir asal Pakistan, berkesimpulan bahwa penghapusan bunga dalam kondisi perkembangan ekonomi dunia Islam akan menjadi kesalahan utama.
10
Muhammad Baqir ash-Shadr, salah seorang ahli fikih dan filosof Syiah, menulis sebuah buku pada tahun 1973 di Irak untuk menyiapkan kerangka hukum
bagi sebuah sistem perbankan syariah yang disebut: Bank Non-Ribawi dalam Islam. Menurut al-Shadr, kebijakan seorang muslim haruslah a melarang setiap
keuntungan yang timbul dari riba dan penimbunan uang, b membangun kembali uang dalam peran aslinya sebagai alat tukar, c mengubah bank dari instrumen untuk
menumbuhkan modal menjadi alat untuk memperkaya masyarakat.
11
Mei Pheng Lee dan Ivan Jeron Detta dalam Islamic Banking Finance Law menuliskan bahwa tidak tidak ada negara yang secara penuh menerapkan sistem
syariah karena masih melibatkan bunga dalam transaksi internasionalnya, termasuk Iran. Pernyataan ini butuh penelitian mendalam mengenai pengenaan bunga dalam
transaksi internasional karena ternyata transaksi tersebut memang disahkan dalam
9
Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syariah, h. 60.
10
SH. Amin, Islamic Banking and Finance, h. 27.
11
SH. Amin, Islamic Banking and Finance, h. 28.
21 sejumlah hukum dasar fikih Syiah dan undang-undang Iran. Hal tersebut didasarkan
pada aturan bahwa harta non-muslim yang menjadi musuh kafir harbî, dalam beberapa kondisi, tidak terlindungi dalam hukum Islam, begitu juga dengan yang
menjadi sekutu kafir harbî.
12
Hal itu juga yang diterapkan dalam salah satu kaidah fikih Syiah, yakni ilzâm.
C. Konsep Perbankan Syariah