Rasio Murid dan Guru

hasil pemekaran yang baru ada 4 tahun terakhir. Sektor utama penyumbang PDRB adalah sektor perdagangan dan jasa. Hipotesa awal bahwa makin tinggi pendapatan perkapita masyarakat maka makin mampu untuk menyekolahkan anaknya minimal sampai tingkat SD dan SMP. Hasil penelitian didalam model ekonometrik yang dibuat menunjukkan kenaikan PDRB perkapita berbanding terbalik dengan partisipasi sekolah usia 7- 12 tahun dan 13-15 tahun. Artinya kenaikan pendapatan perkapita malah menurunkan partisipasi sekolah. Kenaikan pendapatan perkapita yang tidak disertai distribusi pendapatan yang merata akan menyebabkan ketimpangan pendapatan, akibatnya pembangunan juga tidak berjalan dengan baik, begitu juga pembangunan manusianya. Indikasi adanya ketimpangan pendapatan bisa dilihat dari rasio gini. Sulawesi Utara pada tahun 2008-2010 mempunyai kecenderungan rasio gini yang makin membesar, pada tahun 2008 rasio gini sebesar 0,31 sedangkan pada tahun 2010 meningkat menjadi 0,32. Untuk daerah perkotaan indek gini lebih besar daripada indek gini perdesaan. Daerah perkotaan naik dari 0,31 menjadi 0,33 sedangkan perdesaan turun dari 0,28 menjadi 0,25 Tabel 12. Tabel 12 Indeks Gini Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2008-2010 Uraian 2008 2009 2010 Kota 0,31 0,30 0,34 Desa 0,28 0,28 0,25 Sulawesi Utara 0,31 0,31 0,32 Sumber: SUSENAS 2008-2010, diolah Penelitian ini yang hanya dapat melihat ketimpangan yang relatif kecil karena periode penelitian yang hanya 3 tahun. Dalam jangka panjang, jika hal ini berlanjut, akan menimbulkan masalah baru dan berdampak negatif pada pendidikan. Pengukuran pembangunan tidak hanya dari PDRB dan pertumbuhan ekonomi karena akan menghilangkan kenyataan ada ketimpangan dimasyarakat dalam menikmati hasil pembangunan. Hal ini disebabkan PDRB hanya melihat pendapatan secara rata-rata dan pertumbuhan ekonomi tidak melihat manfaat pembangunan pada manusia 4 . 4 Kompas, 5 September 2012. Pertumbuhan Ekonomi Tak Jamin Kesejahteraan. Sebagai barang normal, orang akan “membeli” lebih banyak modal manusia human capital jika pendapatannya naik. Namun bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa meskipun kita mampu menaikkan pendapatan, kita tidak dapat memastikan bahwa peningkatan pendapatan tersebut akan diinvestasikan ke pendidikan secara memadai Todaro dan Smith , 2006. PDRB provinsi Sulawesi Utara setiap tahunnya menunjukkan kenaikan, namun investasi pendidikan dasar yang dilihat dari share pengeluaran riil pendidikan dasar bervariasi antara kabupaten kota. Korelasi antara share pengeluaran riil pendidikan dasar terhadap PDRB dengan PDRB menunjukan korelasi yang negatif dan signifikan Tabel 13. Korelasi yang negatif membuktikan bahwa ada kenaikan pendapatan dialokasikan lebih banyak di sektor lain selain pendidikan. Tabel 13 Korelasi Share Pengeluaran Pendidikan Dasar dengan PDRB Korelasi PDRB RIILPD_PDRB Pearson Correlation -0,450 Sig. 2-tailed 0,004 Sumber : Pengolahan Proporsi pengeluaran pendidikan dasar terhadap PDRB bervariasi setiap kabupatenkota. Kabupaten yang proporsi pengeluaran pendidikan dasarnya terus mengalami kenaikan adalah Sitaro dan Kotamobagu, sedangkan yang mengalami trend menurun adalah Minahasa Utara dan Tomohon, proporsi pengeluaran pendidikan dasar terkecil tahun 2010 adalah kota Manado Gambar 11. Gambar 11 Proporsi Pengeluaran Pendidikan Dasar terhadap PDRB 1 2 3 4 5 6 7 8 pe rs en 2008 2009 2010 Jika suatu daerah ingin mencapai target MDGs, maka perlu kontribusi pemerintah dengan memberikan proporsi pengeluaran pendidikan dasar yang lebih besar untuk menaikkan angka partisipasi sekolah. Kabupaten dengan angka partisipasi sekolah umur 7-12 tahun dibawah rata-rata dan mempunyai proporsi pengeluaran pendidikan dasar dibawah rata-rata adalah Manado dan Bolaang Mongondow Utara keadaan 2010. Kabupaten yang memiliki angka partisipasi sekolah dibawah rata-rata namun sudah memiliki proporsi pengeluaran pendidikan dasarnya diatas rata-rata adalah Sangihe, Bolaang Mongondow dan Kotamobagu. Gambar 12 Angka Partisipasi Sekolah 7-15 Tahun dan Proporsi Pengeluaran Pendidikan Dasar APS SD dan Proporsi Pengeluaran Pendidikan Dasar APS SMP dan Proporsi Pengeluaran Pendidikan Dasar Kabupaten dengan angka partisipasi sekolah umur 13-15 tahun yang masih dibawah rata-rata dan proporsi pengeluaran pendidikan dasarnya juga dibawah rata-rata adalah Manado, Bolaang Mongondow Utara, Minahasa Utara dan Bitung. KabupatenKota yang pengeluaran pendidikan dasarnya diatas rata-rata namun angka partisipasi sekolah dibawah rata-rata adalah Bolaang Mongondow dan Sangihe Gambar 12. Kabupatenkota yang angka partisipasi sekolah dibawah rata-rata dan proporsi pengeluaran pendidikan dasarnya juga dibawah rata-rata diharapkan mampu menaikkan proporsi pengeluarannya, sedangkan KabupatenKota yang pengeluaran pendidikan dasarnya diatas rata-rata namun angka partisipasi sekolah dibawah rata-rata perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut terhadap pengalokasian pengeluaran di daerah tersebut. Ada tiga daerah yaitu Minahasa, Tomohon dan Minahasa Tenggara yang memiliki proporsi pengeluaran pendidikan dasarnya dibawah rata-rata sedangkan APS umur 7-12 tahun dan umur 13-15 tahun diatas rata-rata keadaan tahun 2010. Minahasa merupakan kabupaten yang angka partisipasinya sudah tinggi sebelum periode penelitian. Pendidikan kepala rumah tangga berpengaruh positif terhadap partisipasi usia pendidikan dasar. Makin tinggi tingkat pendidikan kepala rumah tangga yang berpendidikan diatas SD maka makin besar kemauan orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Makin besar jumlah kepala rumah tangga yang berpendidikan diatas SD maka makin banyak anak yang bersekolah karena orang tua mereka menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan lebih tinggi dari orangtuanya. Hal ini sejalan dengan penelitian Glewwe 2002 bahwa pendidikan orang tua berperan dalam memperbaiki pendidikan dan nutrisi anaknya. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional SUSENAS, pada tahun 2010 persentase pendidikan kepala rumah tangga yang berpendidikan diatas SD secara rata-rata di Sulawesi Utara sekitar 59,29 persen Tabel 14. Ini berarti lebih dari setengah kepala keluarga di Sulawesi Utara sudah berpendidikan diatas SD. Kondisi ini bervariatif antar kabupatenkota. Paling rendah adalah kab Bolaang Mongondow Utara dengan 40,66 persen kepala rumah tangga yang berpendidikan diatas SD. Tabel 14 Persentase Kepala Rumah Tangga yang berpendidikan SD keatas KabupatenKota 2008 2009 2010 Bolaang Mongondow 46,95 46,96 43,81 Minahasa 61,49 63,52 65,81 Kep.Sangihe 44,50 48,06 43,49 Kep. Talaud 59,95 62,19 60,25 Minahasa Selatan 61,52 58,58 63,19 Minahasa Utara 63,25 64,09 64,66 Bolaang Mongondow Utara 40,62 43,94 40,66 Kep. Sitaro 52,37 56,81 55,51 Minahasa Tenggara 54,90 55,41 53,53 Manado 76,62 78,36 77,52 Bitung 71,34 66,42 69,48 Tomohon 72,96 75,77 71,02 Kotamobagu 66,46 70,07 61,94 Sulawesi Utara 59,46 60,78 59,30 Sumber : SUSENAS 2008-2010, diolah Faktor sosial ekonomi berupa background keluarga adalah jumlah anak dalam keluarga. Pendekatan terhadap variabel ini adalah persentase jumlah rumah tangga di Sulut yang memiliki jumlah angggota rumah tangga 5 orang atau lebih. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makin banyak persentase rumah tangga dengan jumlah anggota RT 5 orang atau lebih, maka partisipasi sebagai output pendidikan juga naik. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya bahwa makin banyak jumlah anggota rumah tangga maka makin banyak anak tidak bersekolah. Rata-rata persentase rumah tangga yang memiliki anggota rumah tangga 5 orang atau lebih pada tahun 2010 sebanyak 44,49 persen. Dari tahun 2008-2010 mempunyai kecenderungan naik Gambar 13.