2.9 Penelitian Empiris
Boissiere 2004 dalam studi literaturnya tentang penelitian-penelitian terdahulu yang determinan pendidikan dasar di negara berkembang. Determinan
output pendidikan dapat diestimasi menggunakan pendekatan dianalisis menggunakan Supply and Demand, EPF, Randomized Evaluation, Natural
experiment dan metode kualitatif. Faguet dan Sanchez 2006 meneliti tentang efek desentralisasi kepada
hasil pendidikan di Bolivia dan Colombia. Variabel dependen yang dipakai adalah pertumbuhan angka partisipasi sekolah dengan metode data panel. Hasil penelitian
menemukan bahwa di Kolombia, desentralisasi keuangan membuat angka enrollment angka partisipasi sekolah naik di sekolah-sekolah milik
pemerintah.Variabel desentralisasi seperti variabel pendapatan daerah per total pengeluaran pendidikan dan total penerimaan pajak berpengaruh positif dan
signifikan, total pengeluaran pendidikan per transfer pemerintah pusat dan total pengeluaran pendidikan per pengeluaran pemerintah pusat berpengaruh negatif
terhadap kenaikan tingkat partisipasi murid di sekolah pemerintah. Sedangkan variabel pengeluaran pendidikan perkapita berpengaruh negatif, hal ini
menggambarkan bahwa variabel pengeluaran pendidikan perkapita bukanlah faktor yang menentukan pertumbuhan partisipasi sekolah. Di Bolivia,
desentralisasi membuat pemerintah lebih responsif dengan kembali mengarahkan investasi publik ke daerah yang yang memiliki kebutuhan terbesar. PDRB
perkapita, investasi di bidang pendidikan dan faktor daerah district berpengaruh positif kepada pencapaian pendidikan dasar.
Namun Akai et al. 2007 dalam penelitiannya di Amerika tidak menemukan bahwa dampak desentralisasi fiskal pengaruh yang signifikan pada
pendidikan dasar tetapi signifikan pada pendidikan menengah SMP. Dengan menggunakan metode data panel 49 negara bagian Amerika Serikat dengan tahun
penelitian 1996 dan 2000. Variabel dependennya adalah nilai score tes matematika National Assessment of Educational Progress NAEP. Variabel input
yang memengaruhi nilai score secara siginifikan adalah rasio murid per guru. Sekolah swasta pada level sekolah menengah memberi kontribusi outcomes
pendidikan yang lebih besar dibandingkan sekolah negeri, sekolah negeri yang
dibiayai oleh pemerintah ternyata belum dapat memberikan kontribusi yang signifikan kepada pendidikan.
Coleman 1966 dalam Bossier 2004 mengkaji tentang output pendidikan di Amerika Serikat menggunakan pendekatan education production function
EPF menimbulkan kontroversi yang cukup dengan datang ke kesimpulan mengejutkan bahwa variasi dalam sumber daya sekolah tidak menjelaskan banyak
variasi dalam prestasi siswa. Pentingnya sekolah dan guru untuk pencapaian siswa tampak jauh kurang penting dibandingkan dengan status sosial ekonomi siswa
SES seperti ditunjukkan oleh sejumlah karakteristik latar belakang keluarga, seperti pendidikan orangtua, profesi, dan pendapatan. Berbeda dengan Hyneman
1979 dalam Bossier 2004 dalam penelitiannya di Uganda bahwa faktor ketersediaan guru dan sekolah lebih berpengaruh dibandingkan faktor status sosial
ekonomi pendidikan kepala keluarga, pekerjaan, pendapatan terhadap pencapaian kualitas pendidikan.
Purwanto 2010 dalam kajiannya tentang faktor-faktor yang memengaruhi pendidikan dasar dalam kerangka desentralisasi fiskal menggunakan dua model
untuk masing-masing level pendidikan dasar yaitu Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama SMP. Data yang digunakan adalah data panel seluruh
kabupatenkota di Indonesia. Hasil yang diperoleh adalah Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan dan Dana Alokasi Umum pengaruhnya signifikan kepada
angka partisipasi SD namun kurang mempengaruhi untuk tingkat SMP. Pemerintah dengan Pendapatan Asli Daerah PAD tinggi belum tentu memiliki
angka partisipasi sekolah yang juga tinggi. Sedangkan karakteristik daerah jawa atau bukan jawa, daerah pemekaran dan daerah buka pemekaran berbeda secara
signifikan, hal ini berimplikasi bahwa masih terjadinya gab yang tinggi antar daerah di Indonesia. Variabel angka melek huruf proxy pendidikan kepala
keluarga dan rasio guru murid tidak signifikan. Sbrana dan Sanchez 2010 menggunakan regresi logistik dalam meneliti
partisipasi sekolah tingkat dasar, menengah dan tinggi di Yemen. Status pekerjaan orang tua yang berpenghasilan tetap lebih berpeluang menghasilkan anak yang
bersekolah, keputusan bersekolah atau tidak bersekolah dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi dalam keluarga seperti umur anak, pendapatan rumah tangga,
pendidikan kepala rumah tangga. Orangtua yang memiliki anak perempuan yang berumur 6 tahun lebih banyak yang tidak menyekolahkan anaknya karena faktor
kekhawatiran akan keselamatan anak perempuannya. Makin tinggi pendidikan kepala keluarga maka makin memperbesar peluang anak di keluarga tersebut
untuk bersekolah. Philipina dengan Angka Partisipasi Murni APM pendidikan dasarnya 86
persen menargetkan pada tahun 2015 semua anak bersekolah untuk mencapai target MDG‟s. Tullao dan Rivera 2011 meneliti menggunakan regresi berganda
OLS mengenai faktor sosial ekonomi dalam keluarga yang memengaruhi partisipasi anak usia 6-12 tahun dikeluarga tersebut bersekolah atau tidak. Daerah
yang diambil sebagai daerah penelitian adalah Pasay City dan Eastern Samar. Hasilnya adalah variabel pendapatan rumah tangga, letak tempat tinggal, status
pekerjaan orang tua yang tidak tetap, jumlah anggota rumah tangga, kemiskinan, dan ketersediaan listrik memengaruhi tingkat partisipasi sekolah.
Penelitian ini mengaju pada penelitian Glewwe 2002, Faguet dan Sanchez 2006 dan Purwanto 2010 dalam meneliti determinan pendidikan dasar
secara regional di provinsi Sulawesi Utara. Adapun perbedaannya adalah pada metode yang digunakan penulis. Glewwe 2002 menggunakan persamaan
simultan dan OLS, Purwanto 2010 menggunakan data panel dengan variabel DAU, DAK, PAD sebagai proxy dari desentralisasi fiskal. Penelitian ini
menggunakan data panel dengan variabel pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dasar, rasio murid terhadap guru, rasio guru terhadap sekolah,
banyaknya anggota rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, dan pendapatan perkapita antar wilayah di Sulawesi Utara.
Pengaruh faktor sosial ekonomi rumah tangga diteliti dengan menggunakan regresi logistik. Model mengacu pada penelitian yang dilakukan
Sbrana dan Sanchez 2010. Sbrana dan Sanchez menggunakan variabel tempat tinggal desakota, pendidikan kepala rumah tangga sekolah atau tidak sekolah,
pendidikan pasangan kepala rumah tangga, kesehatan, jenis kelamin, pendapatan perkapitan dan ketersediaan infrastruktur. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian tersebut adalah penelitian ini menggunakan 2 model untuk pendidikan dasar yaitu umur 7-12 tahun dan umur 13-15 tahun. Variabel yang digunakan