Alokasi Anggaran Pendidikan DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR
χ
2
. Artinya menolak Ho dan menerima H
1.
Hal ini berarti fixed effects model lebih sesuai digunakan daripada random effects model.
Untuk model partisipasi SD, pengujian berbagai asumsi dasar dilakukan terhadap metode FEM sebagai model terpilih dilakukan untuk memperoleh hasil
estimasi yang BLUE best linear unbiased estimator, khususnya uji autokorelasi dan uji homoskedastisitas. Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson DW diperoleh
nilai DW sebesar 3,19 yang artinya terjadi autokorelasi pada model. Sementara itu, dengan jumlah kuadrat residual sum square residual pada
weighted statistics lebih kecil daripada unweighted statistics maka terdapat pelanggaran
asumsi homoskedastisitas
pada model.
Permasalahan heteroskedastisitas dan autokorelasi pada model akan mempengaruhi perkiraan
nilai parameter. Hal ini disebabkan model tidak akan memenuhi sifat BLUE Best Linear Unbiased Estimate. Oleh karena itu, agar nilai parameter dari model
terpilih memenuhi sifat BLUE, maka dilakukan modifikasi model dengan menggunakan pendekatan Generalized Least Square Greene, 2002. Berdasarkan
model modifikasi ini berarti telah dilakukan koreksi atas permasalahan heteroskedastisitas, contemporaneously correlated across panel, and first order
autokorelasi. Untuk model partisipasi SMP, dengan melakukan langkah yang sama
seperti pada model partisipasi SD, model terpilih adalah FEM yang mengandung autokorelasi dan heteroskedastisitas. Kemudian model dimodifikasi menggunakan
pendekatan Generalized Least Square. Hasil estimasi kedua model ada pada Tabel 13. Dari uji signifikansi model terlihat bahwa variabel-variabel input secara
bersama-sama memengaruhi tingkat partisipasi sekolah. Faktor input pendidikan dasar secara garis besar yaitu faktor pengeluaran pemerintah, faktor sosial
ekonomi dan faktor ketersediaan sarana pendidikan sebagai basic input pendidikan Glewwe, 2002.
Pada model partisipasi sekolah usia SD, faktor yang tidak signifikan memengaruhi partisipasi sekolah usia SD adalah pengeluaran riil pendidikan
dasar, kemiskinan, dan rasio murid dan guru. Sedangkan pada model partisipasi SMP hanya faktor kemiskinan yang tidak signifikan. Hal itu ditunjukkan dengan
nilai probabilitas yang lebih besar dari taraf nyata α 10 persen.
Tabel 10 Rekapitulasi Hasil Estimasi Koefisien Parameter FEM dengan GLS Weighted
Independent Variable SD
SMP Faktor Pengeluaran Pemerintah
LOGBOS_SD 0,280798
- LOGBOS_SMP
- 0,451934
LOGJ_RIIL_DIKDAS -0,024855
0,054947 Faktor Sosial Ekonomi
LOGPDRBKAP -1,9189
-4,700662 KRT_ATASSD
0,01104 0,032103
ART_5 0,009961
0,020734 P0
-0,009711 -0,014387
Faktor Ketersediaan Sarana Pendidikan LOGR_MG_SD
0,085718 -
LOGR_MS_SD -0,716215
- LOGR_MG_SMP
- 0,182066
LOGR_MS_SMP -
-0,292969 C
9,838093 4,940527
R-squared 0,999349
0,993656 Adjusted R-squared
0,998626 0,986607
F-statistic 1382,389
140,9676 ProbF-statistic
0,00 0,00
Durbin-Watson stat 2,897743
2,796701 Ket
: :signifikan pada α 1; :signifikan pada α 5; :signifikan pada α 10
Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan berbangsa dan bernegara adalah ” mencerdaskan kehidupan bangsa”. Tujuan ini hanya akan
dapat dicapai melalui pendidikan, oleh karena itu pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dinyatakan bahwa: setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan
kemudian dalam ayat 2 ditegaskan, setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Oleh karena itu,
pemerintah wajib menganggarkan pengeluaran untuk pendidikan dasar. Salah satu pengeluaran pemerintah adalah Dana Bantuan Operasional
Sekolah BOS. Dana BOS disalurkan ke sekolah untuk membantu operasional sekolah sehingga sekolah dapat berjalan dengan baik. Variabel dana BOS
signifikan memengaruhi partisipasi anak usia SD dan SMP di Sulawesi Utara. Penyaluran dana BOS sebagai input pendidikan dari sisi pengeluaran pemerintah.
Tujuan dari diberikannya dana BOS adalah sekolah tidak lagi membebankan biaya operasional sekolah kepada siswa. Pemberian dana BOS disalurkan langsung
kepada sekolah berdasarkan jumlah murid disekolah tersebut. Nilai koefisien sebesar 0,28 untuk BOS SD dan 0,45 untuk BOS SMP.
Artinya setiap kenaikan 1 persen BOS SD menaikkan partisipasi SD sebesar 0,28 persen. Sedangkan setiap kenaikan 1 persen BOS SMP dapat menaikkan
partisipasi SMP sebesar 0,45 persen. Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka
wajib belajar 9 tahun yang bermutu Kemdikbud, 2012. Secara khusus program BOS bertujuan untuk:
1. Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SDSDLB negeri dan SMPSMPLBSMPT Terbuka negeri terhadap biaya operasi sekolah, kecuali
pada rintisan sekolah bertaraf internasional RSBI dan sekolah bertaraf internasional SBI. Sumbanganpungutan bagi sekolah RSBI dan SBI harus
tetap mempertimbangkan fungsi pendidikan sebagai kegiatan nirlaba, sehingga sumbanganpungutan tidak boleh berlebih;
2. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;
3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta. Bentuk penyaluran dana BOS yang diberikan kepada sekolah dan tidak
langsung kepada rumah tangga merupakan bentuk pemberian subsidi tidak langsung kepada masyarakat dibidang pendidikan. Mekanisme transfer langsung
ke sekolah tidak kepada rumah tangga dianggap sebagai sarana yang efektif, karena jika diberikan langsung kepada rumah tangga, bisa jadi dana tersebut
dipergunakan untuk kepentingan lain. Pendanaan BOS diharapkan dapat mengurangi angka putus sekolah pada SD dan SMP. Secara aggregate angka putus
sekolah di Sulawesi Utara terus turun dalam kurun waktu 2008-2010. Dari sisi besaran dana, BOS diberikan sama untuk tiap siswa pertahun
perdaerah. Ini berarti bahwa sekolah-sekolah yang besar menerima dana lebih banyak sedangkan sekolah-sekolah kecil menerima dana lebih sedikit,dengan