Perkembangan angka putus sekolah tahun 2009-2010 menunjukkan trend menuju dibawah rata-rata. KabupatenKota yang kondisinya memburuk pada
tahun 2010 adalah Sangihe, Minahasa Utara, dan Manado. Dari segi jarak, hanya 28 desakelurahan di Manado yang tidak memiliki sekolah SMP dan jaraknya
dengan SMP terdekat rata-rata adalah 2 km Lampiran 7, sehingga jarak bukanlah merupakan faktor utama penyebab angka putus sekolah di Manado. Angka putus
sekolah Sangihe selalu diatas rata-rata sejak tahun 2008-2010. Sampai tahun 2008, ada 99 desa yang tidak memiliki sekolah SMP, dengan letak geografis Sangihe
yang merupakan kepulauan ketiadaan akses seperti sekolah dapat menjadi salah satu penyebab seorang anak tidak melanjutkan sekolahnya. Sarana transportasi
yang dibutuhkan untuk bersekolah biasanya adalah perahu antar pulau yang datang hanya di jam-jam tertentu. Pemerintah dapat mengupayakan perahu gratis
layaknya bis sekolah yang beroperasi di jam-jam berangkat dan pulang sekolah.
4.2 Alokasi Anggaran Pendidikan
Untuk melakukan suatu proses pendidikan dibutuhkan pendanaan yang berasal dari berbagai sumber. Amanat UUD 1945 bahwa pemerintah
mengalokasikan dana untuk pendidikan minimal 20 persen dari total anggaran. Semenjak adanya otonomi daerah, maka anggaran pendidikan juga mengalami
desentralisasi dana pendidikan. Daerah diberi kewenangan untuk mengelola dana. Besarnya realisasi belanja untuk pendidikan dasar menjadi salah satu tolak ukur
perhatian pemerintah daerah dalam mencapai target pencapaian pendidikan dasar. Anggaran pendidikan dasar di daerah dikelola oleh dinas pendidikan provinsi dan
kabupatenkota di Indonesia. Dinas provinsi bertugas sebagai pengawas untuk monitoring dan evaluasi program wajib belajar di daerah.
Anggaran Dinas Pendidikan yang dialokasikan untuk pendidikan dasar fluktuatif sepanjang tahun 2008-2010, pada tahun 2008 rata-rata 89 persen dari
total belanja langsung, sedangkan pada tahun 2010 rata-rata hanya 69,09 persen. Sebagian besar anggaran dibelanjakan untuk belanja modal. Pada tahun 2010
kabupaten yang mengalokasikan anggarannya dalam belanja langsung untuk belanja pendidikan dasar adalah kabupaten Sangihe, Minahasa Utara, dan Bolaang
Mongondow Utara, sedangkan daerah dengan anggaran belanja pendidikan dasar terkecil adalah Kabupaten Minahasa Selatan. Perbedaan antar daerah di Sulawesi
Utara sangat bervariasi, hal ini dikarenakan belum adanya standar baku dari kementrian keuangan yang mensyaratkan minimal alokasi anggaran untuk
pendidikan dasar dari anggaran dinas pendidikan. Tabel 4 Persentase Anggaran Belanja Tidak Langsung, Belanja Langsung dan
Anggaran Pendidikan Dasar Tahun 2010
KabupatenKota APBD
DIKNAS Milyar
BTL BL
PD BL
PD APBD
Bolaang Mongondow 218,58
49,10 50,90
65,90 33,50
Minahasa 306,27
84,30 15,70
49,50 7,70
Sangihe 164,74
82,40 17,60
81,60 14,40
Kepulauan Talaud 51,29
35,40 64,60
70,30 45,40
Minahasa Selatan 150,02
77,00 23,00
33,70 7,80
Minahasa Utara 52,43
48,20 51,80
88,20 45,70
Bolaang Mongondow Utara 73,45
62,40 37,60
86,30 32,40
Kep. Sitaro 108,46
64,10 35,90
78,50 28,20
Minahasa Tenggara 92,15
67,80 32,20
61,80 19,90
Manado 309,45
90,10 9,90
75,90 7,50
Bitung 55,09
64,50 35,50
69,20 24,60
Tomohon 76,97
80,20 19,80
76,70 15,10
Kotamobagu 143,30
61,60 38,40
60,50 23,30
Rata-rata 138,63
66,70 33,30
69,10 23,50
Ket: BTL : Belanja Tidak Langsung, BL: Belanja Langsung, PD: Pendidikan dasar Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah, diolah
Sedangkan jika dibandingkan dengan total anggaran Dinas Pendidikan persentase anggaran untuk pendidikan dasar lebih kecil lagi karena anggaran
untuk gaji guru dan pegawai dinas pendidikan mempunyai porsi yang lebih banyak dari biaya langsung Tabel 4. Menurut Stiglizt 1999 pembiayaan yang
terlalu besar pada gaji pegawai menyebabkan ketidakefisienan dari suatu sistem. Realisasi anggaran pendidikan dasar bervariasi antara kabupatenkota. Pada tahun
2010 realisasi anggaran terendah adalah kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Dana yang telah dialokasikan tidak diberdayakan semaksimal mungkin,
implikasinya adalah tidak tercapainya indikator-indikator pendidikan dasar. Salah satu pengeluaran pemerintah lainnya adalah Bantuan Operasional
Pemerintah BOS. Program dana BOS dimulai pada tahun 2005 sebagai dana kompensasi kenaikan Bahan Bakar Minyak BBM. Dana BOS bertujuan untuk
meringankan beban masyarakat atas kenaikan harga BBM yang harus digunakan