b Sebaran Angka Putus Sekolah usia 13-15 Tahun 2009
c Sebaran Angka Putus Sekolah Usia 13-15 Tahun 2010 Gambar 10 Peta Sebaran Putus Sekolah Usia 13-15 Tahun di Tahun 2008-2010
01
Bolaang Mongondow
02
Minahas a
03
Kep.Sangihe
04
Kep. Talaud
05
Minahas a Selatan
06
Minahas a Utara
07
Bolaang Mongondow Utara
08
Kep. Sitaro
09
Minahas a Tenggara
71
Manado
72
Bitung
73
Tom ohon
74
Kotam obagu
Perkembangan angka putus sekolah tahun 2009-2010 menunjukkan trend menuju dibawah rata-rata. KabupatenKota yang kondisinya memburuk pada
tahun 2010 adalah Sangihe, Minahasa Utara, dan Manado. Dari segi jarak, hanya 28 desakelurahan di Manado yang tidak memiliki sekolah SMP dan jaraknya
dengan SMP terdekat rata-rata adalah 2 km Lampiran 7, sehingga jarak bukanlah merupakan faktor utama penyebab angka putus sekolah di Manado. Angka putus
sekolah Sangihe selalu diatas rata-rata sejak tahun 2008-2010. Sampai tahun 2008, ada 99 desa yang tidak memiliki sekolah SMP, dengan letak geografis Sangihe
yang merupakan kepulauan ketiadaan akses seperti sekolah dapat menjadi salah satu penyebab seorang anak tidak melanjutkan sekolahnya. Sarana transportasi
yang dibutuhkan untuk bersekolah biasanya adalah perahu antar pulau yang datang hanya di jam-jam tertentu. Pemerintah dapat mengupayakan perahu gratis
layaknya bis sekolah yang beroperasi di jam-jam berangkat dan pulang sekolah.
4.2 Alokasi Anggaran Pendidikan
Untuk melakukan suatu proses pendidikan dibutuhkan pendanaan yang berasal dari berbagai sumber. Amanat UUD 1945 bahwa pemerintah
mengalokasikan dana untuk pendidikan minimal 20 persen dari total anggaran. Semenjak adanya otonomi daerah, maka anggaran pendidikan juga mengalami
desentralisasi dana pendidikan. Daerah diberi kewenangan untuk mengelola dana. Besarnya realisasi belanja untuk pendidikan dasar menjadi salah satu tolak ukur
perhatian pemerintah daerah dalam mencapai target pencapaian pendidikan dasar. Anggaran pendidikan dasar di daerah dikelola oleh dinas pendidikan provinsi dan
kabupatenkota di Indonesia. Dinas provinsi bertugas sebagai pengawas untuk monitoring dan evaluasi program wajib belajar di daerah.
Anggaran Dinas Pendidikan yang dialokasikan untuk pendidikan dasar fluktuatif sepanjang tahun 2008-2010, pada tahun 2008 rata-rata 89 persen dari
total belanja langsung, sedangkan pada tahun 2010 rata-rata hanya 69,09 persen. Sebagian besar anggaran dibelanjakan untuk belanja modal. Pada tahun 2010
kabupaten yang mengalokasikan anggarannya dalam belanja langsung untuk belanja pendidikan dasar adalah kabupaten Sangihe, Minahasa Utara, dan Bolaang
Mongondow Utara, sedangkan daerah dengan anggaran belanja pendidikan dasar terkecil adalah Kabupaten Minahasa Selatan. Perbedaan antar daerah di Sulawesi
Utara sangat bervariasi, hal ini dikarenakan belum adanya standar baku dari kementrian keuangan yang mensyaratkan minimal alokasi anggaran untuk
pendidikan dasar dari anggaran dinas pendidikan. Tabel 4 Persentase Anggaran Belanja Tidak Langsung, Belanja Langsung dan
Anggaran Pendidikan Dasar Tahun 2010
KabupatenKota APBD
DIKNAS Milyar
BTL BL
PD BL
PD APBD
Bolaang Mongondow 218,58
49,10 50,90
65,90 33,50
Minahasa 306,27
84,30 15,70
49,50 7,70
Sangihe 164,74
82,40 17,60
81,60 14,40
Kepulauan Talaud 51,29
35,40 64,60
70,30 45,40
Minahasa Selatan 150,02
77,00 23,00
33,70 7,80
Minahasa Utara 52,43
48,20 51,80
88,20 45,70
Bolaang Mongondow Utara 73,45
62,40 37,60
86,30 32,40
Kep. Sitaro 108,46
64,10 35,90
78,50 28,20
Minahasa Tenggara 92,15
67,80 32,20
61,80 19,90
Manado 309,45
90,10 9,90
75,90 7,50
Bitung 55,09
64,50 35,50
69,20 24,60
Tomohon 76,97
80,20 19,80
76,70 15,10
Kotamobagu 143,30
61,60 38,40
60,50 23,30
Rata-rata 138,63
66,70 33,30
69,10 23,50
Ket: BTL : Belanja Tidak Langsung, BL: Belanja Langsung, PD: Pendidikan dasar Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah, diolah
Sedangkan jika dibandingkan dengan total anggaran Dinas Pendidikan persentase anggaran untuk pendidikan dasar lebih kecil lagi karena anggaran
untuk gaji guru dan pegawai dinas pendidikan mempunyai porsi yang lebih banyak dari biaya langsung Tabel 4. Menurut Stiglizt 1999 pembiayaan yang
terlalu besar pada gaji pegawai menyebabkan ketidakefisienan dari suatu sistem. Realisasi anggaran pendidikan dasar bervariasi antara kabupatenkota. Pada tahun
2010 realisasi anggaran terendah adalah kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Dana yang telah dialokasikan tidak diberdayakan semaksimal mungkin,
implikasinya adalah tidak tercapainya indikator-indikator pendidikan dasar. Salah satu pengeluaran pemerintah lainnya adalah Bantuan Operasional
Pemerintah BOS. Program dana BOS dimulai pada tahun 2005 sebagai dana kompensasi kenaikan Bahan Bakar Minyak BBM. Dana BOS bertujuan untuk
meringankan beban masyarakat atas kenaikan harga BBM yang harus digunakan
untuk bidang pendidikan. Oleh karena itu, mekanisme dana BOS adalah transfer langsung kepada sekolah, diberikan kepada murid yang bersekolah disekolah
tersebut. Mekanisme ini dipilih untuk meminimalisir kemungkinan dana disalahgunakan. Besaran dana BOS dihitung berdasarkan berapa banyak murid
yang ada di sekolah tersebut dan besarnya sama untuk tiap siswa. Pada tahun 2005 besaran dana BOS untuk SD 117.500siswatahun dan
SMP 162.250siswatahun. Tahun 2006-2007 terdapat kenaikan dana BOS persiswa sedangkan di tahun 2008 besar dana BOS sama dengan tahun 2007. Pada
tahun 2009 dana BOS untuk daerah kabupaten dibedakan dengan daerah kotamadya. Untuk daerah perkotaan dana BOS untuk SD sebesar 400 ribu
sedangkan untuk perdesaan 397 ribu Tabel 5. Tabel 5 Alokasi Dana BOS rupiahsiswatahun
Tahun SD
SMP Kabupaten
Kotamadya
Kabupaten
Kotamadya
2005 117500
117500 162250
162250 2006
235000 235000
324500 324500
2007 276000
276000 376000
376000 2008
276000 276000
376000 376000
2009 397000
400000 570000
575000 2010
397000 400000
570000 575000
2011 397000
400000 570000
575000 2012
580000 580000
710000 710000
Sumber: Kemdiknas Dari sisi besaran dana, BOS diberikan sama untuk tiap siswa pertahun
perdaerah. Ini berarti bahwa sekolah-sekolah yang besar menerima dana lebih banyak sedangkan sekolah-sekolah kecil menerima dana lebih sedikit, dengan
asumsi sekolah besar memiliki jumlah murid lebih banyak. Padahal, sekolah- sekolah kecil seringkali mempunyai kebutuhan yang berbeda dan memerlukan
dukungan operasional yang lebih besar daripada sekolah-sekolah perkotaan yang lebih besar.
4.3 Fasilitas Pendidikan
Sekolah sebagai sarana pendidikan adalah salah satu kewajiban pemerintah untuk menyediakannya. Pertambahan jumlah SD dan SMP dari tahun 2008-2010
tidak signifikan, untuk sekolah SD hanya bertambah 0,76 persen. Sedangkan pertambahan untuk sekolah SMP sebesar 6,56 persen.
Jumlah SD terbanyak terletak di Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Bolaang Mongondow, hal ini dikarenakan kedua kabupaten ini adalah kabupaten
terluas di Sulawesi Utara. Distribusi sekolah untuk SD relatif merata, hal ini disebabkan kewajiban program wajib belajar 6 tahun yang telah lebih dahulu
dicanangkan oleh pemerintah. Namun, distribusi sekolah di tingkat SMP kurang merata. Sekolah SMP yang terbanyak berada di Kabupaten Minahasa, Bolaang
Mongondow dan di Kota Manado Tabel 6. Implikasinya bagi penduduk yang mau bersekolah SMP di daerahnya kurang banyak pilihan, juga jarak dari sekolah
ke tempat tinggal yang relatif jauh. Pemerintah sudah mencoba untuk menambah jumlah SMP jika melihat dari pertumbuhan jumlah sekolah SMP yang lebih besar
dari pertumbuhan sekolah SD. Tabel 6 Jumlah SD dan SMP di Sulawesi Utara Tahun 2008-2010
KabupatenKota Sekolah SD
Sekolah SMP
2008 2009
2010 2008
2009 2010
Bolaang Mongondow 343
351 351
92 94
96 Minahasa
342 342
342 100
100 100
Kepulauan Sangihe 220
220 221
58 58
59 Kepulauan Talaud
115 115
115 37
38 38
Minahasa Selatan 233
233 235
61 77
79 Minahasa Utara
192 192
192 71
71 71
Minahasa Tenggara 91
92 93
31 31
40 Bolaang Mongondow Utara
88 88
88 20
24 24
Kep. Sitaro 102
102 102
24 24
24 Manado
269 271
271 92
94 94
Bitung 101
101 104
32 34
35 Tomohon
66 66
66 21
21 21
kotamobagu 74
73 73
16 17
17 Sulawesi Utara
2236 2246
2253 655
683 698
Pertumbuhan 0,76
6,56 Sumber : Daerah Dalam Angka KabupatenKota, dalam beberapa tahun
Jika dihubungkan dengan anggaran yang dialokasikan untuk pendidikan dasar, di setiap kabupatenkota anggaran untuk pendidikan dasar mendapatkan
porsi terbesar dari anggaran belanja langsung. Anggaran belanja langsung adalah