IV. DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR
4.1 Dinamika Pendidikan Dasar
Sampai tahun 2012 Provinsi Sulawesi Utara mengalami pemekaran yang cukup pesat. Otonomi daerah membuat Sulawesi Utara yang sebelumnya hanya
mempunyai 4 kabupaten dan 1 kota, saat ini memiliki 11 kabupaten dan 4 kotamadya. Untuk kepentingan penelitian, maka jumlah kabupatenkota yang akan
dipakai sebanyak 9 kabupaten dan 4 kotamadya. Jumlah penduduk Sulawesi Utara berdasarkan sensus penduduk 2010 adalah sebanyak 2.270.596 jiwa. Distribusi
penduduk yang masih di usia pendidikan dasar umur 7-15 tahun sebanyak 17,15 persen dari seluruh kelompok usia dimana penduduk usia SD 7-12 tahun
sebanyak 11,81 persen dan penduduk usia SMP 13-15 tahun sebanyak 5,34 persen. Penduduk usia SD pada tahun 2010 yang masih bersekolah sekitar 98,3
persen, belum pernah sekolah 0,6 persen dan yang tidak sekolah lagi ada 1,1 persen Gambar 7. Persentase penduduk usia SMP pada tahun 2010 yang masih
bersekolah 89,1 persen sedangkan yang putus sekolah sejumlah 10,5 persen, dan yang tidak pernah sekolah sejumlah 0,5 persen Gambar 7.
Partisipasi sekolah usia 7-12 tahun Partisipasi sekolah usia 13-15 tahun
Gambar 7 Partisipasi Sekolah Usia 7-15 Tahun 2010 Pembangunan yang tidak hanya berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi
namun juga pembangunan manusia seutuhnya menjadi target pemerintah. Pemerataan pendidikan dicerminkan dari terbukanya akses pendidikan kepada
semua golongan.
Belum Sekolah
1
Masih sekolah
98 putus
sekolah 1
Belum Sekolah
1
Masih sekolah
89 putus
sekolah 10
Tabel 3 Partisipasi Sekolah Usia 7-15 Tahun di Sulawesi Utara persen
Tahun Usia 7-12 tahun
usia 13-15 tahun Tidakbelum
sekolah Masih
Sekolah Tidak
bersekolah lagi
Tidakbelum sekolah
Masih Sekolah
Tidak bersekolah
lagi 2008
1,34 97,82
0,84 0,49
87,96 11,56
2009 1,56
97,82 0,62
0,48 88,35
11,17 2010
1,15 98,30
0,55 0,46
89,06 10,49
Sumber :SUSENAS, tahun 2008-2010 Untuk pencapaian pendidikan dasar di Sulawesi Utara selama tahun 2008-
2010 menunjukkan kenaikan. Dari data SUSENAS partisipasi sekolah umur 7-12 tahun yang masih bersekolah 97,82 persen pada tahun 2008 dan meningkat
sampai 98,30 persen. Angka ini masih lebih besar dari partisipasi sekolah SMP dimana pada tahun 2008 sebesar 87,96 persen dan meningkat hanya sampai 89,06
persen. Anak yang putus sekolah juga cenderung menurun, anak usia SMP lebih yang tidak bersekolah lagi masih lebih banyak dari usia SD. Pada tahun 2010 dari
100 anak usia 13-15 tahun, masih terdapat 11 anak yang tidak bersekolah atau putus sekolah Tabel 3 .
Gambar 8 APS KabupatenKota Tahun 2010 Angka Partisipasi Sekolah APS juga merupakan salah satu indikator
pemerataan akses dan layanan pendidikan. Pada periode 2010, APS SD di Sulawesi Utara yang tertinggi adalah kabupaten Minahasa sedangkan yang
terendah adalah Sangihe. Untuk APS usia 13-15 tahun yang tertinggi adalah Kepulauan Talaud dan yang terendah adalah Bolaang Mongondow Gambar 8.
Selain melihat partisipasi sekolah, yang perlu menjadi perhatian adalah angka putus sekolah pada usia 7-15 tahun. Kelompok ini adalah proporsi anak
menurut kelompok usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu. Gambaran angka putus sekolah
selama periode penelitian disajikan dalam bentuk peta dengan 3 gradasi warna. Warna paling gelap menunjukkan angka putus sekolah yang masih diatas rata-rata
tahun 2008, sedangkan warna yang paling terang menunjukkan angka putus sekolah di daerah tersebut masih di bawah rata-rata Sulawesi Utara.
Untuk putus sekolah umur 7-12 tahun daerah yang tetap berada diatas rata- rata angka putus sekolah adalah Kabupaten Sangihe, angka putus sekolah di
kabupaten ini meningkat dari 3,21 persen di tahun 2008 menjadi 4,30 persen di tahun 2009. Daerah yang angka putus sekolahnya tetap berada di bawah rata-rata
adalah kabupaten Talaud dan Minahasa Tenggara Gambar 9a dan b. Daerah yang menunjukkan kondisi membaik angka putus sekolahnya
adalah Kabupaten Minahasa, Minahasa Utara, Sitaro, Kota Bitung, Tomohon dan Kotamobagu. Angka putus sekolah di Kotamobagu dari 1,85 persen menjadi 1,05
persen. Kabupaten yang mengalami kondisi memburuk adalah Kabupaten Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, dan Manado Gambar 9a dan
b. Secara keseluruhan dari tahun 2008 ke tahun 2009 kondisi angka putus sekolah cenderung menunjukkan penurunan.