Ekowisata Pariwisata 1. Definisi Pariwisata

3. Proses perencanaan yang mantap yang memudahkan untuk pengembang untuk menetapkan berbagai pilihan untuk berbagai kegiatan wisata 4. Identifikasi jalur jalur terkait, lokal dan regional termasuk kawasan kawasan yang dipergunakan oleh penduduk lokal 5. Kemitraan dan kooperatif untuk pengutan antar lembaga yang bertanggung jawab terhadap manajemen , perencanaan antar sektor publik dan swasta 6. Peran serta masyarakat yang bertumu pada perencanaanprinsip prisip penting yang menguntungkan masyarkat lokal . Sistem pengembangan kawasan tersebut bertumpu pada : lingkungan alam yang masih asli dan belum tercemar, manfaat sosial ekonomi masyarakat sebagai tuan rumah host, peningkatan pemahaman akan pentingnya pelestarian lingkungan , nilai budaya serta pengalaman , keberlanjutan ekologis dan tidak menurunkan mutu lingkungan, dan pola manajemen yang menjamin keberlangsungan pengelolaan. Dari sistem dan pengembangan kawasan maka diperoleh manfaat sebagai berikut Project Quensland state Goverment 1993 : 89: 1. Terciptanya strategi pengembangan yang mantap 2. Terciptanya mekanisme kerja antar lembaga yang bertanggung jawab serta manajemen antar sektor publik dan swasta 3. Terciptanya sumber data lingkungan yang memadai dengan mengidentifikasi berbagai aspek, dampak serta kegiatan pembangunan yang dilakukan pada kawasan tersebut 4. Adanya pendekatan terkoordinasi untuk mencegah duplikasi dan tumpang tindih antar lembaga 5. Adanya peran serta antara berbagai pihak serta 6. Tersedianya sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekowisata

III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kawasan Suaka Margasatwa Nantu, Kawasan Hutan Lindung Boliyohuto, dan Kawasan Hutan Produksi Terbatas Boliyohuto, yang sedang dalam pengajuan sebagai Taman Nasional Nantu-Boliyohuto di Kabupaten Gorontalo Propinsi Gorontalo Gambar 3.1.. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dari bulan Januari 2007 – Juli 2009. Gambar 3.1. Lokasi Penelitian di CTN Nantu-Boliyohuto

3.2. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif yang menganalisa dan menjabarkan kriteria-kriteria penyusunan zonasi yang mengacu pada Permenhut No. P.56Menhut-II2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional denga kriteria ekowisata sebagai pendekatannya. 3.3 Teknik Pengambilan Data 3.3.1. Jenis Data dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder, baik data kuantitatif maupun data kualitatif. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan, hasil wawancara tertuliskuisioner dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terstruktur kepada responden, dan wawancara tidak tertulis dengan para pakar, dan stakeholder yang terkait dan berkompeten Tabel 3.1. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai sumber, yaitu: berbagai instansi pemerintah yang terkait dengan penelitian ini, organisasi non pemerintah, dan jasa internet. Tabel 3.1. Jenis data dan sumber data Jenis Data Nama Data Sumber Data Data primer Jenis-jenis floravegetasi, satwa, kondisi bentang alam Hasil pengamatan analisis data Kondisi sosial budaya masyarakat Persepsi masyarakat Hasil pengamatan, wawancara, kuisioner, analisis data Potensi daya tarik wisata Hasil pengamatan analisis data Data sekunder Peta Rupa Bumi Kabupaten Gorontalo Skala 1 : 50.000 BAKOSURTANAL-Cibinong Peta Tata Batas CTN Nantu- Boliyohuto Skala 1: 50.000 Dinas Kehutanan Propinsi Gorontalo Citra Landsat tahun 2003, 2004, 2005 BAKOSURTANAL-Cibinong, Dinas Kehutanan Prov. Gorontalo Peta Land Systems and Land Suitability Provinsi Gorontalo Skala 1 : 250.000 BAKOSURTANAL – Cibinong Potensi Desa sekitar kawasan CTN Nantu-Boliyohuto Kantor Desa dan Kantor Kecamatan Data kependudukan, sosial, pertanian, perindustrian, perdagangan, perhubungan dan pariwisata Bappeda, BPS Data Curah Hujan dan Kelembaban Gorontalo Stasiun Pengamatan Cuaca BMG Bandara Jalaludin gorontalo Data penunjang lainnya Instansi pemerintah terkait, Perguruan Tinggi, ORNOP, dan publikasi ilmiah

3.3.2. Pengumpulan Data Tumbuhanvegetasi.

Dalam pengambilan data, ada suatu aturan umum dalam menentukan jumlah unit sampling, yaitu ”semakin banyak semakin bagus”. Aturan ini bisa diterima kalau biaya, waktu, dan tenaga bukan merupakan faktor pembatas dalam penelitian. Karena keterbatasan yang dimiliki dalam penelitian ini, maka harus ditentukan jumlah dan ukuran unit sampling yang cukup mewakili keadaan populasi. Berdasarkan pengalaman para peneliti senior, jumlah kuadrat minimal yang harus diambil adalah sekitar 30 buah dengan asumsi pada jumlah ≥ 30 kuadrat nilai keragamannya relatif stabil, tetapi bagaimanapun tidak ada jumlah kuadrat yang mutlak direkomendasikan, karena kisaran heterogen dilapangan bervariasi Kusmana, 1997. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode Systematic sampling with random start , yaitu satuan-satuan contoh diletakkan pada interval jarak yang sama pada areal populasi, dimana unit contoh pertama dipilih secara acak. Sedangkan teknik analisis vegetasi menggunakan metode garis berpetak. Metode ini dapat dianggap sebagai modifikasi petak ganda atau metode jalur, yakni dengan cara melompati satu atau lebih petak dalam jalur sehingga sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama. Metode ini efektif untuk mempelajari perubahan vegetasi menurut kondisi tanah, topografi dan elevasi, karena jalur-jalur contoh ini dibuat memotong garis-garis topografi, memotong sungai dan menaik atau menurun lereng Kusmana, 1997. Gambar 3.2. memperlihatkan pelaksanaan metode garis berpetak di lapangan. Arah Rintisan C A 5m 10 m 100 m 100 m B 20 m Keterangan : A: Unit contoh risalah pancang 5m x 5m B: Unit contoh risalah tiang 10m x 10m C: Unit contoh risalah pohon 20m x 20m Gambar 3.2. Desain metode garis berpetak pengambilan unit contoh vegetasi Pada penelitian ini, pengambilan data vegetasi dibagi atas 3 tiga lokasi yang di anggap mewakili kawasan, yaitu lokasi SM Nantu data sekunder, lokasi HPT Boliyohuto, dan HL Boliyohuto. Pada setiap lokasi dibuat 5 jalur masing- masing sepanjang 3 km dan jarak antar jalur 300m. Untuk memudahkan perisalahan vegetasi dan pengukuran parameternya, petak contoh dibagi-bagi ke dalam kuadrat-kuadrat. Ukuran kuadrat-kuadrat tersebut disesuaikan dengan bentuk morfologis jenis sebagai berikut: Pohon : Pohon dewasa berdiameter ≥ 30 cm petak ukuran 20x20 m Tiang : Pohon muda berdiameter 10 - 29 cm petak ukuran 10x10 m Pancang : Anakan pohon tinggi ≥ 1.5 m, diameter 10 cm petak 5x5m Satwa Pengamatan satwa dilakukan dengan menggunakan metode perjumpaan, yaitu dengan mengamati dan mencatat jenis satwa yang dijumpai di sepanjang jalur pengamatan vegetasi. Pengamatan dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung apabila satwa tersebut dapat diamati secara okuler, sedangkan pengamatan tidak langsung dilakukan berdasarkan suaranya, jejak, sarang, bekas makan, kotoran, goresan, dan indikasi lainnya. Data-data tersebut dilengkapi dengan data sekunder yang berasal dari data penelitian-penelitian sebelumnya pada lokasi yang sama dalam kurun waktu lima tahun terakhir, berupa data keanekaragaman dan penyebaran satwa. Kondisi Fisik Data kondisi fisik yang diamati yaitu: 1 ketinggiantopografi kawasan yang dinyatakan dengan kisaran selang dimulai dari ketinggian yang terendah sampai pada ketinggian yang tertinggi dalam satuan meter di atas permukaan air laut dpal; 2 kemiringankelerengan kawasan yang dinyatakan dengan derajat; 3 penutupan lahan; dan 4 bentang alam yang memiliki keindahan dan keunikan yang menjadi daya tarik wisata, baik yang berada dalam kawasan CTN Nantu- Boliyohuto, maupun yang berada di luar kawasan. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan hasil wawancara tak tertulis dengan tokoh masyarakat dan pengelolapetugas kawasan, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil interpretasi peta rupa bumi Indonesia RBI, hasil penelitian sebelumnya, baik yang melalui media cetak karya ilmiah, tulisan populer, internet, maupun media visual tayangan televisi. Ancaman Kawasan Data ancaman kawasan berupa kegiatan-kegiatan yang merupakan ancaman terhadap keberadaan satwa dan tumbuhan, kerusakan habitat dan ekosistem, yang sangat berpotensi merusak sumber daya alam hayati dan ekosistem kawasan CTN nantu-Boliyohuto. Data diperoleh melalui pengamatan,wawancara tak tertulis data primer dan dari hasil-hasil penelitian sebelumnya data sekunder Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan: 1. Metode Pengamatan, yaitu mengumpulkan data-data yang dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan obyek pengamatan. Pengamatan dilakukan terhadap kegiatan masyarakat sekitar CTNNB, baik berupa sikap, interaksi, maupun sosial budayanya perilaku, adat dan kebiasaantradisi. 2. Metode wawancara, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui interaksi verbal secara langsung dengan arah tujuan yang telah ditentukan. Wawancara dilakukan dengan dua cara, yaitu: Wawancara terstruktur dengan menggunakan instrumen kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan secara rinci. Wawancara dilakukan dengan melibatkan enam desa yang dipilih secara purposive sampling karena lokasinya berada paling dekat dengan kawasan, yaitu: Desa Mohiyolo, Desa Pangahu, Desa Sidoharjo Kecamatan Tolangohula, Desa Potanga Kecamatan Tolinggula, Desa Kasia Kecamatan Sumalata, dan Desa Saritani Kecamatan Wonosari. Masing-masing desa dipilih 45 orang masyarakat sebagai responden yang dipilih secara purposive sampling, yaitu anggota masyarakat yang memiliki akses terdekat menuju kawasan dan berusia 20 tahun ke atas. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang: 1 karakteristik masyarakat, terdiri atas tingkat pendidikan, mata pencaharian masyarakat, dan pendapatan masyarakat; dan 2 interaksi masyarakat, yang menunjukkan tindakanketerlibatan seseorang sebagai bentuk nyata dari sikap. Daftar kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1. Wawancara tidak terstruktur yang bersifat lebih fleksibel dan terbuka, dilakukan terhadap tokoh masyarakat sekitar kawasan CTNNB yang mahir berbahasa Indonesia dan bahasa daerah Gorontalo dan pengelola kawasan yang secara intensif berinteraksi dengan masyarakat dan kawasan CTNNB. wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh data kearifan lokal dan adat istiadat yang merupakan budaya masyarakat lokal, dikaitkan dengan pengembangan pola pengelolaan taman nasional yang partisipatif, aspiratif dan akomodatif terhadap masyarakat lokal, sekaligus sebagai bentuk pengakuan awal terhadap hak-hak mereka dalam mengelola sumber daya alam. Wawancara ini juga digunakan untuk memperoleh data yang lebih akurat dari tokoh masyarakat yang paham tentang sosial budaya masyarakat sekitar kawasan CTNNB. 3. Foccus Group Discussion FGD dan Pemetaan Partisipatif. FGD dilakukan bersamaan dengan pengambilan data wawancara terstruktur, yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang akurat dari masyarakat sekitar tentang pola hubungan yang terjadi antara unsur fisik dan sosial dalam pengelolaan sumberdaya alam kawasan CTNNB. Masyarakat sebagai pelaku utama mengidentifikasi dan menganalisa situasi pola penggunaan lahan oleh masyarakat di dalam kawasan, kegiatan-kegiatan ekonomi, serta wilayah adatreligi serta, baik potensi maupun permasalahannya. Hasilnya dituangkan dalam bentuk pemetaan dan akan menjadi penentu perencanaan pengelolaan kawasan CTNNB yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat, serta rencana-rencana masyarakat terhadap kawasan CTNNB. Pemetaan dilakukan secara sederhana, yaitu dengan mengunakan peta dasartematik yang telah disediakan. Masyarakat menentukan lokasi-lokasi yang selama ini mereka gunakan sebagai lokasi pemanfaatan, yaitu penggunaan lahan sebagai lahan perkebunan dan pertanian, pengambilan hasil hutan non kayu, lokasi Penambangan Emas Tanpa Izin PETI, dan lokasi pemukiman beberapa keluarga Suku Polahi. Penentuan titik lokasi dilakukan dengan 2 cara, yaitu 1 berdasarkan koordinat lokasi pelaksanaan FGD, dapat diperkirakan lokasi-lokasi penggunaan lahan tersebut di atas lembaran peta dasartematik; dan 2 penunjukkan lokasi secara langsung di lapangan dalam kawasan CTNNB yang dilakukan pada saat pengambilan data ekologi, kemudian lokasi tersebut ditentukan koordinatnya dengan menggunakan alat GPS. Tabel 3.2. Variabel kondisi ekologi dan sosial yang diamati di CTNNB Aspek Kajian Kriteria Indikator Metode pendekatan Ekologi biofisik Sebaran tumbuhan 1. Ada 2. Tidak ada Inventarisasi Indentifikasi spesies Sebaran satwa 1. Ada 2. Tidak ada Bentang alam 1. Keindahan 2. Keunikan 3. Semak, Belukar Observasi, wawancara, FGD Sosial Ekonomi Interaksi masyarakat Penggunaan lahan masyarakat 1. Pemanfaatan hasil hutan kayu 2. Pemanfaatan hasil hutan non kayu 3. Ladangkebun 4. Adatreligi 5. pemukiman Kuisioner, FGD pemetaan partisipatif Fasilitas 1. Ada 2. Tidak ada Survey data sekunder Kondisi Daya Tarik Wisata Data yang dikumpulkan berupa unsur-unsur daya tarik wisata, yaitu: 1 daya tarik; 2 aksesibilitas; 3 fasilitas wisata; 4 lingkungan dan masyarakat; dan 5 potensi pasar. Kriteria dan indikator tersebut ditunjukkan pada Lampiran 2. Data primer diperoleh melalui observasisurvey dan wawancara dengan masyarakat. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya. Data yang dikumpulkan berupa data aktual yang sudah dimanfaatkan dan data potensial yang belum dimanfaatkan.

3.4. Analisis Data

Metode analisis data adalah metode analisis deskriptif, yang digunakan untuk mengkaji dan menjelaskan kondisi obyek kajian menurut kriteria tertentu sehingga bisa memberikan gambaran yang sesungguhnya untuk kemudian dibuat generalisasi. Jenis analisis data yang digunakan yaitu: Analisis Vegetasi Analisis ini digunakan untuk menganalisis data-data flora yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut: Kusmana, 1997. Kerapatan K = Jumlah Individu pohon Luas Petak Contoh ha Frekuensi F = Jumlah petak ditemukan suatu jenis Jumlah seluruh petak contoh Dominansi D = Luas bidang dasar suatu jenis m 2 Luas seluruh petak contoh ha Kerapatan relatif KR = Kerapatan suatu jenis x 100 Kerapatan total seluruh jenis Frekuensi relatif FR = Frekuensi suatu jenis x 100 Frekuensi seluruh jenis Dominansi relatif DR = Dominansi suatu jenis x 100 Dominansi seluruh jenis Indeks Nilai Penting INP dihitung dengan menggunakan rumus: INP = KR + FR + DR Analisis Spasial dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi SIG Analisis spasial merupakan prosedur kuantitatif yang dilakukan pada analisis lokasi, yang mengarah pada banyak macam operasi dan konsep termasuk perhitungan sederhana, klasifikasi, penataan, tumpangsusun geometris, dan pemodelan kartografis. Analisis spasial dipilah dalam dua bentuk yaitu analsis spasial berbasis sistem informasi geografis sederhana Simple GIS-based spatial analysis dan analsis spasial berbasis sistem informasi geografis lanjut Advanced GIS-based spatial analysis De Mers, 1997; Johnston,1994; Fotheringham, 2005 dalam Budiyanto, http:geografionline.com. Sistem informasi Geografis SIG adalah sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menampilkan, dan mengkorelasikan data keruanagan spasial atau geografis dari sebagian fenomena ruang muka bumi untuk di analisis dan hasilnya dikomunikasikan kepada pemakai informasi terutama untuk pengambilan keputusan Aronoff, 1990; Supriatna, 2001. Keuntungan menggunakan SIG adalah kemampuannya untuk menyajikan informasi spasial maupun non spasial secara bersama-sama dalam bentuk vektor, raster, ataupun data tabular. Hasil analisis data-data ekologi, data sosial budaya masyarakat, dan data potensi ekonomi disintesis sehingga menghasilkan peta-peta dasartematik peta flora fauna, peta bentang alam, peta sosial budaya, dan peta potensi ekonomi. Peta-peta ini digunakan untuk merancang zona pengelolaan CTN Nantu- Boliyohuto. Data-data spasial peta, data atribut tabel dan data lapangan koordinat dianalisis dengan menggunakan SIG Sistem Informasi Geografis. Semua data spasial berupa peta-peta dasar didigit dengan menggunakan alat digitizer. Hasil input data tersebut dikoreksi melalui proses pengeditan untuk melihat error yang ada. Setelah semua error dikoreksi dilakukan proses transformasi titik koordinat menjadi koordinat UTM Universal Transverse Mercator . Proses penggabungan dua atau lebih coverage menjadi 1 coverage dilakukan dengan proses MAPJOIN, setelah menjadi satu coverage, setiap poligon yang ada diberikan label untuk pemberian atribut info. Gabungan data spasial dan data atribut yang telah diberikan didapatkan hasil berupa pangkalan data untuk masing-masing jenis peta. Semua data yang diubah ke dalam bentuk peta digital komputer beserta pangkalan datanya, dianalisis secara spasial dengan menggunakan metode penampalan overlay di antara peta-peta digital tersebut sehingga terbentuk peta baru berupa zonasi pengelolaan CTN Nantu-Boliyohuto yang terbagi atas zona inti, zona rimba, dan zona pemanfaatan. Peta-peta yang dihasilkan berupa: 1 peta ekologi, meliputi peta penutupan lahan, peta penyebaran satwa dan penyebaran tumbuhan langka dan endemik, peta kelerengan, peta topografi, peta hidrologi; 2 peta sosial, meliputi peta penggunaan lahan oleh masyarakat; dan 3 peta sosial ekonomi, meliputi peta obyek dan daya tarik wisata, dan peta aksesibilitas.