Perkembangan Pariwisata Pariwisata Internasional

ke lingkungan alami yang mendukung konservasi dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. Sedangkan definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society pada tahun 1990, yaitu suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat Fandeli, 2000. Boo 1992 kemudian menuliskannya sebagai wisata-eko eco-tourism yang berarti wisata ekologis. Hal ini sangat dimungkinkan karena konsep ini dilahirkan atas kegiatan wisata yang dilakukan dengan memanfaatkan kondisi ekologis kawasan atau merupakan sebuah hubungan timbal balik antara kegiatan wisata dengan lingkungan alamiah. Selanjutnya, beberapa terminologi mengenai ekowisata yang banyak digunakan oleh berbagai pihak yang cenderung membingungkan seperti halnya: green tourism, low impact tourism, smale scale tourism, low density tourism, soft tourism dan lain sebagainya akan menimbulkan kerancuan dalam mencari bentuk pengembangan konsep tersebut dilapangan Avenzora, 2003. Konsep ini kemudian berkembang sangat pesat, dan mulai dikaitkan dengan tujuan konservasi dan presevasi. Tujuan konservasi merupakan upaya pelestarian terhadap berbagai potensi sumber daya tarik wisata dan lingkungan sekitarnya, sedangkan preservasi sebagai upaya untuk dapat mempertahankan segala sesuatu yang berkaitan dengan kelestarian nilai daya tarik dan lingkungan. dengan demikian ekowisata dinyatakan sebagai sebuah konsep wisata yang mendayagunakan dan mempertahankan kelestarian ekosistem dari lingkungan yang masih alami. Goodwin 1996 mendefinisikan ekowisata sebagai sebuah bentuk perjalanan wisata ke kawasan yang masih alami yang dilakukan dengan tujuan konservasi lingkungan hidup dan melestarikan kehidupan serta kesejahteraan masyarakat lokal . Hal yang sama juga dinyatakan oleh Williams 1999 yang menyatakan ekowisata sebagai sebuah bentuk baru berwisata yang dilakukan secara bertanggung jawab kekawasan alami yang menciptakan industri wisata baru. Australian Department of Tourism Fandeli, 2000 memasukkan unsur pendidikan kedalam bentuk ekowisata ini dengan mendefinisikan ekowisata adalah wisata yang berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Hal yang sapa dikemukakan oleh Keisler 1997 dan Weaver 2005, yaitu konsep ekowisata memiliki sifat pendidikan edukasi dimana kegiatannya mengajak penduduk setempat, pengunjung, wisatawan dan seluruh komponen yang terkait dengan penyelenggaraan dan atau pengelolaan agar lebih peka terhadap lingkungan, kelestarian sumber daya alan dan daya tarik wisata lainnya serta dapat memberikan kenangan dan kepuasaan wisatawan. Dari definisi ini terlihat bahwa usaha tersebut tidak hanya berorientasi pada kegiatan bisnis semata akan tetapi juga ikut berperan dalam upaya pelestarian sumber daya alam, lingkungan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Dilain pihak, Supriatna 1995 melihat bahwa keterkaitan antara wisata alam merupakan berbagai jenis kegiatan wisata seperti: wisata massal, wisata petualangan, wisata berdampak ringan, dan kegiatan wisata yang memanfaatkan alam sebagai kawasan yang dituju oleh wisatawan, sehingga ekowisata juga merupakan bagian dari wisata alam yang definisi awalnya merupakan sebuah kegiatan wisata yang dilakukan di alam. Hal ini tentunya akan menimbulkan berbagai kerancuan mengenai konsep ekowisata, karena pada dasarnya ekowisata dilakukan sebagai sebuah kegiatan yang dikaitkan dengan lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan masyarakat sekitarnya Kodhyat, 1998. Selain itu ekowisata bertujuan menterpadukan pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan, membuka lapangan kerja baru bagi penduduk setempat, serta memberikan pendidikan kepada pengunjung tentang arti dan manfaat lingkungan Wunder, 2000. Ecotourism Research Group 1996, sebuah organisasi masyarakat yang bergerak dalam bidang kepariwisataan di Amerika, memberikan pengertian yang lebih proaktif dengan menyatakan bahwa keutamaan ekowisata adalah untuk upaya pelestarian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal tanpa adanya intervensi dari pihak luar dalam perkembangan kawasan wisata. Penelitian yang dilakukan oleh Fennel 2001 menunjukkan variasi pengertian mengenai ekowisata, tetapi terdapat beberapa unsur utama yang paling dominan dari penelitian tersebut yaitu usaha konservasi 41,2 dan pada kawasan alami 44,7. Hal ini membuktikan bahwa pengertian dasar yang telah dibangun oleh Lascurain 1997 masih menjadi fokus utama dari konsep tersebut. Indikator yang dapat digunakan dalam konsep tersebut dilapangan dikembangkan oleh Fennels 2001, dapat dilihat pada Tabel 2.8. Tabel 2.8. Unsur unsur penting dalam ekowisata Unsur Sub unsur Jumah batasan Konservasi 33 41,2 Landasan Ekologi 29 34,1 Ekologi,budaya, ekonomi 28 32,9 Ekologi dan budaya 21 24,7 Ekologi dan ekonomi 6 7,1 Ekonomi 1 1,2 Tempat pelaksanaan Kawasan alami 38 44,7 Kawasan konservasilindung 3 3,5 Kawasan pedesaan 2 2,4 Kawasan belum dikembangkan 2 2,4 Pendidikan Pendidikan 9 10,6 Pemahaman 6 7,1 Interpretasi 4 4,7 Pembelajaran 4 4,7 Penelitian 3 3,5 Etika Penghormatan 7 8,2 Tanggungjawab 6 7,1 Manfaat setempat Ekonomi 19 22,4 Kesejahteraan 8 9,4 Pengembangan Masyarakat 1 1,2 Budaya Umum 38 44,7 Adat istiadat 3 3,5 Masyarakat Asli 1 1,2 Situs Purbakala 1 1,2 Misi usaha BisnisPemasaran 9 10,6 Dampak Minimal rendah 13 15,3 Non consumptive 2 2,4 Pengelolaan Umum 7 8,2 Sumberdaya 2 2,4 Keberlanjutan Pembangunan berkelanjutan 21 24,7 Tujuan konservasi dan keberlanjutan 1 1,2 Sumber : dimodifikasi dari Fennels 2001 dalam Sekartjakrarini 2004 Pengertian yang disepakati bersama diakui penting ketika pertemuan puncak ekowisata di Quebec, Canada, tahun 2002. Pertemuan ekowisata pertama terbesar di dunia tersebut dihadiri oleh ketiga kelompok pelakunya, yaitu: pemerintah, swasta, dan masyarakat. Pertemuan ini menyepakati bahwa ekowisata bukanlah tujuan, namun suatu alat untuk konservasi dan pembangunan berkelanjutan. Dalam kaitan ini, ekowisata seharusnya dipahami sebagai konsep operasional untuk menuju pembangunan pariwisata berkelanjutan, yang dicirikan bahwa ekowisata: 1 terkait dengan pemanfaatan lingkungan secara lestari; 2 berpihak pada pembentukan masyarakat madani dan peka terhadap tata nilai budaya dan sosial masyarakat adat maupun masyarakat lokal; 3 mampu menjawab pergeseran nilai, minat, preferensi yang berkembang di sisi pasar; dan 4 mampu memberikan konstribusi terhadap pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Sehingga lahirlah pengertian ekowisata, yaitu : suatu konsep pengembangan dan penyelenggaraan kegiatan pariwisata berbasis pemanfaatan lingkungan untuk perlindungan, serta berintikan partisipasi aktif masyarakat, dan dengan penyajian produk bermuatan pendidikan dan pembelajaran, berdampak negatif minimal, memberikan konstribusi positif terhadap pembangunan ekonomi daerah, dan diberlakukan bagi kawasan lindung, kawasan terbuka, kawasan alam binaan, serta kawasan budaya Sekartjakarini N.K Legoh, 2004; Sekartjakrarini, 2009. Penerapan konsep ekowisata yang diberlakukan bagi kawasan-kawasan sebagaimana disebutkan dalam batasan tersebut, mengartikan bahwa konsep ini berlaku bagi pengembangan dan penyelenggaraan pariwisata yang mengambil tempat di antara lain : kawasan konservasi hutan dan laut, kawasan budaya, kawasan pulau-pulau kecil dan pesisir, kawasan rural binaan dan pedesaan serta kawasan-kawasan lain yang memiliki kerentanan ekologis yang tinggi seperti misalnya kawasan karst dan kawasan esensial. Lebih lanjut Sekartjakrarini 2009 mengartikan bahwa ekowisata sebagai konsep pengembangan dan penyelenggaraan pariwisata berbasis lingkungan alam dan budaya masyarakat setempat dengan azas pemanfaatan dan operasional yang berfokus pada : 1. perlindungan sumber-sumber untuk mempertahankan kelangsungan ekologi lingkungan kawasan ecologically sustainable dan kelestarian budaya masyarakat setempat; 2. pengelolaan operasional kegiatan dengan dampak lingkungan minimalsekecil mungkin enviro-management; 3. partisipasi dan pemberdayaan masyarakat setempat sebagai bagian dari upaya menyadarkan, memampukan, memartabatkan dan memandirikan rakyat menuju peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup, dengan bertumpu pada kegiatan usaha masyarakat itu sendiri, dan peningkatan keahlian profesi; dan 4. pengembangan dan penyajian atraksi wisata dalam bentuk program interpretasi. Menurut Hafield 1995, suatu kegiatan wisata dapat dikatakan sebagai ekowisata jika telah memenuhi empat dimensi, yaitu : 1 dimensi konservasi, yaitu kegiatan wisata tersebut membantu usaha pelestarian alam setempat dengan dampak negatif seminimal mungkin; 2 dimensi pendidikan, yaitu wisatawan mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai ekosistem, keunikan biologi, dan kehidupan sosial di tempat yang dikunjungi; 3 dimensi sosialkemasyarakatan, yaitu masyarakat setempat yang menjadi aktor utama dalam penyelenggaraan kegiatan wisata tersebut; dan 4 dimensi ekonomi, yaitu menumbuhkan kegiatan perekonomian yang berbasis kemasyarakatan. Sekartjakrarini 2009 merumuskan prinsip ekowisata, yaitu: 1 konservasi: melindungi melindungi dan melestarikan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya SDAHE; 2 edukasi dan rekreasi: penyajian produk-produk layak pasar yang bermuatan pendidikan, pembelajaran, dan rekreasi dari nilai-nilai karakteristik alam dan budaya setempat; 3 partisipasi dan interaksi masyarakat: melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan, pengelolaan kawasan, termasuk kondisi sosial budaya masyarakat setempat yang berpotensi konflik, seperti penggunaan lahan oleh masyarakat ladang, perkebunan, pertanian, pemukiman, dan lokasi pemanfaatan pengambilan hasil hutan non kayu; 4 ekonomi: pemanfaatan kawasan yang memberikan insentif ekonomi bagi masyarakat seperti kegiatan pariwisata yang bisa membuka berbagai peluang lapangan kerja, dan memberikan PAD kepada pemerintah daerah; dan 5 kendali: menekan dampak negatif dari rangkaian kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan kawasan dengan berpedoman pada aturan dan perundang- undangan yang berlaku. Beberapa contoh penerapan konsep ekowisata: Pengembangan ekowisata di Belize Pengembangan ekowisata di Belize berawal dari berkembangnya minat dan selera masyarakat terhadap kegiatan wisata yang berbasis pada sumber daya alam, lingkungan, dan nilai masyarakat lokal yang masih asli dan belum tercemar antara lain : bentang alam, cagar alam, kawasan sungai, atraksi budaya termasuk didalamnya upacara adat. Dalam pengembangan kawasan wisata di Cagar Biosfer Community Babon dan Cook Wildlife Sanctuary bertumpu pada: