Perubahan Pola Kepariwisataan Pariwisata 1. Definisi Pariwisata

Menurut Hafield 1995, suatu kegiatan wisata dapat dikatakan sebagai ekowisata jika telah memenuhi empat dimensi, yaitu : 1 dimensi konservasi, yaitu kegiatan wisata tersebut membantu usaha pelestarian alam setempat dengan dampak negatif seminimal mungkin; 2 dimensi pendidikan, yaitu wisatawan mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai ekosistem, keunikan biologi, dan kehidupan sosial di tempat yang dikunjungi; 3 dimensi sosialkemasyarakatan, yaitu masyarakat setempat yang menjadi aktor utama dalam penyelenggaraan kegiatan wisata tersebut; dan 4 dimensi ekonomi, yaitu menumbuhkan kegiatan perekonomian yang berbasis kemasyarakatan. Sekartjakrarini 2009 merumuskan prinsip ekowisata, yaitu: 1 konservasi: melindungi melindungi dan melestarikan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya SDAHE; 2 edukasi dan rekreasi: penyajian produk-produk layak pasar yang bermuatan pendidikan, pembelajaran, dan rekreasi dari nilai-nilai karakteristik alam dan budaya setempat; 3 partisipasi dan interaksi masyarakat: melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan, pengelolaan kawasan, termasuk kondisi sosial budaya masyarakat setempat yang berpotensi konflik, seperti penggunaan lahan oleh masyarakat ladang, perkebunan, pertanian, pemukiman, dan lokasi pemanfaatan pengambilan hasil hutan non kayu; 4 ekonomi: pemanfaatan kawasan yang memberikan insentif ekonomi bagi masyarakat seperti kegiatan pariwisata yang bisa membuka berbagai peluang lapangan kerja, dan memberikan PAD kepada pemerintah daerah; dan 5 kendali: menekan dampak negatif dari rangkaian kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan kawasan dengan berpedoman pada aturan dan perundang- undangan yang berlaku. Beberapa contoh penerapan konsep ekowisata: Pengembangan ekowisata di Belize Pengembangan ekowisata di Belize berawal dari berkembangnya minat dan selera masyarakat terhadap kegiatan wisata yang berbasis pada sumber daya alam, lingkungan, dan nilai masyarakat lokal yang masih asli dan belum tercemar antara lain : bentang alam, cagar alam, kawasan sungai, atraksi budaya termasuk didalamnya upacara adat. Dalam pengembangan kawasan wisata di Cagar Biosfer Community Babon dan Cook Wildlife Sanctuary bertumpu pada: 1. Lingkungan yang masih asli 2. Pola perencanaan pengembangan kawasan yng dapat meningkatkan daya tarik wisata yang dapat menjamin kelestarian kawasan 3. Peningkatan pendapatan masyarakat lokal 4. Kerjasama antar sektor terkait dalam pengembangan kawasan 5. Partisipasi aktif dari masyarakat setempat Manfaat yang dihasilkan dalam pengembangan kawasan dengan menggunakan konsep ekowisata dirasakan langsung oleh para stakeholdernya antara lain: 1. Terciptanya perlindungan dan pengendalian serta peningkatan mutu lingkungan 2. Sarana penciptaan iklim ramah lingkungan 3. Upaya pelestarian sumber daya alam dan penghargan terhadap gaya hidup pedesaan serta peningkatan nilai budaya lokal 4. Sumber pendapatan desa dan penciptaan lahan kerja baru. Pengembangan ekowisata di Equador Pengembangan ekowisata di Equador merupakan sebuah model pengembangan kawasan wisata yang memanfaatkan taman nasional perlindungan hutan Amazon Rain Forest Amazon, kawasan hidupan satwa liar Catopaxi National Park dan kawasan DAS Arkansas serta berbagai ODTW lainnya yang mempunyai keunikan bentang alam dan daya tarik ekosistem hutan tropis cagar budaya Cultural Heritage dan budaya khas masyarakat Indian yang sangat terkenal dan telah terpelihara sejak 800 tahun yang lalu. Dalam kawasan ini terdapat lebih dari 800 jenis pohon endemis, 600 jenis reptil dan berbagai keunikan lainnya . Sistem pengembangan kawasan wisata tersebut lebih ditekankan pada : 1. Upaya pelestarian dan pengendalian Sumber Daya alam khususnya lingkungan sekitar sungai serta perlindungan spesies liar. 2. Pembangunan sumber daya manusia berupa peningkatan kualitas pengelolaan obyek wisata, pemandu wisata dan pendidikan ekologi Eko-Esquala- Ekology.