Frekuensi  kendaraan  umum  ke  Desa  Mohiyolo  umumnya  relatif  lancar, terutama  pada  hari-hari  pasar,  meskipun  waktu  operasionalnya  hanya  dari  pagi
sampai  sore,  baik  itu  angkutan  darat  maupun  angkutan  sungai.  Untuk mengantisipasi keterlambatan perjalanan, sebagaimana biasanya kendaraan umum
yang menunggu hingga penumpang penuh baru jalan, para wisatawan dianjurkan untuk menggunakan mobil pribadi atau mobil sewaan supaya perjalanan lancar.
5.2.3.  Fasilitas Wisata
Hasil penilaian unsur fasilitas wisata pada kawasan CTN Nantu-Boliyohuto disajikan  pada  Tabel  5.6.  Fasilitas  wisata  yang  berada  di  desa-desa  sekitar
kawasan  masih  sangat  minim.  Penginapan  atau  hotel  di  sekitar  kawasan  sampai radius  20  km  belum  ada.  Keberadaan  hotel  sampai  penginapan  kelas  melati
dapat  ditemukan  di  kota  kabupaten  atau  kota  provinsi.Untuk  keperluan  tempat tinggal,  pengunjung  dapat  menginap  di  rumah  penduduk.  Sedangkan  di  dalam
kawasan CTTNB bagian SM Nantu terdapat dua pondok yang berada pada daerah pintu  masuk  kawasan,  yaitu  pondok  penelitian  dan  pos  jaga,  yang  berupa  rumah
kayu  semi  permanen  yang  dilengkapi  bilik  mandi,  WC  dan  dapur,  sumur  yang terletak  di  belakang  pondok  untuk  keperluan  air  bersih,  serta  dilengkapi  dengan
generator  untuk  penerangan  di  malam  hari.  Bagi  pengunjung  yang  ingin bermalam di dalam kawasan hutan dapat menggunakan pondok tersebut bersama-
sama  dengan  petugas  dan  tidak  dikenakan  biaya.  Untuk  ketersediaan  sumber  air bersih  pada  desa-desa  sekitar  kawasan,  khususnya  pada  desa-desa  yang  menjadi
lokasi  penelitian  juga  mengandalkan  sumber  air  tanah  sumur  dan  aliran  sungai di DAS Paguyaman serta Sub DAS Nantu.
Fasilitas penerangan Iistrik melalui jaringan PLN saat ini telah menjangkau sampai  ke  daerah  kecamatan  dan  beberapa  desa,  namun  penerangan  untuk  desa-
desa yang menjadi lokasi penelitian belum semuanya terjangkau oleh penerangan listrik,  hanya  Desa  Mohiyolo  yang  saat  ini  telah  memperoleh  penerangan  listrik
dan selebihnya Desa Pangahu dan Desa Saritani belum terjangkau jaringan PLN. Sedangkan  penerangan  listrik  dalam  kawasan  CTNNB  saat  ini  baru  dapat
dinikmati dengan menggunakan generator, yang dinyalakan dua kali sehari yakni pada pagi dan malam hari. Penerangan pada pagi hari dilakukan pada pukul 07.00
pagi  untuk  melakukan  komunikasi  dengan  pihak  BKSDA  Manado  dan  Yayasan
Adudu  Nantu  Internasional  YANI,  sedangkan  pada  malam  hari  berlangsung sampai  pukul  22.00  dan  setelah  itu  penerangan  dilakukan  menggunakan  lampu
minyak. Fasilitas  dan  pelayanan  kesehatan  sampai  saat  ini  belum  tersedia.  Fasilitas
terdekat  hanya  berada  di  Desa  Mohiyolo.  Fasilitas  atau  sarana  kesehatan  yang terdapat  di  Desa  Mohiyolo  adalah  sebuah  puskesmas  pembantu  dengan  tenaga
medis  berjumlah  2  orang.  Sedangkan  pada  desa  lainnya  Desa  Pangahu  dan Saritani  belum  terdapat  adanya  sarana  maupun  fasilitas  kesehatan  lainnya.  Bagi
penduduk maupun wisatawan  yang memerlukan perawatan sakit harus ke Desa Mohiyolo atau ke ibukota kecamatankabupaten.
Fasilitas  dan  pelayanan  perbelanjaan  makanan  dan  minuman  belum tersedia  di  dalam  kawasan.  Saat  ini  keberadaan  kios  warung  terdekat  dengan
pintu  masuk  kawasan  terletak  di  Desa  Saritani.  Sedangkan  pasar  yang  menjadi pusat  perbelanjaan  masyarakat  di  ketiga  desa  yang  menjadi  lokasi  penelitian
terletak di Desa Mohiyolo. Masyarakat di kedua desa lainnya memasarkan hasil- hasil  pertanian  di  pasar  Desa  Mohiyolo,  karena  merupakan  satu-satunya  pasar
terdekat.  Selain  pasar  tersebut,  juga  terdapat  pasar  di  desa  lain  yang  waktu  hari pasarnya  berbeda,  dan  biasanya  hari  pasar  tersebut  berlangsung  sekali  seminggu
untuk setiap desa. Fasilitas  pelayanan  pos  dan  telekomunikasi  telepon  belum  tersedia  di
sekitar  kawasan.  Khusus  untuk  fasilitas  komunikasi  antara  petugas  lapangan dengan  pihak  BKSDA  Manado  dan  YANI  dilakukan  melalui  radio  panggil.
Fasilitas  pelayanan  pos  masih  berpusat  di  ibukota  kabupaten,  sedangkan  pada ibukota  kecamatan  masih  berupa  pos  pembantu  atau  pos  keliling,  dan  untuk
sarana  telekomunikasi,  telepon  rumah  maupun  sambungan  telepon  seluler  sudah dapat terjangkau sampai saat ini.
Pelayanan  informasi  pusat  informasi  di  dalam  kawasan  sampai  saat  ini belum ada. Informasi mengenai kondisi lokasi dan daya tarik yang dimiliki dapat
diperoleh  dari  para  petugas  yang  berjaga  saat  berkunjung.  Sedangkan  informasi secara  umum  dapat  diperoleh  pada  piilak  pengelola  yaitu  BKSDA  Manado  dan
YANI selaku pengelola saat ini.
Pelayanan  keamanan  wisatawan  dapat  dikatakan  terjamin,  karena  pihak YANI  selaku  mitra  kerja  BKSDA  Manado  yang  menjadi  pengelola  kawasan
mempekerjakan  4  orang  Brimob  yang  bertugas  sebagai  patroli  keamanan kawasan. Pergantian petugas keamanan ini dilakukan sekali sebulan.
Tabel 5.6. Penilaian Fasilitas Wisata di CTN Nantu-Boliyohuto
No Sub Unsur yang Dinilai
Nilai
1. Fasilitas  wisata :  Akomodasi, Rumah  makan  restoran
kafe 20
2. Fasilitas pendukung: balai kesehatan, pos polisi,
20 3.
Fasilitas khusus: tidak ada 10
4. Prasarana pariwisata : Jalan raya, Jaringan telepon,
Jaringan listrik, Ketersediaan air bersih 40
Nilai Dasar = Jumlah Nilai 90
Nilai Bobot Nilai Dasar X Bobot 450
5.2.4.  Masyarakat dan Lingkungan
Modernisasi  dan  dinamika  pembangunan  di  daerah  terus  berlangsung, namun  peran  hutan  belum  tergantikan  bagi  pemenuhan  kebutuhan  ekonomi
keluarga  masyarakat  sekitar  hutan.  Sebagian  besar  sumber  penghasilan  keluarga berasal dari hutan, baik  untuk konsumsi maupun sebagai sumber penghasil uang
tunai.  Di  luar  Jawa,  kebanyakan  masyarakat  pedesaan  tinggal  di  dalam  atau  di sekitar  kawasan  hutan  negara.  Sekitar  48,8  juta  orang  tinggal  pada  lahan  hutan
negara dan sekitar 10,2 juta di antaranya dianggap miskin. Selain itu ada 20 juta orang  yang  tinggal  di  desa-desa  dekat  hutan  dan  enam  juta  orang  di  antaranya
memperoleh sebagian besar penghidupannya dari hutan Wollenberg dkk, 2004. Salah  satu  karakteristik  ekowisata  adalah  menempatkan  masyarakat  lokal
sebagai  aktor  utama  dalam  penyelenggaraan  ekowisata  tersebut.  Partisipasi  dan pemberdayaan  masyarakat  lokal  sebagai  bagian  dari  upaya  menyadarkan,
memampukan,  memartabatkan  dan  memandirikan  rakyat  menuju  peningkatan kesejahteraan  dan  kualitas  hidup,  dengan  bertumpu  pada  kegiatan  usaha
masyarakat itu sendiri, dan peningkatan keahlian profesi. Masyarakat
yang mendiami
sekitar kawasan
CTNNB rata-rata
berpendidikan  rendah.  Umumnya  mereka  pernah  bersekolah  sampai  tingkat  SD,
tetapi  banyak  yang  berhenti  dan  bekerja  sebagai  pemungut  rotan,  pencari  kayu, danatau  sebagai  pendulang  emas  di  dalam  kawasan.  Dilihat  dari  mata
pencahariannya, umumnya masyarakat sekitar kawasan memiliki pekerjaan pokok sebagai  petani  danatau  buruh  tani.  Jenis  pekerjaan  di  sektor  pertanian  sebagian
besar  adalah  berladangsawah,  baik  di  luar  kawasan  maupun  di  dalam  kawasan CTNNB. Selanjutnya berturut-turut bekerja sebagai peternak, pedagang swasta,
dan  lainnya.  Jenis  pekerjaan  lainnya  meliputi  pemungut  rotan,  pengambil  kayu, dan  berburu  di  dalam  kawasan  CTNNB,  nelayan,  supir,  tukang  perahu,  tukang
ojek,  dan  lainnya.  Namun  sebenarnya,  masyarakat  masih  bergantung  hidupnya dari  hasil  kawasan.  Dari  hasil  wawancara  tidak  tertulis  dengan  responden,
umumnya masyarakat yang mempunyai lahan pertanian mengakui bahwa bertani merupakan  pekerjaan  sampingan  dari  pekerjaan  utamanya  sebagian  pemungut
hasil  hutan.  Mereka  turun  ke  sawahladang  hanya  pada  saat  menyiapkan  lahan sampai  menanam  bibit,  kemudian  kembali  lagi  pada  saat  panen.  Waktu  diantara
musim tanam dan musim panen digunakan untuk memungut hasil hutan, terutama rotan. Sedangkan yang tidak bekerja umumnya terdiri dari anak-anak, orang lanjut
usia,  dan  wanita.  Yang  cukup  meresahkan  adalah  lapisan  masyarakat  berusia produktif  namun  tidak  bekerja.  Mereka  menjadikan  kawasan  CTNNB  sebagai
lapangan  kerja  alternatif.  Hal  ini  merupakan  ancaman  bagi  kelestarian  kawasan jika keadaan ini tidak diakomodir oleh pengelola kawasan. Golongan  yang tidak
bekerja  ini  justru  merupakan  potensi  tenaga  kerja  untuk  menciptakan  lapangan kerja pada kegiatan ekowisata.
Bagi masyarakat yang berpendidikan rendah  diperlukan usaha dan kegiatan yang  dapat  meningkatkan  pengetahuan  dan  keterampilan  dasar  agar  proses
pemberdayaan  dan  pelibatan  masyarakat  sebagai  aktor  pengelolaan  ekowisata dapat  terwujud.  Kegiatan  tersebut  dapat  berupa  pelatihan  dan  kursus  yang
berkaitan dengan profesi dan potensi sumberdaya lokal, serta pendampingan dan pembimbingan  oleh  fasilitator.  Sedangkan  masyarakat  yang  berpendidikan  lebih
tinggi  dapat  dibina  dan  dilatih  dengan  pengetahuan  teknis  sehingga  mereka  bisa menjadi motivator, fasilitator, dan pelaku utama dalam pengelolaan ekowisata.
Peningkatan  kualitas  masyarakat  telah  dimulai  beberapa  tahun  lalu. Pengelola  Yayasan  Adudu  Nantu  Internasional  YANI  yaitu  yayasan  yang
dibiayai  oleh  Darwin  Initiative  UK  Government,  Department  of  Environment yang  menjadi  mitra  pemerintah  dalam  mengelola  kawasan  CTNNB,
melaksanakan  program  beasiswa  bagi  anak-anak  untuk  bersekolah  ke  ibukota Provinsi Gorontalo. Mereka juga telah memfasilitasi program Bahasa Inggris dan
pendidikan  lingkungan  bagi  anak-anak  SD  di  Desa  Pangahu,  desa  yang pemukiman  penduduknya  langsung  berbatasan  dengan  kawasan  CTNNB.
Yayasan ini juga membantu infrastruktur sekolah dengan menyediakan meja dan bangku,  membuat  perpustakaan  buku-buku  ekologi.  Namun  hingga  saat  ini
kegiatan-kegiatan tersebut tidak ada kelanjutannya lagi. Diketahui
bahwa masyarakat
merupakan unsur
penting dalam
pengembangan  konsep  ekowisata,  dimana  pengelolaan  kegiatan  wisata  yang mendukung  keterlibatan  penuh  masyarakat  setempat  dalam  perencanaan,
pelaksanaan,  dan  pengelolaan  usaha  ekowisata  dan  segala  keuntungan  yang diperoleh.  Ekowisata  menitikberatkan  peran  aktif  komunitas.  Hal  tersebut
didasarkan  kepada  kenyataan  bahwa  masyarakat  memiliki  pengetahuan  tentang alam serta budaya  yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik  wisata,
sehingga  pelibatan  masyarakat  menjadi  mutlak.  Ekowisata  mengakui  hak masyarakat  lokal  dalam  mengelola  kegiatan  wisata  di  kawasan  yang  mereka
miliki secara adat ataupun sebagai pengelola, yang dapat menciptakan kesempatan kerja  bagi  masyarakat  setempat,  dan  mengurangi  kemiskinan,  di  mana
penghasilan  ekowisata  adalah  dari  jasa-jasa  wisata  untuk  turis:  fee  pemandu; ongkos  transportasi;  homestay;  menjual  kerajinan,  dan  lain-lain.  Keberhasilan
penerapan  konsep  ekowisata  harus  sejalan  dengan  kesejahteraan  masyarakat dimana  konsep  ekowisata  tersebut  dilakukan.  Ekowisata  membawa  dampak
positif  terhadap  pelestarian  lingkungan  dan  budaya  asli  setempat  yang  pada akhirnya  diharapkan  akan  mampu  menumbuhkan  jati  diri  dan  rasa  bangga  antar
penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan ekowisata. Dengan adanya penerapan ekowisata yang berbasis pada masyarakat bukan
berarti bahwa masyarakat akan menjalankan usaha ekowisata itu sendiri. Tataran implementasi  ekowisata  perlu  dipandang  sebagai  bagian  dari  perencanaan
pembangunan  terpadu  yang  dilakukan  di  suatu  daerah.  Untuk  itu,  pelibatan  para pihak terkait mulai dari level komunitas, masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan
organisasi  non  pemerintah  diharapkan  membangun  suatu  jaringan  dan menjalankan suatu kemitraan yang baik sesuai peran dan keahlian masing-masing.
Persepsi masyarakat tentang konsep ekowisata masih sangat kurang. Istilah ekowisata adalah istilah yang baru bagi mereka. Mereka belum memahami istilah
ekowisata,  bahkan  masyarakat  yang  tinggal  di  desa  Potanga  dan  Desa  Sidoharjo masih  asing  dengan  istilah  wisata,  meskipun  kemudian  mereka  paham  ketika
makna  istilah  wisata  dijelaskan.  Ketika  konsep  ekowisata  dijelaskan  beserta manfaat,  kriteria,  dan  prinsip-prinsipnya,  hampir  semua  mendukung  rencana
pengembangan ekowisata di kawasan CTNNB. Hal ini disebabkan karena selama ini  mereka  dilarang  masuk  ke  dalam  kawasan  bagian  SM  Nantu,  sehingga
mereka berharap bahwa ekowisata benar-benar akan memberikan mereka insentif ekonomi.  Selain  itu  dengan  adanya  kegiatan  ekowisata,  mereka  berharap
aksesibilitas  menuju  kawasan  akan  mendapatkan  perhatian  dari  pihak-pihak terkait  menjadi  lebih  baik,  sehingga  merekapun  dapat  segera  memasarkan  hasil-
hasil  pertanian,  peternakan,  dan  home  industri  mereka.  Selain  itu,  mereka  juga dapat melakukan usaha yang lain guna mendukung wisata alam tersebut, misalnya
dengan  membuka  usaha  penginapan,  jasa  pemandu  wisata  dan  lainnya.  Dengan adanya pemasaran hasil pertanian  yang cepat dan usaha lain tersebut, maka taraf
hidup  mereka  juga  diharapkan  dapat  ikut  meningkat  sehingga  dapat menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hasil penilaian
unsur  lingkungan  dan  masyarakat  pada  Kawasan  CTN  Nantu-Boliyohuto  dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Penilaian Lingkungan dan Masyarakat CTN Nantu-Boliyohuto
No Sub Unsur yang Dinilai
Parameter Nilai
1 Tata guna tanah  Perencanaan
Rencana mendukung 20
2 Status kepemilikan tanah
50 tanah negara 20
3 Kepadatan penduduk
71-100 20
4 Sikap masyarakat terhadap
pariwisata Mendukung
30 5
Tingkat pengangguran 30
20 6
Mata pencaharian penduduk 50 buruh tani  pengrajin
20 7
Tingkat pendidikan masyarakat 50 lulus SD
10 8
Media yang masuk TV, radio, media cetak, internet
10 9
Dampak sumber daya biologi Sangat subur
5 10
Sumber daya alam fisik Ada bahan bangunan  mineral
5 Nilai Dasar = Jumlah Nilai
160 Nilai Bobot Nilai Dasar X Bobot
800
5.2.5.  Potensi Pasar
Industri  pariwisata  kini  merupakan  industri  penting  sebagai  penyumbang Gross Domestic Product GDP suatu negara, dan bagi daerah sebagai penyokong
dari  Pendapatan  Asli  Daerah  PAD.  Industri  ini  mampu  memberikan  10  dari PAD.  Hal  inilah  yang  menyebabkan  daerah  berlomba-lomba  untuk
memperkenalkan  potensi  pariwisata  yang  dimilikinya  sehingga  dapat  menarik kunjungan wisata, baik lokal maupun mancanegara.
Industri  pariwisata  adalah  industri  yang  diperkirakan  akan  terus berkembang,  dan  nuansa  alam  dalam  industri  ini  akan  semakin  jauh  meningkat.
Menurut  UNWTO,  pertumbuhan  kunjungan  wisatawan  internasional  diprediksi akan  mencapai  1,6  miliar  wisatawan  pada  tahun  2020.  Sedangkan  peningkatan
kunjungan  dan  perjalanan  wisatawan  mancanegara  ke  Indonesia  ditargetkan mencapai  8.600.000  orang  pada  tahun  2014,  dan  peningkatan  kunjungan  dan
perjalanan  wisatawan  nusantara  mencapai  276  juta  orang  pada  tahun  2014. Pertumbuhan  ini  memberikan  peluang  cerahnya  industri  pariwisata  sekaligus
ketatnya  persaingan  pemasaran  pariwisata  oleh  banyak  negara  di  dunia KemBudPar, 2010.
Ekowisata  telah  berkembang  sebagai  salah  satu  industri  pariwisata  yang potensial  untuk  meningkatkan  penerimaan  devisa  negara,  terutama  pada
dasawarsa  terakhir  ini.  Hampir  10  jumlah  pekerja  di  dunia,  bekerja  di  sektor pariwisata  dan  tidak  kurang  dari  11 Gross  Domestic  Product GDP  seluruh
dunia  berasal  dari  sektor  ini.  Di  Indonesia,  ekowisata  telah  menyumbangkan devisa  sebesar  Rp.  80  triliun  pada  tahun  2008  dengan  jumlah  wisatawan
mancanegara  sebanyak  6,5  juta  orang.  Penerimaan  tersebut  meningkat  33  dari tahun  2007  Rp.60  triliun,  dimana  jumlah  wisatawan  mancanegara  yang  datang
ke  indonesia  sebesar  5  juta  orang.  Berdasarkan  laporanWorld  Travel  Tourism Council
WTTC  tahun 2000,  pertumbuhan   rata-rata  ekowisata  sebesar  10  per tahun.  Angka  tersebut  lebih  tinggi  dibanding  pertumbuhan  rata-rata  per  tahun
untuk pariwisata
pada umumnya
yaitu sebesar
4,6 per
tahun. http:www.dephut.go.idindex.php?q=idnode5887.
Provinsi  Gorontalo  adalah  salah  satu  dari  33  provinsi  di  wilayah  Republik Indonesia  yang  yang  berpotensi  untuk  dikembangkan  menjadi  daerah  tujuan