Topografi, Kelerengan, dan Penggunaan Lahan
                                                                                diatur Tabel 5.1. Jenis-jenis itu adalah Caryota mitis, Cycas rumphii, Livistonia rotundifolia
,  Macaranga  crassistipulosa,  Elmerillia  ovalis,,  Terminalia  celebica, Diospyros hebecarpa, Pterospermum celebicum, Manilkara celebica, Cratoxylum
celebicum, Dillenia serrata dan Dillenia sp Gambar 5.1..  Salah satu jenis flora
yang  menarik  adalah  Anggrek  Raksasa  atau  Grammatophyllum  speciosum. Keunikan  anggrek  ini  adalah  ukuran  tumbuhnya  yang  besar  dimana  panjang
batangnya  dapat  mencapai  5  meter.  Anggrek  ini  merupakan  jenis  anggrek  yang dilindungi berdasarkan PP  No 7 tahun 1999
Tabel 5.1. Jenis-jenis flora endemik dan dilindungi di kawasan CTNNB
Nama Lokal Nama Ilmiah
Status CITES
StP E
Boyuhu Pterospermum celebicum
- -
+ Walongo
Elmerillia ovalis -
- +
Duito Cratoxylum celebicum
- -
+ Kayu Jambu
Kjellbergiodendron celebicum -
- +
Dengilo Dillenia serrata
- -
+ Makakata
Terminalia celebica -
- +
Maranti Shorea
sp -
+ -
Oloitoma Diospyros hebecarpa
- -
+ Palem kipas
Licualla flabelum +
+ Woka
Livistonia rotundifolia II
+ +
Sarai Caryota mitis
II +
+ Patuhu
Cycas rumphii II
+ +
Buluhungo Macaranga crassistipulosa
- -
+ Timbuolo
Manilkara celebica -
- +
Heade Diospyros celebica
- -
+ Sempur
Dillenia sp
- -
+ Anggrek
Grammatophyllum speciosum +
J U M L A H 3
5 15
Keterangan:  CITES=  Konvensi  International  tentang  Perlindungan  Hidupan  Liar,  StP=  Status Perlindungan  tanda  “+”  berdasarkan  PP  No  7  Tahun  1999,  E:  Endemik  Sulawesi
tanda ”+” Sumber : Data Primer  Dunggio, 2005
Saat ini, terutama untuk jenis Livistonia rotundifolia keberadaannya di hutan alam  sudah  sangat  terganggu  karena  daun  ini  sering  dimanfaatkan  oleh
masyarakat  sekitar  sebagai  bahan  atap  rumah.  Jenis  Cycas  rumphii  merupakan jenis yang tumbuh di sekitar kawasan  hutan dataran rendah, sering ditemukan di
pinggir  sungai,  batangnya  dapat  mencapai  tinggi  6  meter.  Keunikan  dari tumbuhan  ini  merupakan  contoh  peralihan  dari  jenis  tumbuhan  paku-pakuan  ke
tumbuhan  berbunga.  Populasinya  sangat  terancam  karena  banyak  diambil  orang sebagai  tanaman  hias  pot  tumbuhan  anggrek,  media  tumbuh  anggrek  disamping
sebagai  obat  sakit  perut  dan  muntah  darah,  sedangkan  empulurnya  mengandung sagu Dunggio, 2005.
Gambar 5.1. Jenis tumbuhan endemik dan dilindungi di Kawasan CTNNB Walaupun  pengidentifikasian  jenis  flora  hanya  berdasarkan  nama  daerah
setempat. Tingginya tingkat keanekaragaman hayati biodiversity di hutan tropis merupakan  kekayaan  tersendiri  yang  tidak  ternilai  harganya,  yang  merupakan
sumber  keanekaragaman  genetik  genetic  resource.  Tingkat  keanekaragaman hayati  juga  menunjukkan  tingkat  kestabilan  suatu  komunitas  hutan.  Semakin
tinggi  tingkat  keanekaragaman  tersebut,  maka  semakin  tinggi  pula  tingkat kestabilan suatu komunitas.
Satwa
Pada  umumnya  kawasan  CTNNB  merupakan  kawasan  yang  masih  terjaga keutuhannya  dan  kaya  akan  keragaman  jenis  mamalia  khas  Sulawesi.  Terdapat
habitat satwa yang unik dan penting yaitu salt-lick atau kubangan air panas yang mengandung garam mineral yang sangat dibutuhkan untuk proses metabolisme di
dalam  tubuh  mereka  Clayton,  1996.  Tempat  ini  merupakan  salah  satu  tempat berkumpulnya  berbagai  satwa,  baik  satwa  endemik,  dilindungi  dan  terancam
punah  maupun  yang  tidak  termasuk  kategori  tersebut.  Berdasarkan  hal  tersebut lokasi  ini  dipilih  sebagai  tempat  untuk  melakukan  pengamatan  satwa.  Potensi
keanekaragaman satwa di salt-lick  dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Analisis Keanekaragaman Jenis H
1
Satwa di Lokasi Salt-Lick
Nama Indonesia Nama Ilmiah
Total H
1
Status
IUCN StP
E Ayam Hutan
Gallus gallus 17
0.058 -
- -
Babi Hutan Sus celebensis
1 0.006
- -
+ Babi Rusa
Babyrousa babyrussa 362
0.359 EN
+ +
Biawak Varanus indicus
3 0.014
- -
- Burung Bubut Sulawesi
Centropus celebensis 10
0.039 -
- +
Burung Gagak Hutan Corvus enca
116 0.220
- -
- Burung Layang Api
Hirundo rustica 2
0.010 -
- -
Burung Pelatuk Mulleripicus fulvus
39 0.108
- -
+ Burung Perkutut
Streptopelia chinensis 19
0.063 -
- -
Burung Rangkong Rhyticeros cassidix
120 0.225
- +
+ Burung Walik Raja
Ptilinopus superbus 10
0.039 -
- -
Cikrak Sulawesi Phylloscopus sarasinorum
1 0.006
- -
+ Decu Belang
Saxicola caprata 16
0.056 -
- -
Dederuk Merah Streptopelia tranquebarica
28 0.085
- -
+ Delimukan sulawesi
Gallicolumba tristigmata 2
0.010 -
- +
Delimukan Timur Calcophaps stephani
82 0.178
- -
- Kangkareng Sulawesi
Penelpopides exarhatus 1
0.006 -
+ +
Kepudang Sungu Belang Coracina bicolor
4 0.018
NT -
+ Kepudang Sungu
Sulawesi Coracina morio
3 0.014
- -
+ Kipasan Sulawesi
Rhipidura teysmanni 11
0.042 -
- +
Kura-Kura Sulawesi Geomyda yuwonoi
2 0.010
DD -
- Mandar Dengkur
Aramidopsis plateni 10
0.039 VU
+ +
Mandar Padi Zebra Gallirallus torquatus
31 0.091
- -
- Merpati Hitam Sulawesi
Turocoena manadensis 134
0.239 -
- +
Merpati Hutan Columba vitiensis
9 0.035
- -
- Monyet Hitam Sulawesi
Macaca heckii 78
0.173 NT
++ +
Paok Mopo Pitta erythrogaster
1 0.006
- +
+ Perkici DoraNuri
Trichoglossus ornatus 21
0.068 -
+ +
Pergam Hijau Ducula aenea
26 0.080
- -
- Rusa
Carvus timorensis 2
0.010 -
+ -
Tupai Prociurillus murinus
15 0.053
- -
+ Uncal Ambon
Macropygia amboinensis 80
0.176 -
- -
H’ 2.536
Keterangan: INP= indeks nilai penting, CITES= Konvensi International tentang Perlindungan Hidupan Liar, StP= Status Perlindungan tanda “+” berdasarkan PP No 7 Tahun 1999, E: Endemik Sulawesi tanda ”+”; E:
Endemik Gorontalo tanda ++ Sumber : Dunggio, 2005
                                            
                