Struktur Organisasi KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak dan Luas

disebabkan oleh tingginya keanekaragaman habitat karena habitat merupakan tempat untuk mencari makan, minum, istirahat dan berkembang biak. Selain itu adanya sumber makanan berupa buah-buahan yang tersedia sepanjang tahun di kawasan CTNNB seperti buah ara yang merupakan sumber makanan utama bagi jenis burung.

5.1.2. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Karakteristik Masyarakat

Masyarakat desa pada penelitian ini adalah penduduk desa yang bertempat tinggal di sekitar kawasan dan penduduk yang memiliki akses terdekat menuju kawasan, meliputi penduduk Desa Mohiyolo, Desa Pangahu, Desa Sidoharjo Kecamatan Tolangohula, Desa Potanga Kecamatan Tolinggula, Desa Kasia Kecamatan Sumalata, dan Desa Saritani Kecamatan Wonosari. Masyarakat yang mendiami sekitar kawasan CTNNB rata-rata berpendidikan rendah. Hal ini tercermin dari tingkat pendidikan responden yakni sebanyak 21,54 tidak sekolah, sebagian besar hanya sampai tingkat SD 66,81, SLTP 1,67, SLTA 2,04, dan yang mencapai perguruan tinggi hanya sebanyak 0,1. Umumnya mereka berhenti sekolah dan bekerja sebagai pemungut rotan, pencari kayu, danatau sebagai pendulang emas di dalam kawasan. Tabel 5.3. menunjukkan data kependudukan desa-desa sekitar kawasan CTNNB. Tabel 5.3. Data Kependudukan Desa Sekitar Kawasan CTNNB Desa Luas Jlh Pend. Pekerjaan Pendidikan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Mohiyolo 3922,6 4.244 1505 46 823 125 95 1650 1317 153 2633 10 125 6 Pangahu 2100 1222 748 6 203 54 113 98 74 98 982 40 28 Potanga 607.75 851 281 10 8 14 71 467 83 112 628 19 9 Kasia 2804 833 165 7 50 38 50 523 209 98 489 25 6 6 Saritani 5190 2326 1338 5 245 55 263 420 401 381 1449 58 37 Sidoharjo 1327 2030 825 6 15 16 134 1034 394 60 1506 40 30 JUMLAH 11.506 4862 80 1344 302 726 4192 2478 902 7687 192 235 12 Persentase 100 42,25 0,70 11,69 2,62 6,31 36,43 21,54 7,84 66,81 1,67

2.04 0,10

Keterangan: 1: Petani; 2: PNS; 3: Peternak; 4: SwastaPedagang; 5: Dll; 6: Tidak ada 7: Tidak sekolah; 8: Belum sekolah; 9: SD; 10: SMP; 11: SMA; 12: PT Sumber : Data Potensi Desa 2007 Dilihat dari mata pencahariannya, umumnya masyarakat sekitar kawasan memiliki pekerjaan pokok sebagai petani danatau buruh tani 42,25. Jenis pekerjaan pada sektor pertanian ini sebagian besar adalah bergantung dari hasil hutan, yaitu mengambil rotan dan atau mengambil kayu, dan berladangsawah, baik di luar kawasan maupun di dalam kawasan, berburu, dan mencari tambang. Dari hasil wawancara tak tertulis dengan responden, umumnya masyarakat yang mempunyai lahan pertanian mengakui bahwa bertani merupakan pekerjaan sampingan dari pekerjaan utama memungut hasil hutan. Mereka turun ke sawahladang hanya pada saat menyiapkan lahan sampai menanam bibit, kemudian kembali lagi pada saat panen. Waktu diantara musim tanam dan musim panen digunakan untuk memungut hasil hutan, terutama rotan. Lahan-lahan kering di pinggiran luar kawasan yang hanya ditumbuhi semak belukar atau pohon-pohon muda, umumnya merupakan lahan bekas yang digunakan petani ladang berpindah. Selanjutnya berturut-turut masyarakat bekerja sebagai peternak 11,69, pedagangswasta 2,64, PNS 0,7 dan lainnya sebesar 6,31. Jenis pekerjaan lainnya tersebut meliputi pemungut rotan, pengambil kayu, dan berburu di dalam kawasan CTNNB, nelayan, supir, tukang perahu, tukang ojek, dan lainnya. Sedangkan yang tidak bekerja 36,42 umumnya terdiri dari anak-anak, orang lanjut usia, dan wanita. Yang cukup meresahkan adalah masyarakat berusia produktif namun tidak bekerja. Mereka menjadikan kawasan CTNNB sebagai lapangan kerja alternatif. Hal ini merupakan ancaman bagi kelestarian kawasan jika keadaan ini tidak diakomodir oleh pengelola kawasan. Interaksi Masyarakat Ketergantungan masyarakat sekitar CTNNB pada sumber daya alam di kawasan itu masih sangat tinggi. Pada umumnya mereka melakukan interaksi dengan kawasan melalui aktivitas-aktivitas sehari-hari mereka. Interaksi yang terjadi antara masyarakat dan kawasan disebabkan karena beberapa faktor yaitu pertama, kawasan CTNNB merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat di sekitarnya, baik secara ekonomi maupun sosial, dan kedua karena masyarakat tinggal berdampingan dengan kawasan. Sebagian besar 65,56 responden melakukan pemanfaatan SDA yang berada dalam kawasan. Masyarakat yang masuk ke kawasan CTNNB umumnya mempunyai lebih dari satu tujuan 98,15. Tinggi rendahnya interaksi antara masyarakat dan kawasan tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor dan salah satunya adalah tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat, maka ketergantungan terhadap kawasan semakin rendah dan sebaliknya. Bentuk-bentuk interaksi masyarakat dengan kawasan CTNNB : 1. Pemungutan Hasil Hutan Non Kayu Mengambil rotan 74 merupakan alasan utama masyarakat masuk ke dalam kawasan CTNNB. Hasil hutan non kayu yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan CTNNB selain rotan adalah daun woka, tanaman obat, kayu bakar, bahan bangunan, dan bahan makanan, buah- buahan, bambu, madu dan lain-lain. Selain itu berburu 10,37 juga merupakan aktivitas masyarakat dalam kawasan. Umumnya babirusa dan anoa merupakan satwa yang paling banyak diburu. 2. Pemanfaatan Lahan Sebanyak 41 responden yang memanfaatkan kawasan CTNNB dengan berladang. Dengan alasan kurangnya lahan pertanian untuk produksi pangan, masyarakat kemudian membuka lahan pada bagian HPT Boliyohuto untuk digunakan sebagai lahan pertanian kering dan perkebunan. Bentuk pemanfaatan lahan ini sampai dengan sekarang masih berlangsung tanpa hambatan. Hal ini tentunya berdampak negatif bagi kelestarian kawasan taman nasional. 3. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Tidak dapat dipungkiri bahwa kayu masih dipandang sebagai produk utama hutan. Hutan dipandang oleh masyarakat sebagai sumber kayu. Hal ini menyebabkan masih banyak masyarakat 40 mengambil hasil hutan kayu dalam kawasan CTNNB. mereka mengambil untuk keperluan kayu bakar, perkakas dan bangunan. Kearifan lokal, adat istiadat, dan budaya masyarakat Masyarakat sekitar kawasan sebagian besar dari etnis Gorontalo, sedangkan masyarakat lainnya merupakan masyarakat pendatang dari Jawa dan Bali yang merupakan masyarakat transmigrasi dan pekerja HPH serta perkebunan. Adat istiadat masyarakat Gorontalo yang dimiliki beragam, seperti khitanan anak laki- laki, mandi lemon buat anak perempuan, pernikahan, hingga tata cara orang