disebabkan oleh tingginya keanekaragaman habitat karena habitat merupakan tempat untuk mencari makan, minum, istirahat dan berkembang biak. Selain itu
adanya sumber makanan berupa buah-buahan yang tersedia sepanjang tahun di kawasan CTNNB seperti buah ara yang merupakan sumber makanan utama bagi
jenis burung.
5.1.2. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Karakteristik Masyarakat
Masyarakat desa pada penelitian ini adalah penduduk desa yang bertempat tinggal di sekitar kawasan dan penduduk yang memiliki akses terdekat menuju
kawasan, meliputi penduduk Desa Mohiyolo, Desa Pangahu, Desa Sidoharjo Kecamatan Tolangohula, Desa Potanga Kecamatan Tolinggula, Desa Kasia
Kecamatan Sumalata, dan Desa Saritani Kecamatan Wonosari. Masyarakat yang mendiami sekitar kawasan CTNNB rata-rata berpendidikan rendah. Hal ini
tercermin dari tingkat pendidikan responden yakni sebanyak 21,54 tidak sekolah, sebagian besar hanya sampai tingkat SD 66,81, SLTP 1,67, SLTA
2,04, dan yang mencapai perguruan tinggi hanya sebanyak 0,1. Umumnya mereka berhenti sekolah dan bekerja sebagai pemungut rotan, pencari kayu,
danatau sebagai pendulang emas di dalam kawasan. Tabel 5.3. menunjukkan data kependudukan desa-desa sekitar kawasan CTNNB.
Tabel 5.3. Data Kependudukan Desa Sekitar Kawasan CTNNB
Desa Luas
Jlh Pend.
Pekerjaan Pendidikan
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
Mohiyolo 3922,6
4.244 1505
46 823
125 95
1650 1317
153 2633
10 125
6 Pangahu
2100 1222
748 6
203 54
113 98
74 98
982 40
28 Potanga
607.75 851
281 10
8 14
71 467
83 112
628 19
9 Kasia
2804 833
165 7
50 38
50 523
209 98
489 25
6 6
Saritani 5190
2326 1338
5 245
55 263
420 401
381 1449
58 37
Sidoharjo 1327
2030 825
6 15
16 134
1034 394
60 1506
40 30
JUMLAH 11.506
4862 80
1344 302
726 4192
2478 902
7687 192
235 12
Persentase 100
42,25 0,70
11,69 2,62
6,31 36,43
21,54 7,84
66,81 1,67
2.04 0,10
Keterangan: 1: Petani; 2: PNS; 3: Peternak; 4: SwastaPedagang; 5: Dll; 6: Tidak ada 7: Tidak sekolah; 8: Belum sekolah; 9: SD; 10: SMP; 11: SMA; 12: PT
Sumber : Data Potensi Desa 2007
Dilihat dari mata pencahariannya, umumnya masyarakat sekitar kawasan memiliki pekerjaan pokok sebagai petani danatau buruh tani 42,25. Jenis
pekerjaan pada sektor pertanian ini sebagian besar adalah bergantung dari hasil hutan, yaitu mengambil rotan dan atau mengambil kayu, dan berladangsawah,
baik di luar kawasan maupun di dalam kawasan, berburu, dan mencari tambang. Dari hasil wawancara tak tertulis dengan responden, umumnya masyarakat yang
mempunyai lahan pertanian mengakui bahwa bertani merupakan pekerjaan sampingan dari pekerjaan utama memungut hasil hutan. Mereka turun ke
sawahladang hanya pada saat menyiapkan lahan sampai menanam bibit, kemudian kembali lagi pada saat panen. Waktu diantara musim tanam dan musim
panen digunakan untuk memungut hasil hutan, terutama rotan. Lahan-lahan kering di pinggiran luar kawasan yang hanya ditumbuhi semak belukar atau
pohon-pohon muda, umumnya merupakan lahan bekas yang digunakan petani ladang berpindah.
Selanjutnya berturut-turut masyarakat bekerja sebagai peternak 11,69, pedagangswasta 2,64, PNS 0,7 dan lainnya sebesar 6,31. Jenis
pekerjaan lainnya tersebut meliputi pemungut rotan, pengambil kayu, dan berburu di dalam kawasan CTNNB, nelayan, supir, tukang perahu, tukang ojek, dan
lainnya. Sedangkan yang tidak bekerja 36,42 umumnya terdiri dari anak-anak, orang lanjut usia, dan wanita. Yang cukup meresahkan adalah masyarakat berusia
produktif namun tidak bekerja. Mereka menjadikan kawasan CTNNB sebagai lapangan kerja alternatif. Hal ini merupakan ancaman bagi kelestarian kawasan
jika keadaan ini tidak diakomodir oleh pengelola kawasan.
Interaksi Masyarakat
Ketergantungan masyarakat sekitar CTNNB pada sumber daya alam di kawasan itu masih sangat tinggi. Pada umumnya mereka melakukan interaksi
dengan kawasan melalui aktivitas-aktivitas sehari-hari mereka. Interaksi yang terjadi antara masyarakat dan kawasan disebabkan karena beberapa faktor yaitu
pertama, kawasan CTNNB merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat di sekitarnya, baik secara ekonomi maupun sosial, dan kedua karena masyarakat
tinggal berdampingan dengan kawasan. Sebagian besar 65,56 responden melakukan pemanfaatan SDA yang berada dalam kawasan. Masyarakat yang
masuk ke kawasan CTNNB umumnya mempunyai lebih dari satu tujuan 98,15. Tinggi rendahnya interaksi antara masyarakat dan kawasan tentunya
dipengaruhi oleh banyak faktor dan salah satunya adalah tingkat kesejahteraan masyarakat.
Semakin tinggi
tingkat kesejahteraan
masyarakat, maka
ketergantungan terhadap kawasan semakin rendah dan sebaliknya. Bentuk-bentuk interaksi masyarakat dengan kawasan CTNNB :
1. Pemungutan Hasil Hutan Non Kayu
Mengambil rotan 74 merupakan alasan utama masyarakat masuk ke dalam kawasan CTNNB. Hasil hutan non kayu yang sering dimanfaatkan
oleh masyarakat sekitar kawasan CTNNB selain rotan adalah daun woka, tanaman obat, kayu bakar, bahan bangunan, dan bahan makanan, buah-
buahan, bambu, madu dan lain-lain. Selain itu berburu 10,37 juga merupakan aktivitas masyarakat dalam kawasan. Umumnya babirusa dan
anoa merupakan satwa yang paling banyak diburu. 2.
Pemanfaatan Lahan Sebanyak 41 responden yang memanfaatkan kawasan CTNNB dengan
berladang. Dengan alasan kurangnya lahan pertanian untuk produksi pangan, masyarakat kemudian membuka lahan pada bagian HPT Boliyohuto
untuk digunakan sebagai lahan pertanian kering dan perkebunan. Bentuk pemanfaatan lahan ini sampai dengan sekarang masih berlangsung tanpa
hambatan. Hal ini tentunya berdampak negatif bagi kelestarian kawasan taman nasional.
3. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Tidak dapat dipungkiri bahwa kayu masih dipandang sebagai produk utama hutan. Hutan dipandang oleh masyarakat sebagai sumber kayu. Hal ini
menyebabkan masih banyak masyarakat 40 mengambil hasil hutan kayu dalam kawasan CTNNB. mereka mengambil untuk keperluan kayu bakar,
perkakas dan bangunan.
Kearifan lokal, adat istiadat, dan budaya masyarakat
Masyarakat sekitar kawasan sebagian besar dari etnis Gorontalo, sedangkan masyarakat lainnya merupakan masyarakat pendatang dari Jawa dan Bali yang
merupakan masyarakat transmigrasi dan pekerja HPH serta perkebunan. Adat istiadat masyarakat Gorontalo yang dimiliki beragam, seperti khitanan anak laki-
laki, mandi lemon buat anak perempuan, pernikahan, hingga tata cara orang