Masyarakat dan Lingkungan Kajian Ekowisata Pada CTN Nantu-Boliyohuto
113
Gambar 5.10. Peta Kelas Ketinggian di CTNNB
Analisis Kelerengan
CTN Nantu-Boliyohuto mempunyai kelerengan bervariasi dari datarlandai
sampai dengan sangat curam Tabel 5.9. Daerah datarlandai –miring 15
mempunyai luasan 20.660,39 Ha, tersebar di seluruh bagian kawasan CTNNB. Kawasan CTNNB bagain HPT Boliyohuto umumnya berada pada kategori ini.
Daerah miring-curam 15-26
mempunyai luasan terbesar yaitu 23.446,89
Ha, tersebar di seluruh bagian kawasan CTNNB. Daerah curam – sangat curam
25 mempunyai luasan 19.388,11 Ha, tersebar di seluruh bagian kawasan
CTNNB. Kawasan bagian HL Boliyohuto umumnya merupakan daerah dengan kelerengan kategori ini. Gambaran kondisi penyebaran kelerengan di CTNNB
dapat dilihat pada Gambar 5.11. Tabel 5.9. Klasifikasi Kemiringan lereng di CTNNB
Klasifikasi Kemiringan Lereng
Luas Ha
Landai-Miring 15
20.660,39 Miring-Curam
15 – 25
23.446,89 Curam-Sangat Curam
25 19.388,11
115
Gambar 5.11. Peta Kelas Lereng di CTNNB
Analisis Tutupan Lahan
Kategori tutupan lahan pada kawasan CTN Nantu-Boliyohuto ditampilkan
pada Tabel 5.10. dan petanya pada Gambar 5.12. Hutan primer dengan luasan
40.181,87 mendominasi tutupan lahan di CTNNB, tersebar pada kawasan bagian tengah ke utara, dari barat sampai ke timur. Pada umumnya hutan primer
berisi pohon-pohon besar berumur panjang, berseling dengan batang-batang pohon mati yang masih tegak, tunggal, serta kayu-kayu rebah. Robohnya kayu-
kayu tersebut biasa membentuk celah atau rumpang tegakan, yang memungkinkan masuknya cahaya matahari ke lantai hutan, dan merangsang pertumbuhan
vegetasi lapisan bawah. Hutan ini ditandai dengan adanya pohon-pohon berakar tunjang besar dan tajuk datar yang mencapai ketinggian 45 m. Hutan ini sangat
lebat dengan pepohonan paling beragam diantara semua habitat. Ada banyak pandan, palem dan rotan serta perambat lainnya. Spesies palma yang paling
umum dijumpai adalah Arenga sp, Caryota mitis, Livistonia rotundifolia. Spesies pohon meliputi Cananga odorata, Palaquium spp, Ficus spp, Eugenia, dan
Pterospermum . Hutan primer seringkali merupakan rumah bagi spesies-spesies
tumbuhan dan hewan yang langka, rentan atau terancam kepunahan, yang menjadikan hutan ini penting secara ekologi. Kawasan CTNNB bagian SM Nantu
dan HL Boliyohuto sebagian besar merupakan hutan primer. Hutan sekunder
mempunyai luasan 19.654,04 Ha muncul setelah dibukanya hutan alam untuk kegiatan peternakan dan pertanian. Kawasan CTNNB bagian HPT Boliyohuto
sebagian besar merupakan hutan sekunder. Jenis pohon di tipe habitat ini lebih kecil, tajuknya lebih kecil dan terbuka, tumbuhan bawahnya lebih banyak,
tumbuhan epifit lebih banyak dan keanekaragaman pohonnya berkurang. Disamping hutan primer dan hutan sekunder, tutupan lahan di CTNNB terdiri dari
perkebunan seluas 378,96 Ha, pertanian lahan kering seluas 668,38 Ha, semak
dan belukar seluas 2.536,83 Ha, dan badan air seluas 76,02 Ha.
Tabel 5.10. Klasifikasi Penutupan Lahan di CTN Nantu-Boliyohuto
Klasifikasi Luas Ha
Hutan Primer 40.181,87
Hutan Sekunder 19.654,04
Perkebunan 378,96
Pertanian Lahan Kering 668,38
Semak Belukar 2.536,83
Badan Air 76,02
117
Gambar 5.12 Peta Penutupan Lahan di CTNNB