Analisis aglomerasi di atas menjelaskan pengelompokan kegiatan- kegiatan ekonomi pada suatu lokasi tertentu, tetapi tidak menekankan pada
kecenderungan pertumbuhan regional yang berkesinambungan sebagai akibat dari pengelompokan tersebut. Proses pengelompokan kegiatan-kegiatan selama
suatu jangka waktu dijelaskan dalam analisis polarisasi, sedangkan aglomerasi itu dapat diinterpretasikan sebagai akibat dari proses polarisasi Adisasmita,
2005.
2.5. Perkembangan, kebijakan dan Strategi pengembangan Industri di
Indonesia
Pada banyak kasus di berbagai negara, manufakturindustri telah menjadi kontributor utama bagi pertumbuhan perekonomian nasional. Hal ini sejalan
dengan hipotesa Kaldor yang mengatakan bahwa manufaktur industri merupakan mesin pertumbuhan ekonomi wilayah Priyarsono, 2011. Meski pada
negara maju banyak terjadi kasus proses “deindustrialisasi” karena menurunnya kontribusi sektor manufaktur yang disertai dengan meningkatnya kontribusi
sektor jasa, fenomena tersebut tidak lantas membawa kita pada kesimpulan bahwa proses industrialisasi di tingkat global telah berhenti. Hipotesa penulis,
telah terjadi proses pergeseran lokasiproses industrialisasi, yang tadinya secara masif terjadi di negara maju bergeser ke negara berkembang. Proses ini erat
kaitannya dengan semakin mahalnya faktor produksi di negara maju, dan sebaliknya di negara berkembang faktor-faktor produksi tersebut relatif lebih
murah. Berkembangnya spesialisasi, keunggulan komparatif dan keunggulan kompetetif suatu negara juga mendorong industri untuk membentuk
pengelompokan pada wilayah-wilayah yang dapat menekan biaya produksi. Kondisi ini menurut penulis menjadikan negara berkembang memiliki
kesempatan yang lebih baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan industri. Walaupun terdapat persoalan kompleks yang
menyebabkan proses
industrialisasi pada
banyak kasus
mengalami hambatanstagnasi, namun penulis percaya bahwa industri masih tetap dapat
diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi banyak negara. Proses industrialisasi di Indonesia ditengarai mulai berkembang pada
awal tahun 1990-an yang ditandai dengan meningkatnya peran sektor industri dalam struktur perekonomian nasional. Meski didalam beberapa penelitian,
seperti halnya yang dilakukan oleh Priyarsono 2011 diungkapkan bahwa berdasarkan data ekonomi 2003-2008 ada indikasi saat Indonesia mengalami
proses de-industrialisasi, namun temuan ini menurut hemat penulis dapat menjadi peringatan dan sekaligus motivasi bagi pemerintah untuk dapat
mendorong lebih kuat pertumbuhan sektor industri, dengan pertimbangan bahwa selama ini sektor ini telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan pada
pertumbuhan perekonomian nasional, penyerapan tenaga kerja dan berperan dalam mereduksi angka kemiskinan. Walaupun dalam beberapa studi ditemukan
bahwa ada gejala deindustrialisasi namun secara nyata dalam struktur perekonomian nasional, sektor industri masih memiliki kontribusi yang cukup
signifikan dan masih dapat diharapkan menjadi salahsatu motor utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Temuan studi
yang mengungkapkan
bahwa terjadi
proses deindustrialisasi, menurut penulis mengandung pesan bahwa sudah saatnya
perlu campur
tangan pemerintah
agar proses
industrialisasi yang
menguntungkan ekonomi nasional tetap terjaga pertumbuhannya. Temuan- temuan bahwa produktivitas dan output industri tertentu di Indonesia mengalami
stagnasi atau bahkan penurunan kinerja sehingga pada potret perekonomian tercermin adanya proses de-industrialisasi merupakan peringatan serius agar
pemerintah memberikan perhatian khusus dan mendesain suatu kebijakan yang dapat mendukung kinerja dan pertumbuhan industri. Dengan melihat pentingnya
kontribusi sektor industri yang ada pada saat ini, sudah selayaknya pemerintah melakukan upaya dan mendesain kebijakan yang dapat mempertahankan
pertumbuhan industri di Indonesia agar kinerja perekonomian nasional tetap positif. Dalam beberapa kebijakan dan action plan pemerintah dalam rangka
menciptakan iklim kondusif bagi investasi secara teori akan menjadi akselerator bagi berkembangnya aktifitas Industri, dan pada gilirannya mendorong
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Jika ke depan Pemerintah Indonesia menjaga konsistensi kebijakan pro
industri, niscaya proses industrialisasi yang tengah terjadi di Indonesia dapat terus berjalan dan momentum pertumbuhan industri di tanah air dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menekan angka kemiskinan dan menyerap tenaga kerja.
Dalam sejarah perkembangan pembangunan ekonomi di Indonesia yang dimulai pada era Soekarno kebijakan arah pembangunan bangsa ini sangat
menitikberatkan pada kemandirian bangsa inward looking hal ini bisa dilihat dari gencarnya pemerintah dalam melakukan privatisasi perusahaan asing maupun
perusahaan swasta domestik. Bahkan hingga saat ini arah kebijakan pembangunan ekonomi inward looking masih bisa dirasakan manfaatnya.
Semangat pembangunan saat itu adalah bahwa klaim Negara dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum diwujudkan dengan penguasaan Negara
terhadap SDA dan Industri yang berhubungan dengan pemenuhan hajat hidup
masyarakat Indonesia dikuasai sepenuhnya oleh Negara. Pada masa orde lama inilah soekarno meletakkan dasar dari pembangunan nasional yang sangat
fundamental yaitu membangun karakter nasional national character building hal ini mutlak dilakukan karena meskipun Indonesia sudah merdeka tetapi secara
perekonomian bangsa belum bisa mandiri karena banyak sector usaha masih dikuasai oleh perusahaan belanda. Dalam rangka mewujudkan ekonomi bangsa
yang mandiri dan mewujudkan klaim Negara terhadap kesejahteraan umum inilah yang kemudian pemerintah melakukan nasionalisasi perusahaan asing
yang kemudian perusahaan-perusahaan inilah yang saat ini dikenal sebagai BUMN.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2004-2009 dikatakan, upaya menumbuhkan daya saing nasional menjadi isu
pembangunan sektor industri Idris, 2007. Sejak tahun 2005, pemerintah telah melaksanakan berbagai upaya untuk mewujudkan daya saing industri nasional
yang lebih baik, antara lain melalui peningkatan kualitas dan ketersediaan infrastruktur energi, transportasi dan komunikasi, upaya meningkatkan jaminan
keamanan dan hukum, perbaikan iklim usaha agar semakin kondusif bagi dunia bisnis, pemberantasan korupsi dan berbagai pungutan serta mendukung
berbagai upaya lain untuk mengurangi berbagai hambatan birokrasi bagi tumbuhnya industri. Disisi lain, ada kelemahan struktural sektor industri itu
sendiri, seperti masih lemahnya keterkaitan antar industri, baik antara industri hulu dan hilir maupun antara industri besar dengan industri kecil menengah,
belum terbangunnya struktur klaster industrial cluster yang saling mendukung, adanya keterbatasan berproduksi barang setengah jadi dan komponen di dalam
negeri, keterbatasan industri berteknologi tinggi, kesenjangan kemampuan
ekonomi antar daerah, serta ketergantungan ekspor pada beberapa komoditi tertentu.
Sesuai dengan yang disampaikan oleh Idris 2007, Perindustrian Tujuan pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang
ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan baik di sektor industri maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional, yaitu 1 Meningkatkan
penyerapan tenaga kerja industri, 2 Meningkatkan ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri, 3 Memberikan sumbangan pertumbuhan
yang berarti bagi perekonomian, 4 Mendukung perkembangan sektor infrastruktur, 5 Meningkatkan kemampuan teknologi, 6 Meningkatkan
pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk, dan 7 Meningkatkan penyebaran industri.
Bertitik tolak dari hal-hal tersebut dan untuk menjawab tantangan di atas maka kebijakan dalam pembangunan industri manufaktur diarahkan untuk
menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia serta mampu mengantisipasi perkembangan perubahan lingkungan yang sangat cepat. Persaingan
internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara berkembang, termasuk Indonesia, sehingga fokus dari strategi pembangunan industri di masa
depan adalah membangun daya saing industri manufaktur yang berkelanjutan di pasar internasional. Untuk itu, strategi pembangunan industri manufaktur ke
depan dengan memperhatikan kecenderungan pemikiran terbaru yang berkembang saat ini, adalah melalui pendekatan klaster dalam rangka
membangun daya saing industri yang kolektif.
2.6. Tinjauan Studi Dampak Pembangunan Infrastruktur Transportasi