Analisis Penyerapan Tenaga Kerja

6.6. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja

Tabel 22 menjelaskan mengenai simulasi dari penyerapan tenaga kerja yang terjadi akibat peningkatan investasi infrastruktur transportasi sebesar Rp. 20.95 trilyun di provinsi Jawa Barat. Dampak yang terjadi akibat adanya investasi infrastruktur tersebut adalah terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja secara total sebesar 17.942 orang. Jika penyerapan tenaga kerja tersebut dirinci menurut sektor maka dampak penyerapan tenaga kerja terbesar berada pada sektor pertanian tanaman pangan dengan penambahan tenaga kerja terbesar yaitu sebanyak 4.549 orang 25.35. Sektor produksi dengan penyerapan tenaga kerja terbesar berikutnya berturut-turut adalah sektor perdagangan 2.911 orang atau 16.22, sektor jasa perseorangan, rumah tangga dan jasa lainnya 2.581 orang atau 14.39 dan sektor industri makanan, minuman dan tembakau 1.019 orang atau 5.68. Berdasarkan hasil studi, sektor industri yang merupakan sektor unggulan di provinsi ini menyerap tenaga kerja cukup signifikan, yaitu sebanyak 2.745 orang 15.30, sedangkan sektor angkutan darat, air, dan udara dan jasa penunjang angkutan hanya menyerap tenaga kerja sebanyak 1.529 orang atau sebesar 8.52. Adapun sektor produksi dengan penyerapan tenaga kerja terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian lainnya, yaitu sebesar 36 orang atau 0.20. Sementara itu berdasarkan Tabel 22 dapat disampaikan bahwa sektor yang menyerap tenaga paling sedikit akibat adanya investasi infrastruktur transportasi adalah sektor pertambangan dan penggalian lainnya yaitu sebesar 36 orang 0.2 serta sektor kehutanan dan perburuan sebesar 45 orang 0.25. Sumber: SNSE Jawa Barat 2010, diolah kembali 6.7. Analisis Jalur Structural Path Analysis Analisis ini dilakukan untuk mengetahui jalur yang terjadi pada neraca endogen akibat pengaruh dari neraca eksogen. Berdasarkan analisis jalur, golongan rumah tangga atas non industri di kota memiliki pengaruh global terbesar dibandingkan dengan golongan rumah tangga lain di provinsi ini, yaitu sebesar 0.188. Artinya bila terjadi injeksi pada infrastruktur transportasi sebesar Rp.20.95 trilyun rupiah, maka golongan rumah tangga ini akan memperoleh peningkatan pendapatan sebesar Rp. 3.94 trilyun. Adapun jalur yang mendominasi antara infrastruktur transportasi dengan rumah tangga ini adalah Sebelum Sesudah Orang 2 3 4 5 6 7 8 26 2,727,689 16.10 2,732,237 16.11 4,549 25.35 27 866,623 5.12 867,712 5.12 1,089 6.07 28 226,212 1.34 226,653 1.34 442 2.46 29 41,728 0.25 41,773 0.25 45 0.25 30 101,991 0.60 102,183 0.60 192 1.07 31 84,142 0.50 84,220 0.50 78 0.43 32 36,329 0.21 36,365 0.21 36 0.20 33 588,510 3.47 589,529 3.48 1,019 5.68 34 731,005 4.31 731,368 4.31 363 2.02 35 379,890 2.24 380,334 2.24 444 2.48 36 1,510,607 8.92 1,511,378 8.91 771 4.30 37 171,861 1.01 172,009 1.01 148 0.82 38 59,241 0.35 59,321 0.35 80 0.45 39 300,390 1.77 300,668 1.77 277 1.55 40 706,245 4.17 706,321 4.16 77 0.43 41 3,554,768 20.98 3,557,679 20.98 2,911 16.22 42 566,293 3.34 566,689 3.34 396 2.21 43 85,828 0.51 85,968 0.51 139 0.78 44 482,851 2.85 483,386 2.85 535 2.98 45 608,873 3.59 609,734 3.60 861 4.80 46 116,306 0.69 116,439 0.69 133 0.74 47 167,403 0.99 167,565 0.99 162 0.90 48 170,488 1.01 170,747 1.01 260 1.45 49 564,642 3.33 564,996 3.33 354 1.97 50 2,092,530 12.35 2,095,111 12.35 2,581 14.39 16,942,444 100.00 16,960,386 100.00 17,942 100.00 1 J u m l a h Perubahan Tenaga Kerja Rincian Kode Kondisi Jumlah Tenaga Kerja Jasa Penunjang Angkutan, dan Pergudangan Infrastruktur Bukan Transportasi Perdagangan Restoran Perhotelan Angkutan Darat Angkutan Udara, Air dan Komunikasi Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit Industri Kayu Barang Dari Kayu Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen Infrastruktur Transportasi Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan dan Perburuan Perikanan Pertambangan Batubara, Biji Logam dan Minyak Bumi Pertambangan dan Penggalian Lainnya Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Bank dan Asuransi Real Estate dan Jasa Perusahaan Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan Jasa Sosial Lainnya Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lainnya Listrik, Gas Dan Air Minum Tabel 22. Dampak Investasi Infrastruktur Transportasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sektor di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 jalur yang melalui tenaga kepemimpinan sektor non pertanian di kota, dengan persentase global TIGI sebesar 6.5. Golongan rumah tangga berikutnya yang menerima peningkatan pendapatan terbesar berikutnya adalah rumah tangga golongan atas di desa sektor non industri, dengan nilai pengaruh global sebesar 0.173. Sedangkan golongan rumah tangga dengan pengaruh global terkecil adalah golongan rumah tangga bawah sektor industri di desa, dengan nilai pengaruh global sebesar 0.017. Analisis jalur dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap golongan rumah tangga provinsi Jawa Barat Tahun 2010 secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1. Sumber SNSE Jawa Barat 2010, diolah Gambar 12. Transmisi yang Diakibatkan dari Investasi Infrastruktur Transportasi terhadap Golongan Rumah Tangga di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010. Ilustrasi dari jalur dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap golongan rumah tangga provinsi Jawa Barat Tahun 2010 ini dapat digambarkan pada Gambar 12 , dimana komoditas industri baik industri kimia dan industri logam dan kapital modal mempunyai peranan cukup signifikan dalam seluruh kemungkinan jalur yang terjadi antara infrastruktur transportasi dan golongan rumah tangga di Provinsi Jawa barat ini. Pada gambar tersebut tidak digambarkan secara keseluruhan dampak, namun hanya menggambarkan pengaruh pada sektor-sektor yang mendapatkan dampak terbesar dan terkecil. Adapun sektor produksi yang memperoleh manfaat terbesar dari investasi di infrastruktur transportasi, berdasarkan analisis jalur adalah sektor industri kertas, percetakan, alat angkutan dan barang dari logam, dengan nilai pengaruh global dimiliki sebesar 0.402. Artinya dengan Rp.20.95 trilyun yang diinvestasikan di infrastruktur transpotasi akan meningkatkan pendapatan sektor ini sebesar Rp. 8.42 trilyun. Hal ini terjadi akibat dari peningkatan permintaan komoditas yang dihasilkan oleh industri ini, dan dapat dilihat dengan persentase pengaruh global sebesar 50. Atau dengan perkataan lain, jalur ini telah menjelaskan 50 dari seluruh jalur yang terjadi antara infrastruktur transportasi dengan sektor industri ini. Hasil lengkap analisis jalur dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap sektor produksi Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 2. Sedangkan sektor industri berikutnya yang memperoleh peningkatan pendapatan terbesar akibat dari investasi infrastruktur transportasi adalah sektor industri kimia, pupuk, hasil dari tanah liat, dan semen. Adapun pengaruh global yang dimiliki adalah sebesar 0.372, dengan jalur melalui komoditas sektor industri ini telah menjelaskan 78.2 dari seluruh kemungkinan jalur yang terjadi. Sedangkan sektor produksi dengan pengaruh global terkecil adalah sektor kehutanan dan perburuan, dengan nilai sebesar 0.004. Dari ilustrasi pada Gambar 13 dapat terlihat, bahwa akibat dari investasi infrastruktur transportasi, permintaan akan komoditas industri kimia, pupuk dan semen serta komoditas dari sektor industri kertas, percetakan, alat angkutan dan barang dari logam mempunyai peranan cukup signifikan dalam seluruh kemungkinan jalur yang terjadi antara infrastruktur transportasi dan sektor produksi di provinsi ini.

6.8. Dekomposisi global effect multiplier m